Jangan kau membela dia! Ingat, siapa yang mebesarkan kau! Akulah yang membiayaimu selama ini dari penghasilanku sebagai kuli dan kacung suruhan! Ayahmu yang sebenar-benar adalah aku.Â
Maimun berusaha membujuk hati abangnya, dia menanyakan kepada kakaknya agar mau mengampuni kesalahan ayahnya sepanjang waktu. Kemudian, Mintarsih menangis sambil mengatakan bahwa kakaknya begitu tega menyuruh ayah pergi ketika hujan deras. Meski demikian, Gunarto tetap tidak mau mengalah dan merasa marah. Gunarto tetap teguh pendirian untuk mengusir ayahnya dari rumah. Tidak lama setelah itu Maimun pergi keluar untuk mencari ayahnya. Sesampainya di rumah Maimun hanya membawa kopiah dan baju basah ayahnya yang ia temukan di dekat jembatan. Mengetahui hal itu, Mintarsih, Ibu, dan Gunarto terkejut. Gunarto langsung membawa kopiah dan baju basah tersebut sambil berlari keluar dan berteriak-teriak seperti orang gila yang menujukkan bahwa ia sangat menyesal atas perbuatan yang ia lakukan.
Gunarto mampu memahami dan menghayati karakter secara mendalam. Gunarto benar-benar menyampaikan rasa dendamnya secara jelas dan tegas. Ia menunjukkan dendamnya dengan terus mengungkit-ungkit kesalahan yang dilakukan oleh ayahnya. Tidak hanya itu, Gunarto juga menujukkan kemurkaan pada ayahnya di akhir cerita dengan tidak menerima kembali ayahnya pulang ke rumah.
Namun, Gunarto menyadari apa yang telah ia perbuat kepada ayahnya merupakan perbuatan keji. Ia merasa menyesal ketika ia mengetahui ayahnya tidak akan pulang untuk selamanya karena telah melompat dari jembatan. Gunarto berteriak sangat kencang saat hujan deras sambil menyalahkan dirinya sendiri. Hal tersebut menunjukkan rasa emosi yang sangat kuat sehingga pembaca terbawa dengan suasana yang dialami oleh Gunarto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H