Mohon tunggu...
Nazwa Amelia
Nazwa Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Polemik Wujudiah: Perang Ideologi di Balik Kekuasaan

23 Desember 2024   10:02 Diperbarui: 23 Desember 2024   10:02 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Polemik wujudiah dalam Islam memang seringkali dikaitkan dengan perdebatan tentang perfektif Islam, yaitu tentang konsep kesempurnaan dan kebenaran menurut Islam. Padahal Islam sudah menjawab tidak ada kebenaran yang mutlak terkecuali Allah SWT.  Namun hal tersebut justru menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru tentang wujudiah atau keberadaan Tuhan secara eksistensinya.

Dalam harfiah lain, polemik wujudiah merupakan perdebatan dan konflik ideologi yang intens antar kelompok atau individu dengan pandangan yang berbeda terkait dengan eksistensi, yaitu kebenaran suatu entitas baik dari segi politik, budaya maupun agama. Konflik ini juga akan  melibatkan kekuasaan, otoritas dan juga pengaruh yang akan mempengaruhi kestabilan sosial politik.

Keberadaan polemik ini sudah ada sejak zaman peradaban manusia, namun secara teologis polemik wujudiah sudah ada sejak zaman kenabian bagaimana para masyarakat belum bisa menerima dakwah Nabi tentang Islam dengan dalih dimana keberadaan Tuhan dan kebenaran agama. Sampai saat ini pun sebetulnya polemik wujudiah masih eksis untuk dibahas.

Al-Kindi yang merupakan filsuf dari Arab memberikan definisi wujudiah itu sebagai "keberadaan yang nyata dan aktual" begitu juga dengan Immanuel Kant filsuf barat yang mendefinisikan wujudiah sebagai "kategori eksistensi yang memiliki keberadaan yang nyata". Dapat disimpulkan bahwa memang wujudiah ini membahas tentang suatu keberadaan dengan kebenaran, lalu mengapa polemik wujudiah ini menjadi kontroversi bagi para otoritas?

Perang ideologi ini merupakan sebuah persaingan antara ideologi yang berbeda untuk memperebutkan kekuasaan, menguasai pemikiran, kebijakan, dalam tindakan masyarakat. Pertanyaanya ideologi yang seperti apa sampai pada akhirnya polemik ini menjadi suatu permasalahan yang cukup besar, diantaranya ada kaum liberalis yang memang ingin menekankan kebebasannya dalam menguasai demokrasi, kemudian terdapat kaum sosialis yang menekankan kesetaraan untuk peran dalam bernegara. Terdapat kaum komunis yang memiliki rasa kepemilikan bersama dalam peran negara. Ideologi ideologi itulah yang menimbulkan konflik wujudiah.

Polemik ini seringkali dipicu juga dengan perbedaan pandangan terhadap eksistensi, interpretasi sejarah, nilai-nilai juga prinsip-prinsip yang ada sehingga terdapat suatu kelompok ini yang mencoba untuk memepengaruhi opini publik, memperoleh kekuasaan dan mengontrol narasi, hal inilah yang menyebabkan konflik yang berkepanjangan.

Dalam konteks ini, dapat dikatakan perang ideologi dan kekuasaan menjadi sangat penting, mengapa demikian? Karena ideologi disini digunakan sebagai alat untuk membenarkan kekuasaan dan mempengaruhi sistem kekuasaan dalam pemerintahan. Kelompok-kelompok ideologi yang dominan mencoba untuk mempertahankan kekuasaan mereka, sementara sisannya atau kelompok minoritas mencoba memperjuangkan hak dan pengkuannya.

Sehingga menimbulkan dampak-dampak yang berkelanjutan, seperti kestabilan politik yang akan terganggu, akan muncul pula konflik sosial dan agama yang berpangaruh terhadap masyarakat, kemudian perubahan-perubahan dalam struktur kekuasaan yang belum dapat diterima oleh masyarakat secara meneyeluruh yang akan menimbulkan konflik baru.

Untuk menyelesaikan polemik ini memang tidak mudah, dibutuhkannya dialog terbuka untuk membahas lebih lanjut dan memiliki kesediaan untuk mencari kesepakatan mengembangan empati dan menghindari generilisasi  dan memahami perfektif golongan lain untuk menciptakan ruang yang inklusif dan harmonis

Wallahu'alam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun