Mohon tunggu...
Nazwa Nabillah
Nazwa Nabillah Mohon Tunggu... Dokter - Nazwa

Nazwa Nabillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stres Karena Belajar Daring? Lakukan Tips Mengatasinya

2 Maret 2021   14:31 Diperbarui: 2 Maret 2021   15:14 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stres dalam belajar adalah perasaan yang dihadapi oleh seseorang ketika terdapat tekanan-tekanan tersebut berhubungan dengan belajar dan kegiatan sekolah.

Contohnya tenggat waktu PR, saat menjelang ujian, dan hal-hal lain (Alvin, 2007). Stres yang terjadi di lingkungan sekolah yang terjadi dalam aktifitas belajar juga disebut dengan stres dalam belajar.

Jadi stres dalam belajar adalah suatu respon atau perasaan yang tidak mengenakkan yang dialami oleh seseorang yang dipengaruhi oleh individu dan situasi eksternal sehingga menimbulkan akibat-akibat khusus secara psikologis maupun fisiologis terhadap seseorang.

Pada dasarnya tak  semua anak atau remaja cocok dengan pembelajaran daring atau  pembelajaran jarak jauh seperti itu. Beberapa anak atau remaja merasa belajar daring cenderung membuat mereka tidak nyaman dan kurang menyenangkan. Apalagi sekolah daring ini kebanyakan tugas yang diberikan dua kali lipat daripada tugas biasanya.

Ada siswa yang merespon positif daring karena bisa menyesuaikan jadwal, tetapi ada juga yang kurang merespon karena metode pembelajaran tidak interaktif, tidak bertemu guru dan teman, serta materinya lebih susah di cerna.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim merilis kebijakan soal proses belajar daring selama pandemi bahwa guru tidak boleh mengejar kurikulum sehingga membebani siswa .

Dalam kebijakan yang lain, Nadiem memberi 3 opsi kurikulum selama pandemi: sekolah tetap mengacu kurikulum nasional; sekola memakai kurikulum darurat; dan sekolah menyederhanakan kurikulum secara mandiri. Dengan kata lain, selama prose belajar daring sekolah bisa menerapkan kurikulum adaptif.

Namun dalam praktiknya, masih ada guru atau sekolah tetap mengejar kentuntasan kurikulum nasional,sehingga dalam kelas daring memberikan tugas terus-menerus kepada siswa. Mungkin hal lain juga karena gruu atau sekolah belum memahami penyederhaan kurikulum. Itu memperlihatkan kompleksitas masalah pendidikan di kota dan daerah.

Jika kurikulum tidak disederhanakan anak didik akan stres. Mereka terbebani dengan materi belajar yang menumpuk. Belum lagi tugas-tugas yang diberikan. Itu akan berdampak pada tekanan psikologi sehingga para siswa rawan mengalami kesehatan mental.

Menurut Ketua Umum Ikatan Psikolog Klinis Indonesia yang diperkuat lewat survei yang dilakukan oleh Ikatan Psikolog Klinis (IPK) selama pandemi Covid-19 berlangsung di Indonesia.

Yaitu masalah psikologis tertinggi yang ditemukan berdasarkan keluhan dan hasil diagnosis oleh psikologis klinis adalah hambatan belajar, khususnya untuk anak dan remaja sebesar 27,2 persen.

Masalah psikologis yang paling banyak ditemukan pada semua kelompok usia yaitu keluhan stres umum sebesar 23,9 persen; keluhan kecemasan 18,9 persen; keluhan mood swing 9,1 persen, dan gangguan kecemasan 8,8 persen; serta keluhan psikosomatis 4,7 persen. Berdasarkan periode layanan, kelompok anak dan remaja mengalami kenaikan penerimaan layanan.

Masalah psikologis ini tentu akan dapat berlanjut dan berbahaya apabila tidak segera ditangani. Sebenarnya stres dalam belajar merupakan hal yang wajar. Akan tetapi jika tidak diatasi dengan baik, dapat menurunkan semangat belajar, berkurangnya pencapaian target bahkan dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu cara mengatasi stres dalam belajar dengan hal berikut:

1.Tentukan prioritas

Artinya harus melakukan segala sesuatu hal yang dilakukan berdasarkan kepentingan. Misalnya kerjakan  yang sekiranya mendekati tenggat pengumpulan tugas.

2.Mengatur waktu dengan baik

Segala kegiatan yang dilakukan haru efektif, dengan demikian perlu adanya pengaturan jadwal yang tersusun dengan baik. Para siswa harus dapat merancang dan konsisten dengan jadwal sendiri untuk menghindari kekacauan yang menyebabkan stres. Misalnya jadwal belajar, mengerjakan tugas sekolah, bermain, dan lain-lain harus diatur tidak ada yang terlewat sehingga menyebabkan kekacauan pada aktivitas sekolah.

3.Mengenali rasa lelah.

Hal ini dilakukan agar bisa kembali menata ulang dan menentukan prioritas yang dilakukan. Bukan hanya lelah secara fisik, lelah emosi, kurangnya merasakan pencapaian pribadi dan berkurangnya rasa bahagia juga perlu disadari.

4.Melakukan hal yang disukai

Setelah belajar dalam jangka waktu yang lama, kita membutuhkn refreshing. Salah satunya dengan menonton film. Banyak film yang akan membuat kita terhibur saat mengelami stres jenuh.

5.Perbaiki pola tidur.
Kurang tidur membuat lebih sulit untuk menghadapi apa pun, termasuk stres. Terlalu banyak tidur juga membuat menjadi malas. Maka dari itu harus mengatur pola tidur dengan baik.

Maka dari itu lakukan cara-cara tersebut agar mengurasi stres dalam belajar karena jika tidak diatasi akan berakibat terhadap psikologis yang mengakibatkan kesehatan mental.

Nazwa Nabillah
XII MIPA 3
SMAN 1 Padalarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun