Di banyak sekolah, kegiatan membaca sering kali dianggap sebagai tugas, bukan kebiasaan menyenangkan. Anak-anak lebih sering membaca karena kewajiban daripada keinginan untuk mengeksplorasi pengetahuan. Â
Mitos atau Fakta?
Apakah fenomena "Indonesia darurat membaca" ini nyata atau hanya karangan belaka? Jika melihat data, ada realitas yang tidak bisa diabaikan. Akses literasi yang minim di daerah terpencil adalah fakta. Namun, di sisi lain, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang sebenarnya membaca, hanya saja dalam format dan cara yang berbeda. Â
Sebagai contoh, banyak anak muda yang membaca melalui Wattpad, web novel, atau media berita digital. Tren ini menunjukkan bahwa minat membaca masih ada, tetapi bentuknya telah bergeser. Literasi digital mungkin menjadi solusi untuk meningkatkan minat baca dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana distribusi pengetahuan. Â
Meningkatkan literasi bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama, termasuk masyarakat dan organisasi non-pemerintah. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan: Â
1. Menghadirkan Perpustakaan Digital
Dengan akses internet yang semakin luas, perpustakaan digital dapat menjadi solusi bagi daerah terpencil yang sulit mendapatkan buku fisik. Â
2. Gerakan Donasi Buku
Masyarakat dapat berpartisipasi dengan mendonasikan buku ke wilayah yang membutuhkan. Banyak organisasi yang siap menyalurkan bantuan buku ke pelosok negeri. Â
3. Kampanye Literasi Kreatif
Menggunakan media sosial untuk mempromosikan membaca melalui kampanye yang menarik, seperti book challenge atau review buku interaktif. Â