Kekerasan dalam hubungan adalah masalah serius yang sering kali diabaikan. Hal ini tidak hanya memengaruhi individu secara fisik, tetapi juga mental dan emosional. Dalam artikel ini, kita akan membahas kisah seorang Seniman yang berasal dari Kota Bandung berinisial SA (28), korban kekerasan dalam hubungan untuk memberikan wawasan mendalam tentang dampak yang bisa ditimbulkan.
Sebagai  seniman, dengan sensitivitas dan kreativitas yang tinggi, sering kali lebih rentan terhadap kekerasan emosional dan fisik. Mereka mungkin terlibat dalam hubungan yang terlihat ideal di luar, tetapi penuh dengan dinamika berbahaya di dalamnya. SA menggunakan karyanya sebagai cara untuk mengekspresikan penderitaan dan trauma yang mereka alami, sehingga menciptakan karya yang kuat dan menyentuh.
Kekerasan dalam hubungan dapat terjadi dalam berbagai bentuk: fisik, emosional, psikologis, atau bahkan finansial. Senimal asal Kota Bandung berinisial SA (28) memiliki hubungan dengan seseorang berinisial D (30) dengan keterikatan yang manis. Namun seiring berjalannya waktu, D yang memiliki sifat tempramen mulai memperlihatkan jati diri aslinya.Â
Tidak ada motivasi khusus dari pelaku D dalam melakukan kekerasan ini, hanya saja D memiliki tingkat emosional yang tinggi. Berawal dari meluapkan emosi dengan merusak barang berharga, hingga akhirnya merambah kekerasan fisik kepada SA.
"Kalo kekerasan fisik yang aku dapet pernah nyubit, nampar, jambak, dan hal lainnya bahkan dari bercanda aja bisa jadi main fisik karna tempramen nya" ucap SA pada saat wawancara [02/11/2024]
Intensitas kekerasan yang dilakukan ini bermula dari hubungan pacaran 6 bulan hingga akhirnya terhitung sering terjadi dalam kurun waktu setiap bulan atau tergantung pada saat ada permasalahan diantara keduanya.
SA menceritakan bahwa pada saat kejadian pelaku selalu mencari tempat sepi untuk mengerjakan aksi nya.
Pengakuan dari SA kekerasan ini membuatnya merasa banyak dirugikan dalam hubungan yang ia jalani saat itu. "aku ngerasa jadi moodyan dan punya hubungan yang jelek sama orang banyak, waktu itu juga aku kurus dan ga fresh" katanya.
Bagi SA, dampak kekerasan ini bisa sangat menghancurkan. Ketika SA mengalami kekerasan, ia sempat kehilangan motivasi untuk berkarya dan mengalami kebuntuan kreatif. SA menduga bahwa pelaku D membuatnya putus asa dalam segi kreatifitas karena ucapan dari D yang menyakitkan.
Pada akhirnya, hubungan mereka diakhiri dengan cerita yang tidak indah karena pelaku D menghamili temannya sendiri, dan korban SA dengan sangat tegas untuk memutuskan segala jenis hubungannya dengan D.
Proses pemulihan bagi SA sangatlah penting, ini termasuk mencari dukungan dari lingkungan yang sehat. Bagi SA sebagai seorang seniman, menemukan kembali inspirasi bisa menjadi bagian penting dari penyembuhan. SA menemukan kekuatan dalam menciptakan karya yang menceritakan kisah mereka berupa gambaran abstrak, ia dapat mengembangkan karya nya menjadi seluas mungkin dan meningkatkan kualitas diri dari kejadian buruk yang dia alami.
"Dari sekian masa pemulihan yang aku lampiasin ke gambar, aku pikir ternyata masih bisa gambar tapi aku harus mencoba bikin sesuatu yang baru dengan karya realis dan ga abstrak lagi" ucap SA.
Kekerasan dalam hubungan adalah masalah yang kompleks dan mendalam, terutama ketika dialami oleh seorang seniman. Dampaknya bisa menghancurkan tidak hanya secara pribadi, tetapi juga terhadap karya dan kontribusi mereka di dunia seni. Dengan meningkatkan kesadaran dan memberikan dukungan, SA mendapatkan kembali suara nya dan mengubah pengalaman menyakitkan menjadi karya yang menginspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H