Mohon tunggu...
Nazwa Aisya Fadila
Nazwa Aisya Fadila Mohon Tunggu... Lainnya - 201910501008

Mahasiswa Universitas Jember (Perencanaan Wilayah dan Kota)

Selanjutnya

Tutup

Nature

Permasalahan yang terjadi pada Petani Bawang Merah di Kabupaten Probolinggo

29 Agustus 2021   14:15 Diperbarui: 29 Agustus 2021   23:05 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu sentra  komoditas Bawang Merah di Jawa Timur. Berdasarkan data yang didapat dari jurnal menunjukkan bahwa keuntungan usahatani akan bawang merah di Kabupaten Probolinggo sebesar Rp. 48.474.901/ha/musim tanam. Akan tetapi saat ini ada beberapa permasalahan yang terjadi pada komoditas bawang merah di kabupaten probolinggo yang mengakibatkan harga bawang merah di Probolinggo menjadi turun. Penyebab dari turunnya harga dikarenakan adanya kualitas bawang merah yang sangat rendah. Petani bawang merah di kabupaten probolinggo mengeluh karena harus rela rugi pada panen musin ini dikarenakan serangan ulat dan virus yang membuat pertumbuhan tanaman menjadi kurang baik. Ratusan hektar lahan bawang merah di Kabupaten Probolinggo menjadi rusak akibat diserang ulat dan virus sehingga kualitas tanaman bawang merah menjadi kering yang mengakibatkan gagal panen.

“Seharusnya musim kemarau seperti ini puncak dari panen bawang merah, akan tetapi karena adanya serangan ulat dan virus membuat hasil panen kurang maksimal”, ujar salah satu petani bawang merah  yaitu bapak Sholihin, Desa Clarak, Kecamatan Leces.

Dapat dilihat lahan yang ada disalah satu desa yaitu Desa Clarak dimana terdapat kerusakan pada tanaman bawang merah terlihat menguning dan daunnya terlihat layu. Biasanya pada bulan ini dengan usia tanaman sekitar 2-3 bulan, seharusnya tanaman bawang merah tumbuh dengan baik dan segar.

Penyebab dari serangan virus dan ulat dikarenakan musim angin yang sangat kencang, nama angin ini sering disebut “angin gending”. Para petani telah berupaya untuk menanggulangi wabah tersebut seperti dengan memasang jaring, namun Langkah tersebut masih saja tidak efektif untuk menanggulangi serangan hama.

“Serangan dari ulat dan virus sudah berlangsung sekitar 2 bulan yang lalu. Akibat serangan tersebut terpaksa para petani panen lebih awal. Hasil panen bawang merah musim ini yang biasanya berukuran besar menjadi kecil dan warnanya kuning” menurut petani bawang merah lainnya, bapak Faruq. Bapak Faruq juga menerangkan bahwa hama ulat ini dapat membuat daun menjadi layu dan membuat kualitas tanaman bawang merah menjadi tidak baik.

Solusi yang dapat dilakukan petani selain menggunakan jaring yaitu dengan menggunakan obat pestisida anti hama. Penyemprotan pestisida dilakukan secara berkala dengan membutuhkan biaya tambahan. Dengan terpaksa para petani mengeluarkan biaya tambahan untuk mengusir hama tersebut agar hasil panen dapat dijual, meskipun dengan harga yang rendah.

Harga yang dipatok untuk bawang merah dengan kualitas biasa sekitar Rp 14.500 perkilogramnya. Jika musim ini panen tidak gagal biasanya bawang akan dijual sekitar Rp.20.000 perkilogramnya. Oleh karena itu, musim ini para petani bawang merah mengalami kerugian yang cukup besar.

“Dengan menggunakan obat pestisida ini membuat biaya operasional menjadi tinggi, sedangkan hasil panen tidak maksimal sehingga mengakibatkan kerugian. Namun bagaimana lagi, jika tidak dilakukan maka kerugian akan semakin besar.” kata bapak Faruq, salah satu petani bawang merah di Desa Clarak, Kecamatan Leces.

Selain itu, para petani di Kabupaten Probolinggo sepanjang tahun selalu menanam tanaman yang sama. Hingga akhirnya tanah menjadi kurang subur yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kurang baik. Hal ini juga mempengaruhi hasil panen bawang merah, dimana tanaman bawang merah telah diberi nutrisi dari luar berupa obat pestisida namun dari dalam tanaman tersebut tidak ada nutrisi dikarenakan tanah kurang subur.

Dinas pertanian Kabupaten Probolinggo memberikan saran bahwa untuk menanggulangi serangan ulat dan virus selain menggunakan obat pestisida juga dapat menggunakan cara alami. Cara alami yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat perangkap, menggunakan pupuk organik cair, dan pemakaian pestisida nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Dengan pemberian pupuk organik cair dapat membuat kualitas tanah menjadi subur, sehingga lebih tahan terhadap serangan ulat.

Selain itu cara lain yang dapat dilakukan yaitu sebaiknya para petani perlu dipikirkan kembali mengenai pola tanam tanaman bawang merah. Seperti contohnya dalam setahun dilakukan 2 kali tanam bawang merah dan 1 kali tanam tanaman kacang. Sebagaimana yang diketahui dengan menanam kacang lebih bagus untuk kesuburan tanah dikarenakan akar kacang mengandung unsur Nitrogen yang berguna untuk menyuburkan tanah. Dengan begitu tanah menjadi subur dan dapat membantu petani selain menggunakan obat pestisida namun juga didukung dengan kualitas tanah yang subur sehingga pertumbuhan bawang merah lebih baik dan lebih tahan akan serangan ulat dan virus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun