Mohon tunggu...
Nazwa Salsabila
Nazwa Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selalu tertarik pada isu-isu terkini, dan senang berbagi pemikiran lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ancaman Bencana Megathrust: Indonesia di Ujung Tanduk

14 Oktober 2024   16:55 Diperbarui: 19 Oktober 2024   11:41 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia kembali dihadapkan pada ancaman bencana alam yang serius, yaitu potensi gempa bumi besar yang berasal dari zona megathrust. Ahli geologi dan seismologi memperingatkan bahwa wilayah-wilayah seperti Selat Sunda, Jawa Barat, dan daerah-daerah lainnya di Indonesia memiliki risiko tinggi terhadap gempa bumi berkekuatan besar yang dapat mencapai Magnitudo 8,9 dan memicu tsunami yang dahsyat. Mengingat letak geografis Indonesia yang berada di kawasan Cincin Api Pasifik, kewaspadaan terhadap potensi bencana ini sangat penting.

Megathrust adalah zona pertemuan antara dua lempeng tektonik, di mana lempeng samudera dan lempeng benua saling bertabrakan. Akibat dari pergeseran dan tekanan yang terus menumpuk selama ratusan tahun, zona ini memiliki kemampuan untuk melepaskan energi besar yang berpotensi menciptakan gempa bumi dahsyat. Di Indonesia, salah satu zona yang paling diwaspadai adalah Megathrust Selat Sunda yang terletak antara Pulau Sumatra dan Jawa, serta Megathrust Jawa Barat yang membentang di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa. Kedua zona ini memiliki potensi untuk memicu gempa bumi dan tsunami yang menghancurkan kawasan pesisir.

Gempa megathrust adalah jenis gempa besar yang terjadi di zona subduksi, di mana dua lempeng tektonik bertabrakan dan salah satunya melesak ke bawah lempeng lainnya. Pergeseran ini menyebabkan pelepasan energi yang sangat besar, dan ketika gempa terjadi di bawah laut, hal ini dapat memicu tsunami. Tsunami yang dihasilkan oleh gempa megathrust memiliki potensi untuk mencapai ketinggian hingga 34 meter, tergantung pada lokasi pusat gempa dan kekuatannya. Tinggi gelombang tsunami ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kedalaman gempa, jarak dari zona subduksi, serta topografi dasar laut.

Misalnya, dampak tsunami di Jakarta diperkirakan tidak akan sebesar di daerah pesisir lain yang lebih dekat dengan pusat gempa megathrust. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ketinggian gelombang tsunami yang mencapai Jakarta diprediksi kurang dari 1 meter. Jakarta terletak lebih jauh dari zona megathrust utama, seperti Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Jawa Barat, sehingga tsunami yang mencapai kota ini akan berkurang kekuatannya seiring dengan jarak yang harus ditempuh gelombang dari pusat gempa. Namun, walaupun ketinggiannya kurang dari 1 meter, gelombang tsunami di Jakarta tetap bisa menimbulkan genangan air, terutama di wilayah pesisir utara yang rendah dan rentan terhadap banjir, serta menimbulkan kerusakan pada infrastruktur.

Sebaliknya, daerah pesisir seperti Banten berada jauh lebih dekat dengan zona megathrust, sehingga risiko terkena dampak langsung dari tsunami jauh lebih besar. BMKG memperkirakan bahwa di wilayah pesisir Banten, gelombang tsunami bisa mencapai ketinggian hingga 12 meter dalam skenario gempa megathrust yang kuat. Wilayah pesisir yang berada lebih dekat dengan pusat gempa memiliki risiko yang jauh lebih besar karena gelombang tsunami akan tiba dengan kekuatan penuh sebelum kehilangan energinya. Hal ini mengakibatkan potensi kerusakan yang jauh lebih besar, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir Banten dan sekitarnya. Tsunami dengan ketinggian sebesar ini bisa merusak rumah-rumah, menghancurkan infrastruktur, serta menyebabkan korban jiwa dalam jumlah besar.

Para ahli di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus memantau pergerakan lempeng di zona megathrust ini. Peringatan dini terkait potensi bencana megathrust sudah dikeluarkan, meskipun prediksi waktu pastinya tidak bisa dilakukan. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai langkah mitigasi, termasuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami dan membangun infrastruktur yang lebih tahan terhadap gempa.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Dr. Sutopo Nugroho, seorang pakar geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), ia menjelaskan bahwa ancaman dari gempa megathrust ini adalah sesuatu yang tidak bisa dianggap enteng. “Indonesia memiliki sejarah panjang gempa bumi yang diakibatkan oleh aktivitas tektonik, termasuk gempa besar yang pernah terjadi di Sumatra dan Jawa. Megathrust adalah salah satu jenis gempa paling berbahaya karena dapat memicu tsunami yang berdampak lebih luas. Gempa Aceh 2004 adalah salah satu contoh paling nyata dari bahaya megathrust,” ujar Dr. Sutopo.

Menurutnya, meskipun teknologi saat ini belum mampu memprediksi kapan tepatnya gempa besar akan terjadi, mitigasi dan kesiapsiagaan masyarakat adalah kunci utama untuk mengurangi dampak bencana. “Kita tidak bisa menghentikan gempa bumi, tetapi kita bisa mempersiapkan diri. Pemerintah harus fokus pada edukasi masyarakat dan pembangunan infrastruktur yang tahan gempa, terutama di kawasan pesisir yang rentan terhadap tsunami,” tambahnya.

Wawancara dengan beberapa warga di wilayah Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa kekhawatiran terhadap gempa megathrust semakin meningkat seiring dengan berbagai informasi yang disebarkan oleh pemerintah dan media. Ahmad Firdaus, seorang guru di Lembang, menyatakan bahwa dirinya baru memahami dampak luas dari gempa megathrust setelah melihat liputan media tentang potensi gempa besar di pesisir Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun