Mohon tunggu...
NAZWA AULIA KAMILAH
NAZWA AULIA KAMILAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Pendidikan Indonesia

Saya senang menghabiskan waktu luang dengan menonton film, merakit lego, dan bersepeda di sore hari.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mengenali Fenomena Xenoglosofilia yang Marak Terjadi di Kafe

9 Desember 2024   17:00 Diperbarui: 9 Desember 2024   17:00 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain menggunakan poster, bisa juga dengan memberikan stiker dengan tulisan yang sama tetapi dengan desain yang berbeda. Stiker ini dapat diberikan kepada pengunjung setelah mereka selesai bertransaksi di kasir, sebagai souvenir kecil yang unik dan fungsional. Stiker ini juga nantinya bisa ditempel di mana saja dan akan banyak orang yang membaca. Stiker-stiker tersebut bisa ditempelkan di berbagai tempat, seperti helm, laptop, botol minum, atau kendaraan, sehingga pesan-pesan berbahasa Indonesia tersebar lebih luas. Contohnya, jika stiker ini ditempel di helm maka pengendara lain akan membacanya. Hal ini bukan hanya menguntungkan bagi pihak kafe karena stikernya banyak dilihat orang tapi dari sisi penggunaan bahasa Indonesia akan banyak orang yang lebih menyadari keberadaan bahasa Indonesia bisa kekinian.  Dengan demikian, langkah sederhana seperti pemberian stiker mampu menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi pelestarian bahasa Indonesia. Sekaligus mempromosikan kafe sebagai tempat yang mendukung identitas budaya bangsa.

Kolaborasi dengan bisnis lokal seperti kafe menjadi langkah penting untuk mendorong penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik. Dengan pendekatan ini, bahasa Indonesia dapat tampil lebih modern dan relevan, lepas dari kesan formal atau kaku. Kafe yang menggunakan bahasa Indonesia secara kreatif mampu menciptakan norma baru bahwa bahasa nasional kita dapat bersanding dengan bahasa asing dalam konteks modern. Generasi muda yang sering mengunjungi kafe tersebut akan terpapar langsung dengan karya kreatif berbasis bahasa Indonesia dan menyadarkan mereka bahwa bahasa ini juga mampu menjadi simbol kreativitas dan modernitas di era globalisasi.

Melalui strategi ini, tidak hanya xenoglosofilia yang dilawan, tetapi eksistensi bahasa Indonesia juga diperkuat. Dengan langkah yang berkelanjutan, lingkungan publik dapat mendukung dan mempromosikan bahasa Indonesia sebagai bagian dari identitas bangsa. Semua upaya ini diharapkan dapat mengurangi kecenderungan anak muda untuk meninggalkan bahasa nasional sambil menciptakan kebanggaan terhadap warisan budaya sendiri.

Fenomena xenoglosofilia adalah tantangan sekaligus pengingat bahwa kita harus menjaga bahasa Indonesia sebagai bagian dari identitas nasional. Dengan menghadirkan solusi seperti poster dan stiker kekinian di kafe dapat memperkuat eksistensi bahasa Indonesia tanpa mengabaikan manfaat mempelajari bahasa asing. Bagaimanapun, mengutamakan bahasa Indonesia adalah langkah pertama untuk menjaga warisan budaya bangsa. Sebagaimana yang termuat pada Trigatra Bangun Bahasa: "Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing.''

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun