Kenapa disebut Pantai Surabaya padahal kota di Jawa Timur tersebut jaraknya 2541km dari Sulawesi Utara? Kenapa juga disebut Kampung Ambon, sementara Kota Ambon sendiri jauhnya 940km? Lalu kenapa disebut Pantai Paal?Bagaimana pula asal usul nama Likupang itu sendiri?
Pemberian nama suatu tempat yang unik pasti karena melalui sejumlah pertimbangan sekaligus kearifan. Nama itu kan bukan sekadar menjadi penanda secara geografis, melainkan juga penanda masa. Lewat nama, kita bisa melacak jejak perkembangan sejarah suatu tempat.
Konon Pantai Surabaya yang ada di Likupang dinamakan demikian karena dulu banyak didatangi warga migrasi dari Jawa Timur. Sementara Kampung Ambon yang tepat berada di Kecamatan Likupang, alkisah lokasi tersebut pada mulanya adalah rawa yang ditimbun lalu ditanami dengan puluhan pohon pisang ambon.
Bentangan Pantai Surabaya melengkung memanjang, dengan pasir hitam yang halus sementara air lautnya jernih. Dulu, Pantai Surabaya menjadi primadona di Likupang sampai akhirnya di tahun 2014 seorang pemilik perkebunan di Desa Marinsow mengizinkan kebunnya menjadi akses jalan pintas. Alhasil sebuah pantai baru tersibak.
Pantai berpasir putih halus bak bola-bola mutiara mikro yang tidak lengket di kaki, lautan jernih dengan gradasi hijau biru. Pantai yang asal-usulnya diambil dari jalan sekitarnya yang ditanami pal pembatas kampung. Tersebutlah Pantai Paal. Pesona Pantai Paal mau tidak mau mendongkrak lahirnya destinasi wisata baru di Likupang.
Nama Likupang sendiri konon memiliki banyak versi. Ada versi
'Linekep' yang artinya 'tenggelam' dari Bahasa Tonsea. Linekepan ditetapkan pendiri daerah (dotu-dotu) berdasarkan kondisi saat itu. Pelafalannya kemudian menjadi Likupang. Versi lainnya berasal dari Bangsa Portugis yang pernah mampir ke sana, Likupang adalah gabungan dari kata Li (diambil dari Linekepan) dan Kupang dari ibukota provinsi NTT. Kupang merupakan daerah transit orang Portugis sebelum datang berdagang di Linekepan.
Likupang merupakan kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Luasnya sekitar 200 hektare. Dari Bandara Sam Ratulangi, perjalanan naik mobil ditempuh dalam waktu sekitar dua jam. Sementara dari Bitung melewati Danowudu perjalanan memakan waktu satu jam lebih. Untuk akses menggunakan kendaraan roda dua tentu saja menjadi jauh lebih cepat.
Likupang memiliki banyak destinasi menarik. Sebut saja Pantai Paal, Pantai Pulisan dan Bukit Pulisan, Pulau Lihaga, Pulau Gangga, Ekowisata Desa Bahoi, Bukit Larata.
Kalau pesona alamnya bikin terpesona, bayangkan adat kebiasannya. Penduduknya didominasi orang-orang Nusa Utara atau yang berasal dari etnis Sangihe Talaud. Namun penduduk mula-mula di Likupang adalah etnis Minahasa. Dengan gabungan beberapa suku di Likupang, jika berkunjung di awal tahun bisa merasakan ritual adat Tulude (Sangihe). Jika berkunjung di pertengahan tahun bisa menikmati Pengucapan (Minahasa).
Belum lagi makanan yang bisa dinikmati, karena berada di daerah peninsula, sajian ikan dasar atau sering disebut ikan mangael menjadi andalan. Ikan mangael yang masih segar dibakar atau digoreng sambil dicocol dabu-dabu atau rica bakar.Â
Beberapa tahun sebelumnya pemerintah menetapkan 10 Destinasi Prioritas. Di tahun 2019, pemerintah mengerucutkan menjadi lima Destinasi Super Prioritas. Likupang termasuk salah satu destinasi yang ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Likupang rencananya dibangun dengan tema resor dan wisata budaya yang ada di tepi pantai. Apalagi didukung oleh kawasan sekitar yang memiliki pantai berpasir dan dekat dengan Wallace Conservation Center.
Dengan segala pesona dari DSP Likupang di North Sulawesi, bukti bahwa secantik dan seindah itu alam di negeri kita tercinta. Nggak bisa ditemukan di tempat lain Wonderful Indonesia, hanya ada di Indonesia Aja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H