rasa aman dan keadilan bagi semua pihak.
Kesimpulan
Dalam kasus ini, proses mediasi yang melibatkan guru, siswa, keluarga, dan pihak sekolah menunjukkan upaya untuk menghindari proses hukum formal dan memilih jalur damai. Banyak pro dan kontra yang terjadi dikarenakan keputusan akhir ini. Meskipun demikian, penting untuk memastikan bahwa proses ini tidak hanya menjadi formalitas, tetapi juga memberikan pemahaman mendalam kepada semua pihak tentang dampak negatif kekerasan dan pentingnya perubahan perilaku. Jika tidak, pendekatan damai ini bisa dianggap hanya sebagai cara untuk menghindari konsekuensi hukum tanpa perubahan nyata dalam cara menangani disiplin di sekolah seperti yang sering terjadi di negara kita tercinta ini.
Jika dibahas lebih lanjut serta mengulik kejadian-kejadian yang pernah terjadi dan diselesaikan dengan jalur kekeluargaan, sering kali hal tersebut hanya dilakukan pihak-pihak petinggi untuk menghindari jalur hukum dan menjaga nama baik sekolah tanpa memikirkan perasaan korban serta keluarga korban.
Menurut saya, Pemerintah dan lembaga pendidikan Indonesia harus lebih memperhatikan kasus-kasus yang marak terjadi, tidak sekali dua kali kejadian seperti ini terjadi dan korban selalu dibuat mengalah dan dipaksa memaafkan pelaku tanpa tau trauma apa yang sudah didapatkan oleh korban dari kejadian tersebut.
Kekerasan yang terjadi di SMKN 12 Malang adalah refleksi dari masalah yang lebih dalam dalam sistem pendidikan di Indonesia, di mana mekanisme penegakan disiplin, hubungan hierarkis antara guru dan siswa, serta kebijakan sekolah yang tidak mendukung penyelesaian konflik yang sehat dapat memperparah situasi. Dalam konteks ini, berbagai teori seperti kekerasan struktural, pembelajaran sosial, otoritarianisme, dan restorative justice memberikan landasan untuk memahami penyebab dan solusi dari masalah ini.
Untuk mencegah terulangnya insiden serupa, institusi pendidikan harus menekankan pentingnya pelatihan manajemen emosi bagi guru, menanamkan pemikiran pada seluruh pengajar bahwa penyelesaian sebuah masalah bukanlah dengan melakukan kekerasan dengan dalih mendisiplinkan, memperkuat regulasi anti-kekerasan, dan menciptakan budaya sekolah yang menghargai dialog dan penyelesaian konflik tanpa kekerasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H