Mohon tunggu...
Nazwa Reva
Nazwa Reva Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UPN Veteran Jakarta

Saya merupakan kepribadian yang introvert.

Selanjutnya

Tutup

Film

Review The Boss Baby (2017) : Animasi Menggemaskan, Tetapi Juga Memberikan Pembelajaran Tentang Hubungan Antara Adik dan Kakak

16 September 2024   17:20 Diperbarui: 16 September 2024   17:26 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/5mugu2ixI

Di akhir tahun 2016 lalu, trailer The Boss Baby resmi rilis di youtube oleh akun resmi DreamWorksTV dan membuat film tersebut menjadi film animasi yang dinantikan pada tahun ini. Dengan mengandalkan genre comedi, film ini berhasil meraih puncak Weekend Box Office di Amerika Serikat di minggu pertama tayangnya dan menggantikan film Beauty and The Beast yang turun ke posisi no 2 (Wikipedia). Film ini sekilas mengingatkan saya tentang serial animasi Rugrats yang diproduksi Nickelodeon sekitar awal tahun 2000. Di mana kedua animasi ini sama-sama mengangkat tema bayi yang bisa berbicara.

Film yang diangkat dari buku berjudul sama oleh Marla Frazee pada tahun 2010 ini mengisahkan seorang anak laki-laki bernama Tim yang hidup bahagia bersama kedua orangtuanya. Sebagai anak tunggal, perhatian yang diberikan orangtuanya sangatlah sempurna. Dibacakan dongeng sebelum tidur, dinyanyikan sebuah lagu kesayangan, juga bermain layaknya anak kecil dengan imajinasi tinggi. Namun, kehidupan Tim mulai berubah ketika ia memiliki seorang ADIK LAKI-LAKI. Sayangnya, adiknya tersebut bukanlah seorang bayi biasa, namun seorang BOSS. Wow, bagaimana bisa, ya?

Dikisahkan bahwa Boss Baby (Alec Baldwin) ini dilahirkan dari sebuah perusahaan Baby Corp di mana perusahaan tersebut ‘menghasilkan’ bayi (layaknya menghasilkan produk) dan membagi bayi tersebut ke dua golongan. Golongan pertama  adalah KELUARGA di mana bayi-bayi ini akan jadi bayi biasa yang tumbuh sebagaimana mestinya bersama kedua orangtua. Sedangkan golongan kedua adalah MANAJEMEN yang mana bayi-bayi ini akan menjadi pekerja di Baby Corp dan memiliki tugas masing-masing layaknya pekerja kantoran.

Kehadiran Boss Baby tentu membuat posisi Tim tergeser karena segala kasih sayang dan perhatian orangtuanya kini berpindah ke adiknya. Tingkah Boss Baby yang begitu menyebalkan membuat Tim semakin kesal. Ia berpikir tidak seharusnya ia memiliki adik. Hingga suatu ketika, ia memergoki adiknya dapat berbicara dan sedang mengobrol dengan seseorang di telepon. Dari situ Tim yakin, bahwa adiknya ini bukan sekadar bayi biasa.

Seperti kebanyakan kisah adik-kakak pada umumnya, hubungan Tim dan Boss Baby tidak begitu baik. Mereka seperti Tom and Jerry yang tidak akur dan selalu ingin menang sendiri. Namun, ketika Boss Baby menceritakan misi sebenarnya dari kedatangannya ke keluarga Tim, mereka berdua menjadi tim yang kompak agar ketika Boss Baby berhasil menyelesaikan misinya, maka ia akan pergi dari kehidupan Tim dan keluarga untuk selamanya.

Setiap film dalam berbagai genre (termasuk animasi) rasanya tidak lengkap jika tidak memiliki tokoh antagonis yang menentang kehadiran si tokoh utama. Maka hadirlah peran Francis-Francis yang diperankan oleh Steve Buscemi sebagai rival yang harus dilawan oleh Tim dan adiknya. Francis ini adalah seorang boss dari perusahaan Puppy Co yang mana perusahaan ini menjadi target Boss Baby untuk menyelesaikan misinya.


Kisah yang ringan dan dapat ditonton oleh semua umur menjadi salah satu kelebihan untuk film ini. Dikemas dengan genre komedi tentu akan membuat penonton (khususnya anak-anak) merasa terhibur dan tertawa, sehingga film ini sangat cocok ditonton untuk keluarga. Selain itu, tema keluarga pun bisa dijadikan moral yang dapat dipetik. Misalnya, keegoisan Tim yang tidak ingin memiliki adik mengajarkan anak-anak untuk siap menerima segala sesuatu ketika orangtuanya memiliki anak lagi. Seperti sabar dan sikap saling menyayangi satu sama lain supaya hubungan antara kakak dan adik bisa harmonis.

Visual yang jadi medium penceritaan turut digarap dengan sangat baik. Animasinya appealing banget buat anak-anak dan orang dewasa. Penuh warna, kreatif, dan tentu saja imut. Film ini menggunakan DUA GAYA ANIMASI untuk membedakan mana kejadian yang berlangsung di dunia ‘nyata’, dan mana yang merupakan produk dari imajinasi Tim. Dan di sinilah film menjadi sedikit membingungkan buatku. Penjelasan yang masuk akal adalah kedatangan si bayi completely karangan Tim, tetapi animasinya yang pake ‘aturan’ dunia nyata mengisyaratkan bahwa bayi datang naik taksi itulah yang kejadian beneran. So honestly I’m confused oleh make-believe dunia film ini. Aneh, apa yang terjadi sebenarnya? Ini film buat anak-anak kan? Aku enggak begitu mengerti apa yang berusaha disampaikan oleh pembuat filmnya sehubungan dengan darimana bayi berasal dan segala macam soal anak anjing ajaib yang bakal diedarkan ke seluruh dunia pake roket. Di akhir film ada revealing yang membuat kita bilang, oh oke jadi begitu, masuk akal kalo semuanya cuma cerita, namun kemudian ada kejadian lain menyusul di penutup banget yang membuat segala hal menjadi kembali gak masuk di akal.

Tapinya lagi, aku melihat film ini dari perspektif orang dewasa. Babak pertama film terasa menyebalkan oleh kelakuan si Bayi Bos yang rada berlebihan. Apalagi tingkah bayi-bayi lain yang jadi semacam anak buahnya. Humor disetel ke level dumb dalam usaha film ini menghantarkan cerita yang bernature psikologis anak menjadi bertone komedi. Sesungguhnya film ini enggak parah-parah amat. Dari kacamata anak kecil sih, ini adalah tontonan yang punya pesan bagus, menyenangkan, dan menghibur penuh oleh bayi ngegemesin yang melontarkan lelucon-lelucon. Sebagian besar memang lelucon kamar mandi, you know, dengan kentut dan segala macam. Ada beberapa jokes buat orang dewasa juga lantaran film ini berusaha untuk tampil oke bagi semua lapisan umur.

Rating dari film ini ternyata tidak sebesar yang saya kira. Di situs imdb, misalnya, rating The Boss Baby hanya mendapat nilai 6.3/10. Sementara itu nilai dari Rotten Tomatoes hanya 50% saja. Meski begitu, ternyata nilai dari Google Users sangat tinggi, yaitu sampai menyentuh angka 90%. Saya pribadi sendiri bisa memberikan nilai sebesar 9.0/10 dengan beberapa pertimbangan di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun