Mohon tunggu...
Nazwa Shauziah Ardhana
Nazwa Shauziah Ardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah seorang Mahasiswi jurusan Ilmu Politik yang sedang aktif berkuliah di salah satu universitas negeri di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Soetanti : Istri Ketua PKI yang Merupakan Dokter Akupuntur Pertama di Indonesia

18 Januari 2025   21:44 Diperbarui: 19 Januari 2025   01:48 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pinterest (Foto D.N. Aidit dan Soetanti serta kelima anak-anak beliau berdua).

Dokter merupakan salah satu profesi yang paling berjasa dalam membantu kelangsungan hidup manusia. Kepedulian dan keinginan untuk membantu banyak orang mengenai masalah kesehatan merupakan bagian dari diri seorang dokter. Tak ayal, hal inilah yang menjadikan dokter sebagai profesi yang diminati serta disayangi oleh para masyarakat. 

Begitu pula dengan Soetanti, seorang perempuan enerjik yang menghabiskan waktunya untuk belajar dan menimba ilmu serta membantu banyak orang akan isu-isu kesehatan yang melanda mereka. Beliau merupakan dokter spesialis akupuntur pertama di Indonesia. Namun sayang, tak banyak yang mengetahui sepak terjang Soetanti dalam membantu rakyat Indonesia kala itu. Hal ini dikarenakan beliau adalah istri dari orang nomor satu di Partai Komunis Indonesia saat itu, Dipa Nusantara Aidit atau yang lebih kita kenal dengan nama D.N. Aidit. 

Sejarah seolah menutup pintu akses masyarakat Indonesia untuk mengenal Soetanti lebih jauh. Lantaran beliau masih memiliki ikatan yang kuat dengan PKI yang sebelumnya menjadi momok menakutkan bagi sebagian orang. Belakangan, nama beliau mulai dikenal dan sekelumit kisah hidupnya dapat kita baca di beberapa buku dan artikel seperti ; Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara, G30S/PKI dan Peran Aidit, Tempo edisi Khusus; Kisah Cinta: Meminang Lewat Sepucuk Surat, artikel Agung Ayu Ratih yang berjudul "Merayakan Hari Ibu dan Kongres Perempuan Indonesia", (Jurnal Perpustakaan 1965-1966, Vol. 4, No. (7) September 2021) dan tulisan-tulisan lainnya.

Soetanti lahir di Sungai Liat pada tanggal 1 November 1923. Soetanti berasal dari keluarga ningrat Mangkunegaran. Ayahnya bernama R.M. Mudigdio (Raden Mas Mudigdio) yang merupakan putra dari Koesoemodigdo, bupati Tuban yang pertama. Ayahnya masih berkerabat dekat dengan bupati Rembang, K.R.M. Raja Muda Ario Singgih Djojoadhiningrat (Kanjeng Raden Mas Djojoadhiningrat) yang merupakan suami dari R.A. Kartini (Raden Ajeng Kartini). Ibunya bernama Siti Aminah yang berdarah Minang - Deli dan anak dari tuan tanah terpandang di daerah Deli. 

Keluarga Soetanti akrab dengan gerakan melawan penjajah. Kendati mereka adalah keluarga ningrat, tidak pernah terpikirkan oleh mereka untuk fokus menimbun harta. Mereka hidup berpindah-pindah demi kepentingan pergerakan dan perang. Setelah Soetanti lahir, mereka pindah ke Yogyakarta. Bapak Mudigdio menjadi guru sekolah menengah Muhammadiyah disana. Mereka sempat tinggal di kediaman bupati Rembang selama beberapa waktu.

Soetanti tumbuh menjadi gadis pemberani, mudah akrab dengan orang, periang dan terkenal ceplas-ceplos saat berbicara. Ciri khas perempuan-perempuan yang berdarahkan semangat pergerakan. Soetanti terkenal cerdas dan gemar menimba ilmu. Baginya, belajar dan memperluas wawasan adalah sebuah kewajiban. Hal ini dilatarbelakangi karena ayahnya, Bapak Mudigdio, memang memiliki pikiran yang terbuka mengenai pendidikan bagi anak-anaknya.

Ia menamatkan sekolah menengah berbahasa Belanda (MULO) lalu kemudian melanjutkan studinya ke sekolah kedokteran di Surabaya (NIAS). Ia sempat menemui halangan saat melanjutkan studinya itu, yaitu kekurangan biaya untuk membayar uang kuliahnya. Pada saat itu sedang dalam musim paceklik. Bapak Mudigdio, tidak mendapatkan panen yang baik sehingga tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar biaya kuliahnya. Jalan keluarnya, ia kemudian meminjam uang senilai tagihan uang kuliahnya kepada sepupu terdekatnya, R.M. Soesalit yang merupakan putra tunggal dari R.A. Kartini.

Soetanti muda mendapat julukan "Bolletje" yang jika terjemahkan dalam bahasa Belanda maka berarti "bundar". Hal ini disebabkan ia memiliki perawakan yang agak gemuk dan berpipi lebar. 

Soetanti muda pertama kali bertemu D.N. Aidit pada saat kunjungannya ke kantor majalah dua bulanan Bintang Merah. Ia datang bersama dengan seorang teman perempuannya. Kedatangan mereka disana disambut oleh dua redaktur yang sedang bertugas kala itu, Hasan Raid (yang di kemudian hari diangkat menjadi anak oleh ibunya Soetanti karena sama-sama berdarah Minang) dan D.N. Aidit. Saat itu mereka masih menjadi mahasiswa tingkat tiga di sekolah kedokteran.

Kunjungan pertama mereka kiranya hanyalah untuk bersilaturahmi. Kemudian, pada kunjungan kedua, Soetanti membawa lebih banyak teman-temannya. Kali ini atas nama Sarekat Mahasiswa Indonesia dan sekaligus mengundang D.N. Aidit sebagai Ketua Departemen Agitasi dan Propaganda Partai Komunis Indonesia Solo untuk memberikan "kuliah" soal politik dan keorganisasian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun