Dibalik keseruannya ternyata…
Sulit membedakan fakta dan opini. Penggunaan kalimat yang hiperbola untuk menarik perhatian dapat berujung kesalahpahaman memaknai pesan. Konten berdurasi pendek juga acapkali membuat individu terdistraksi terhadap aktivitas yang dilakukannya sehingga menyebabkan penundaan produktivitas dan menurunnya motivasi. Hal ini tentunya platform media sosial memiliki peran menyuplai konten yang tidak ada habisnya. Mengutip dari Usesignhouse.com, ada 34 juta video yang diposting setiap harinya di TikTok. Itulah alasan mengapa kita terus menggulir selama berjam-jam tanpa terlihat akhir (scrolling addiction). Terakhir, dari segi kesehatan mental, dapat mengakibatkan insecure bahkan depresi. Konten berdurasi pendek membuat individu sering membandingkan pencapaian kesuksesan atau standar kecantikan diri sendiri karena paparan konten yang berulang.
Lalu, bagaimana mengatasi konsekuensi ini semua?
Menurut saya, selagi kita menjadi pengguna media sosial yang bertanggung jawab tentu tidak terlalu berbahaya. Melakukan pembatasan mengonsumsi konten berdurasi pendek, misalnya satu jam/hari dapat membantu mengurangi pemakaian gawai yang berlebihan dan menjaga kesehatan mata. Bagaimana pendapat kalian?.
Nazwa Cendra Swari, Mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital, Universitas Negeri Jakarta Angkatan 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H