Sebagai penumpang tentu yang kita inginkan hanyalah keleluasaan dalam menggunakan kendaraan mana saja. Tanpa ada drama dihalangi, diturunkan tidak sesuai dengan titik, dan kasus serupa lainnya yang merugikan kita. Bukankah akan lebih baik jika opang dan ojol bersaing secara sehat tanpa harus ada kejadian-kejadian yang membuat konsumen tidak nyaman?
Terkadang para opang sendiri tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap cepatnya perubahan era digital ini malah membuat para konsumen semakin enggan menggunakan jasa mereka. Terlepas dari banyaknya kemudahan yang disediakan oleh para ojol, image para opang sendiri kian memburuk karena adanya kasus-kasus pembatasan wilayah dan juga kasus menghalangi ojol yang melewati wilayah mereka.
Konsumen yang tadinya biasa saja menggunakan opang seringkali menjadi takut akan menerima perlakuan tidak enak dari opang karena banyaknya kasus yang terjadi. Opang akhirnya memiliki stereotip 'pemaksa' dan juga 'pemarah' menjadi sepi pelanggan karena kalah dengan ojol yang menawarkan berbagai layanan untuk memudahkan konsumennya. Mulai dari kemudahan bertransaksi, kesepakatan tarif ongkos, keamanan, hingga jaminan pelayanan yang memuaskan langsung dari perusahaan ojol tersebut.
Para penumpang tentu akan sangat mengerti keadaan para opang dan ojol yang sama-sama sedang mencari nafkah. Kami juga tidak keberatan untuk menggunakan ojol ataupun opang, toh sama saja bukan yang penting kami bisa sampai tujuan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H