Peningkatan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan merupakan Langkah yang krusial dalam manajemen strategi dalam suatu perusahaan atau instansi. Dalam Manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM) terdapat dua inti dari pengaktualisasian dari konsep manajemen secara luas. Pertama, pemenuhan kebutuhan penerima produk atau pelanggan. Kedua, pemuasan atas apa yang diminta atau diharapkan pelanggan. Maka dari itu, mutu menjadi hal yang krusial dalam kegiatan manajemen perusahaan jika mengingat bagaimana keuntungan akan ditentukan dari hasil penjualan yang diterima oleh perusahaan, dan penilaian dari pelanggan ekstrenal lah yang menjadi tolak ukur keberhasilan itu.
Manajemen memiliki ruang lingkup yang sangat luas hingga ruang Pendidikan, tentu saja karena pendidikanlah yang menjadi pondasi manusia dalam tumbuh dan berkembang. Sehingga diperlukan perhatian yang tinggi dalam mengawasi proses manajemen terhadap proses Pendidikan yang juga ditentukan dengan kualitas dari Pendidikan itu sendiri. Dalam perkembangannya tentu TQM ini tidak muncul secara sporadis, proses terbentuknya TQM tentu melibatkan budaya dan sosial sehingga tidak bisa memakan waktu yang singkat.
Dengan waktu yang terbilang lama itu, konsep serta teori muncul dari berbagai pemikiran para tokoh yang memiliki jasa dalam mencurahkan hasil memutar otaknya hingga menjadikan kerangka-kerangka kokoh dalam menegakkan panduan dalam meningkatkan kualitas Pendidikan di seluruh dunia. Dari berbagai tokoh-tokoh penting pemikir TQM yang masyhur, kali ini kita akan kupas bagaimana pemikiran Edward Sallis di ruang Pendidikan.
Dr. Edward Sallis menjabat sebagai Presiden dan CEO Highlands College di Jersey, Inggris. Dia adalah tokoh penting di bidang pendidikan dan manajemen mutu. Sallis telah menerbitkan sebuah buku berjudul “Total Quality Management in Education”, yang membahas dasar-dasar dan metode Total Quality Management (TQM) dalam konteks pendidikan.
Untuk memahami konsep pemahamannya dalam manajemen mutu ini, bisa dilihat dari beberapa poin berikut:
- Partisipasi aktif
Semua pihak terlibat dalam proses pengendalian kualitas. Stakeholder yang tercatat di dalam sebuah instansi mempunyai andil dalam meningkatkan serta mempertahankan kualitas dari jasa Pendidikan yang ditawarkan kepada para siswa ataupun orang tua siswa. Dengan masing-masing tugas yang telah di tentukan, maka haruslah masing-masing individu bergerak berjuang meraih tujuan organisasi atau hal ini adalah sekolah.
- Berorientasi pada kepuasan pelanggan
Fokus pada memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan, dengan menjadikan siswa sebagai pelanggan yang diharapkan dapat merasa terpenuhi kebutuhannya dan memunculkan satisfactioness dalam benak orang tua siswa. Dengan begitu kualitas jasa yang ditawarkan tidak rendah di mata konsumen karena apa yang mereka harapkan telah benar-benar mereka dapatkan atau sepadan denga napa yang mereka korbankan.
- Dinamika manajemen
Dapat menggunakan pendekatan top-down dan bottom-up. Dinamika manajemen adalah proses di mana pemimpin organisasi beradaptasi dengan perubahan kondisi dan menciptakan peluang baru untuk mencapai tujuan mereka. Dalam konteks manajemen, pengembangan atas ke bawah dimulai dengan tingkat manajemen tertinggi, yang menentukan visi, misi, dan strategi, dan kemudian bergerak ke tingkat operasional. Ini memberikan tujuan yang jelas dan meningkatkan produktivitas untuk semua organisasi. Selain itu, pengembangan bottom-up memberikan ruang bagi partisipasi karyawan di tingkat operasional untuk menghasilkan ide dan solusi, memungkinkan inovasi untuk menyebar dari bawah. Tujuan kedua adalah untuk meningkatkan kualitas manajemen dengan menggabungkan visi strategis dengan pengetahuan praktis, memungkinkan adaptasi yang lebih cepat dan perbaikan terus-menerus kinerja.
- Budaya kerja sama atau team work
Budaya kerja sama atau kolaborasi dalam konteks manajemen mutu terpadu adalah fondasi yang penting untuk mencapai keberhasilan. Dalam agama ini, kolaborasi antara individu dan departemen adalah prinsip yang paling penting. Budaya kerja sama mendorong komunikasi terbuka dan pertukaran informasi yang efektif. Akibatnya, organisasi dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan kualitas yang lebih tinggi, dengan setiap anggota organisasi memahami peran mereka dalam mencapai kesuksesan. Budaya kerja sama menciptakan lingkungan dimana inovasi, penyelesaian masalah, dan perbaikan terus-menerus didorong, memperkuat komitmen terhadap kualitas dan kepuasan pelanggan.
- Budaya problem solving
Pemecahan masalah dalam manajemen terutama berkaitan dengan mengidentifikasi dan memecahkan masalah dengan cara yang sistematis. Di zaman ini, setiap karyawan organisasi diharapkan menjadi agen perubahan proaktif, dengan fokus pada analisis data dan pengembangan solusi inovatif untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan.
Berdasar dari pemikiran Edward Sallis maka peningkatan serta mempertahankan produktivitas yang berpengaruh pada kualitas Pendidikan dapat muncul dari berbagai faktor, jika hal ini disajikan sebagai pedoman bagi para penyelenggara Pendidikan maka akan terjamin bagaimana masa depan Pendidikan, karena hakikatnya Pendidikan adalah jembatan manusia menuju kehidupan yang mudah dan saling memiliki kepedulian kepada orang lain, bukan hanya sebatas proses atau rangkaian proses duniawi yang hanya dijadikan alat untuk mendapatkan simpati dari orang lain bagi diri yang apatis terhadap lingkungan sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H