Mohon tunggu...
Nazira Aulia Pratika
Nazira Aulia Pratika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidikan Bahasa Indonesia UIN SUSKA RIAU

Pendidikan Bahasa Indonesia UIN SUSKA RIAU

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Positif dan Negatif Korean Wave bagi Generasi Muda

10 Januari 2022   23:07 Diperbarui: 11 Januari 2022   17:28 41631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Nazira Aulia Pratika

Abstrak

Pada era globalisasi saat ini teknologi sudah sangat canggih yang dapat memudahkan manusia untuk memperoleh informasi salah satunya mengetahui bagaimana berkembangnya dunia K-Pop. Dengan mudahnya mendapatkan informasi tersebut menyebabkan para remaja menjadi fanatik terhadap apa yang mereka idolakan. Akibat dari fanatik tersebut menyebabkan adanya dampak positif maupun negatif.  Peningkatan dari perkembangan Korean Wave ini seperti drama, musik, fashion, kosmetik, budaya dan media sosial sangat perlu untuk diperhatikan oleh orang tua dalam melihat perkembangan anaknya. Kita perlu mengetahui apa dampak positif dan negatif serta mengurangi fanatisme remaja terhadap K-Pop pada era globalisasi sekarang ini.  

Kata kunci: K-Pop, fanatik, pengaruh K-Pop

Pendahuluan

Globalisasi sebuah faktor pendukung dari munculnya Korea Wave. Menurut (Sara M.Hamilton, 2009)  menyebutkan bahwa globalisasi diartikan sebagai integrasi perekomian, budaya, politik, aspek sosial, dan perkembangan teknologi yang sangat maju sehingga memudahkan bagi masyarakat untuk mengetahui berbagai informasi. Salah satu hal yang dapat mempengaruhinya adalah segi budaya di negara tertentu dengan negara lainnya. Salah satu budaya yang sedang berkembang di Indonesia saat ini adalah budaya K-Pop atau yang sering kita dengar dengan istilah Hallyu atau Korean wave (Gelombang Korea).

Korean wave atau Hallyu  adalah sebuah istilah yang diberikan pada budaya K-Pop secara global di berbagai negara di dunia sejak tahun 1990-an. Gelombang Korea ini sudah mempengaruhi berbagai belahan dunia tak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia Korean Wave sangat mempengaruhi bagi anak muda atau yang bisa kita sebut generasi milenial. Pada umumnya remaja sangat menyukai Drama Korea atau yang disebut drakor. Faktor lain yang menyebabkan remaja sangat menyukai K-Pop adalah musiknya. Dimana dengan ketampanan dan kecantikan dari anggota boyband dan girlband serta musik mereka yang enak di dengar membuat remaja semangat untuk memulai hari-harinya. Faktor lain yang membuat remaja menyukai K-Pop adalah fashion Korea seperti baju, kosmetik, dan apa yang dipakai oleh idol mereka. Apapun yang dipakai oleh idol mereka atau yang biasa para Kpopers sebut dengan bias, akan habis dalam waktu sekejap. Karena para fans K-Pop ingin mempunyai barang yang sama seperti kepunyaan bias mereka. (Nastiti, 2010).

Perkembangan budaya Korea memberikan dampak positif dan negatif bagi para penikmatnya. Kepopuleran K-Pop di Indonesia menyebabkan berbagai hal terjadi pada para remaja. Untuk menyikapi hal tersebut sangat diperlukannya perhatian orang tua terhadap perkembangan anak. Terutama bagi orang tua yang anaknya sangat menyukai budaya Korea.

Pembahasan

Arus globalisasi yang begitu kuat membuat drama dan film Korea menjadi kesenangan yang baru bagi sebagian orang. Segala hal berbau Korea sangat digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Banyak anak muda yang terpengaruh style pakaian orang-orang Korea terutama para Kpopers, pakaian yang terbuka yang tidak sesuai norma. Akan tetapi ada juga orang Indonesia yang meniru cara berpakaian orang Korea yang tetap sopan dan menutup aurat bagi yang Muslim. Tidak ada salahnya kita mengikuti tren pakaian tersebut. Namun, kita sebagai masyarakat Indonesia mampu menyaring dan membedakan apa yang baik dan buruk. Karena bisa saja secara perlahan-lahan hal ini akan membuat kita melupakan kebudayaan asli Indonesia seperti pakaian tradisional.

Dampak positif dari Korean Wave atau Hallyu ini adalah dapat memperluas wawasan yang dimiliki tentang negara lain, terutama wawasan mengenai negara Korea Selatan. Karena kemajuan teknologi dan transportasi serta banyaknya penggemar grup musik asal negeri Ginseng tersebut, mereka datang ke Indonesia untuk melakukan konser, dan hal itu tentu saja akan menarik media internasional untuk meliput. Hal ini dapat dijadikan untuk mempromosikan Indonesia ke dunia, menarik wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia. Tentunya Indonesia makin dikenal oleh seluruh dunia.

Banyaknya anak muda atau generasi milenial Indonesia yang menyukai sesuatu yang berhubungan dengan Korea menyebabkan mereka terisnpirasi untuk meniru cara berpakaian dan mengetahui perpaduan style dari idol yang mereka kagumi. Asalkan sesuai dengan norma kesopanan yang ada di Indonesia. Dengan adanya dunia kpop ini sehingga remaja dapat lebih kreatif dalam mengembangkan dirinya. Dengan adanya hubungan pertemanan walaupun secara online, Kpopers memiliki banyak teman dari berbagai daerah, atau pun dari negara luar karena sesama penggemar idol yang disukai. Mereka menyukai drama, musik, dan fashion yang sama sehingga terjalinnya hubungan antar sesama fans K-Pop (Hurlock, 2003).

Menyukai budaya Korea juga dapat memotivasi para Kpopers, karena dengan menyukai hal yang berbau Korea para K-Pop stan akan termotivasi untuk belajar memahami bahasa Korea yang dapat memperluas penguasaan bahasa asing kita. Dan juga musiknya dapat dijadikan motivasi karena dapat menambah semangat belajar dengan mendengarkan musik K-Pop tersebut. Dan juga kisah idola mereka juga dianggap  menginspirasi yang mereka tuangkan lewat lagu-lagu ciptaannya.

Ada dampak positif tentunya ada dampak negatifnya. Dampak negatif dari budaya Korea yang masuk ke Indonesia menyebabkan tergesernya budaya yang ada di Indonesia. Kita seperti lebih mengutamakan budaya negara lain daripada budaya bangsa sendiri dan seolah kita hanya ingin selalu meniru semua aspek dan kehidupan yang berbau Korea. Hal ini juga sangat membuang waktu dan uang untuk hal yang sia-sia. Karena remaja sekarang ini kadang lupa waktu untuk belajar hanya untuk melihat idolanya. Jam tidur juga terganggu gara-gara menonton drama korea, dan membuang uang hanya untuk membeli hal-hal yang kurang berguna dan kadang membeli kuota internet yang berlebihan hanya untuk melihat idolanya lewat layer handphone. Bahkan kesehatan mata juga terganggu karena keseringan melihat ponsel. Kita juga bisa terkena insomnia atau kesulitan tidur karena terlalu sering bergadang hanya untuk maraton menonton drama yang disukai. Hal ini tentu sangat menyita waktu istirahat. Budaya K-Pop mempengaruhi  cara berpakaian anak muda zaman sekarang terutama untuk perempuan yang ingin mencontoh apa yang dipakai oleh idolanya. Kadang mereka memakai baju yang tidak sopan yang bertentangan dengan agama apalagi mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam. Karenanya diperlukan perhatian dari orang tua untuk mengawasi dan mengontrol anaknya.

Hampir semua kalangan remaja menggilai Korean Wave. Jika di lihat dari sudut pandang Islam jelas sangat bertentangan. Korean style yang cenderung menyenangkan dengan tipe kehidupan borjuis dan hedonis materialis bagi generasi. Hal ini menyebabkan terkikisnya akhlak generasi dan jauh dari nilai nilai keislaman. Atas nama globalisasi dan modernisasi generasi di seret pada kehidupan yang cenderung liberal (bebas), menjadikan generasi kita menjadi generasi pembebek, generasi yang lemah secara pemikiran, kepribadian yang mudah di rusak dan kehilangan idealisme. Itulah kerusakan yang di timbulkan, generasi yang seharusnya menjadi agen of change justru menjadi korban budaya kufur.

Agamalah yang seharusnya menjadi standar baik dan buruk, Islam yang membawa seperangkat aturan untuk mengatur kehidupan manusia. Generasi haruslah di didik dan di bina dengan akidah Islam yang baik sehingga jauh dari kehidupan hedonistik, negara juga berperan untuk menutup semua konten media yang berisi budaya yang bertentangan dengan Islam. Keluarga dalam Islam berfungsi sebagai sekolah pertama dan utama bagi para putra-putrinya, Sehingga menjadikan pola pikir generasi penerus bangsa dan pola sikap nya sesuai dengan ajaran agama Islam, yang di terapkan dalam semua sisi kehidupan.

Kesimpulan

Korean Wave atau Hallyu adalah sebuah istilah yang diberikan pada budaya K-Pop secara global di berbagai negara di dunia sejak tahun 1990-an. Secara singkat terpusat pada perkembangan globalisasi budaya Korea. Di Indonesia, fenomena gelombang Korea melanda generasi muda terutama remaja Indonesia yang umumnya menyenangi drama atau disebut K-Drama dan Musik Pop korea atau yang lebih dikenal dengan K-Pop. Korean Wave ini memiliki dampak yang positif dan ada negatif. Dampak positif diantaranya adalah dapat menjadi inspirasi fashion, cara berpakaian, dapat memotivasi diri dan mempunyai banyak teman dari berbagai daerah bahkan negara. Di samping dampak positif tentu juga ada dampak negatifnya, diantaranya budaya Korea yang masuk ke Indonesia menyebabkan tergesernya budaya yang ada di Indonesia, membuang waktu dan uang untuk hal yang sia-sia, dan dampak yang paling berpengaruh adalah cara berpakaian yang menggunakan baju tak layak dipakai bagi perempuan, apalagi yang beragama Islam Peran orang tua sangat penting dalam mengawasi dan mengontrol kegiatan anak jika sudah terlalu berlebihan dalam menyukai K-Pop. Bisa menggunakan cara mengalihkan dengan mungkin membawa anak tersebut pergi liburan, mengadakan family time, atau yang lebih bagus membawa anak ke pengajian.

Daftar Pustaka

Ardia, V. (2014). Drama korea dan Budaya Popular. Jurnal Komunikasi, 2(3), 1218.

Chung, E., Beverland, M., Farrelly, F., & Quester, P. (2008). Exploring consumer fanaticism: Extraordinary devotion in the consumption context. Journal of Advances in Consumer Research. 35 (4), 333-340.

Hamilton, Sara M. (2009). Globalization. Minnesota: Abdo Consulting Group

Hurlock, Elizabeth B. 2003. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Nastiti, A. D. (2010). Korean Wave di Indonesia: Antara Budaya Pop, Internet, dan Fanatisme Pada Remaja (Studi Kasus Terhadap Situs Assian Fans Club Di Indonesia Dalam Perspektif Komunikasi Antar Budaya). Journal of Communication. 1 (1), 1-23.

Tartila, P. L. (2013). Fanatisme fans kpop dalam blog netizenbuzz. Commonline, 2(3), 190205. Retrieved from http://airde.multiply.com

Wijayanti, A. A. (2012). Hallyu: Youngstres Fanaticism of Korean Pop Culture (Study of Hallyu Fans Yogyakarta City). Journal of Sociology. 3 (3), 1-24.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun