Mohon tunggu...
Nazri Yahya
Nazri Yahya Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sekadar berbagi idea. Warga Malaysia tapi sayang Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dik, akulah Awan Nano Itu!

9 Juni 2011   07:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:42 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_115329" align="alignleft" width="300" caption="Awan nano pelindung mu"][/caption] Wahai adikku yang berhati walang. Dengarlah kata-kata hatiku ini. Kita ini sahabat yang sejati, jadi dengarlah baik-baik ya.

Dik, sesungguhnya manusia ini tidak sempurna. Kan insan itu bermaksud makhluk yang tidak sempurna? Hidup ini penuh dengan cobaan dan cabaran. Kita semua ialah manusia yang hidupnya penuh noda dan dosa. Yang sempurna itu hanya nabi dan malaikat sahaja.

Dalam ketidak sempurnaan itulah kita coba untuk memperbaiki hidup kita, coba untuk bahagia, coba untuk bernafas seketika dari penat lelah yang melemaskan, dari kehidupan yang mengeciwakan dan untuk terus coba melanjutkan hidup yang malang ini.

Diketika kelelahan hidup inilah kita perlu tetap menguatkan antara satu sama lain. Aku menguatkan mu dan kamu menguatkan semangat ku.

Dalam kelelahan hidup ini ku sering ringankan dengan iringan irama lagu. Ia menjadi teman ku yang sejati. Suka duka diriku kadang-kadang tergambar dalam banyak lagu rakyat. Kamu Dik, patut ringankan beratnya tanggungan hati dengan banyak dengar lagu. Agar mengurangkan stress.

Diriku selalu memutar lagu ‘Awan Nano’, dan bersiul riang menyanyi sendirian. Irama ini sangat dekat di hatiku. Pertama kali di telingaku lagu ini ia tidak berbekas. Tetapi setelah melihat videoclip nya aku dapati ia adalah satu irama yang penuh maksud tersirat. Ia mengambarkan kasih seorang ayah kepada anaknya dan ia ibarat awan yang melindungi diri manusia ketika terik panas mentari.

Dik, akulah awan nano itu buatmu. Aku lah awan yang sentiasa melindungi dirimu dari panas yang mencengkam, dari terik yang memeritkan. Biarlah aku terus menjadi awan itu yang selalu melindungi dirimu.

Dik, janganlah menyalahkan diri sendiri dalam setiap perkara. Kadang-kadang kita kena terima sesuatu perkara seadanya. Jangan salahkan diri sendiri dan takdir hidup. Jangan juga buat keputusan untuk orang lain. Ia bukan sahaja salah tapi juga mungkin melukakan dirimu dan orang yang kamu sayang tanpa kamu sedari.

Dik, telah ku ketahui hidupmu yang malang. Hidup yang penuh ranjau dan tidak dipedulikan. Hidup yang terbuang dan disisihkan. Hidup mu yang tidak pernah dipedulikan oleh sanak kandung mu sendiri. Lalu kau membawa hati merajuk dan menyingkir sendiri. Tapi Dik, jangan sisihkan diriku yang melindungimu.

Dik, jangan ditanya apa dan mengapa diriku tak jemu-jemu memberi semangat dan melindungimu walaupun kamu selalu kehampaan akibat badai hidup. Bertubi-tubi. Satu persatu musibah datang, seolah-olah bahagia memang benci dengan mu. Jawabnya hanya satu. Kerana itulah hakikat diriku, awan nano yang sentiasa melindungi dirimu.

Apa yang kuharapkan hanyalah ketenangan erti hidupmu. Dan senyuman dari kegembiraan yang terzahir dari ketenangan samudera hatimu.

Dan aku berharap suatu hari nanti kau akan juga menjadi seperti ku, awan nano yang melindungi, yang tidak mengharapkan apa-apa kecuali kebahagiaan dari yang menerima budi ikhlasmu.

[caption id="attachment_115332" align="alignleft" width="150" caption="Irama lagu teman yang setia"][/caption]

Awan Nano (lirik lagu)

Lihat ke arah sana serakan warna dan berarakan awan, Pabila terik panas segera hadirnya memayungi diri, Pabila kau dahaga, segera turun hujan melimpahkan kasihnya, Pabila kau katakan, akulah awan itu yang kau mau.

Begitulah awan nano setia melindungi diri tika panas mencoba menggores pipi dan bibirmu, Begitulah awan nano sering saja tak terduga hadir dan tak akan tercapai jejarimu, Kasihnya kasih tiada banding setia tiada tara, bagaimana pun jua.

Awan kekasih sebenar sayang walaupun tak akan tercapai jejarimu, Lihat diriku ini sekali pernah kau bagaikan awan, Sehingga tak mungkin terlupa berikan belas sedari dulu, Sehingga tak mungkin termampu saksi setitis pun air mata mu kasihmu, Sehingga kau katakan akulah awan itu yang kau rindu.

Akulah awan mu yang sedia melindungi diri mu tika panas mencoba menggores pipi dan bibirmu, Akulah awan mu yang sering kau lindung dan tak terduga hadir ku walau tak tercapai jejarimu, Kasih ku kasih tiada banding setia tiada tara, bagaimana pun jua , Aku pelindung mu dirimu sayang walaupun tak akan tercapai jejarimu.

(lagu oleh hafiz AF)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun