Mohon tunggu...
Nazwa Nurizzati
Nazwa Nurizzati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya merupakan seorang mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ruwatan Massal Digelar Pada Acara Hari Wayang Dunia IX di Pendopo ISI Surakarta

4 November 2023   18:27 Diperbarui: 4 November 2023   18:56 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruwatan Massal Pada Acara Hari Wayang Dunia IX di Pendopo ISI Surakarta

Ruwatan adalah salah satu ritual penyucian yang masih dijalankan oleh sebagian besar masyarakat Jawa dan Bali. Ruwatan, dalam bahasa Jawa, memiliki arti "dilepas" atau "dibebaskan". Oleh karena itu, Ruwatan merupakan upacara yang bertujuan membebaskan seseorang yang diruwat dari hukuman atau kutukan dewa yang membawa bahaya.

Asal-usul Ruwatan ini berasal dari cerita pewayangan. Kisah yang menceritakan seorang tokoh Batara Guru yang istimewa memiliki dua orang istri, yang bernama Pademi dan Selir. Dari Pademi, Batara Guru memiliki seorang anak laki-laki bernama Wisnu, sedangkan dari Selir, ia memiliki seorang anak laki-laki bernama Batarakala. Ketika Batarakala dewasa, ia menjadi sosok yang jahat dan kerap mengganggu anak-anak manusia untuk dimakannya. Konon, sifat jahat Batarakala ini disebabkan oleh hawa nafsu sang ayah, Batara Guru, yang tidak terkendali.

Konon, sifat jahat Batarakala ini disebabkan oleh hawa nafsu sang ayah, Batara Guru, yang tidak terkendali.

Orang yang dipercaya sebagai 'juru ruwat' pada acara ini adalah Empu dalang Ki Dr. Bambang Suwarno, S.Kar., M.Hum., dari Sangkrah, Pasar Kliwon, Surakarta. Sang maestro ini dikenal sebagai dalang profesional, kreator wayang, praktisi, dan narasumber yang mumpuni di bidang seni pedalangan. Empu Dalang ini akan menggelar pertunjukan wayang lakon Murwakala sekaligus memimpin ritual ruwatan.

Rangkaian acara ruwatan massal dilakukan pada tanggal 1 Nopember 2023 jam 09.00 Wib hingga selesai, bertempat di Pendopo Ageng KGPH Joyokusumo ISI Surakarta. Ruwatan massal diikuti masyarakat umum dari berbagai wilayah.

Masyarakat Jawa memandang bahwa signifikansi ruwatan sebagai tradisi pembebasan diri dari mara bahaya; mala dan sukerta yang senantiasa menyelimuti dan mengancam setiap insan manusia. Oleh karenannya, mala dapat saja diartikan sebagai bencana, chaos, tintrim, sengsara, celaka; adapun sukerta dimaknai sebagai kotor, beraura negatif. Mala dan sukerta ini dapat mengencam dan menjelma dalam berbagai varian, seperti kegoncangan psikologi, tidak beruntung, sial, minder, kurang percaya diri, maupun gangguan lainnya.

Kondisi jagat raya dalam genggaman konflik, peperangan, terorisme, perilaku brutal, dan aura negatif lainnya sebagai perwujudan mala dan sukerta. Ruwatan menjadi spirit dan tata laku batiniah manusia untuk keluar dari cengkeraman mala dan sukerta, sehingga dapat tercipta harmoni manusia maupun jagat raya.

Pergelaran wayang ruwatan lakon Murwakala dari Ki Bambang Suwarno dapat dijadikan sebagai bahan renungan bagi siapa saja yang tertarik untuk menyaksikannya. Dalam Murwakala, pembebasan bagi orang sukerta direpresentasikan ketika dalang Kandhabuwana alias Bathara Wisnu  berhasil membebaskan mereka dari keganasan Bathara Kala.

Sebagai ekspresi budaya tradisional, ruwatan massal digelar untuk wahana membangkitkan kebanggaan bersama terhadap warisan budaya bangsa. Tradisi ruwatan massal juga dapat memberikan kontribusi dan manfaat secara spiritual bagi siapa saja yang mau mengikutinya. Ruwatan massal menjadi ruang terbuka bagi kita untuk memberikan makna positifnya dan dapat menggugah daya kreasi dan inovasi untuk kekaryaan seni.

Ruwatan Massal Pada Acara Hari Wayang Dunia IX di Pendopo ISI Surakarta
Ruwatan Massal Pada Acara Hari Wayang Dunia IX di Pendopo ISI Surakarta

Ruwatan Massal Pada Acara Hari Wayang Dunia IX di Pendopo ISI Surakarta
Ruwatan Massal Pada Acara Hari Wayang Dunia IX di Pendopo ISI Surakarta

Bambang Suwarno pensiun sejak th 16 (kerja 40th), dari 76 - 16. Cerita ini di minta dari panitia. Intisari cerita ini yaitu, Murwakala kehidupan mulai dari awal sampai mencari makan dll. Yang ingin di ceritakan oleh Bambang Suwarno adalah Orang itu harus hati hati, semua ada perhitungan nya.

Kesulitan, Tidak semua dalang berani menampilkan cerita ini. Eksistensi pertunjukan wayang saat ini Wayang sudah Diakui unesco, pameran workshop dan sebagainya tim Bambang Suwarno lah yang pertama.

Cara melestarikan menurut Bambang Suwarno Mendidik anak anak mencintai dan belajar wayang atau kesenian lain. Tentang melestarikan wayang Wayang kulit menyeluruh (unsur suara, musik, tari) Jadi semua harus menguasai itu.

Pesan untuk anak muda Belajar teratur. Belajar ke masyarakat, karena semua tradisi mempunyai keberagaman.

Nazwa Nurizzati Putri Z                        231481001
Devi Parawita                                             231481004

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun