Selain kerusakan fisik, aktivitas ekonomi masyarakat juga terganggu akibat banjir. Banyak warga yang tidak dapat bekerja karena jalan-jalan yang tergenang air, transportasi yang terhenti, serta tempat usaha yang rusak atau tutup sementara waktu. Dampak ini terutama dirasakan oleh kelompok masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah yang sangat bergantung pada aktivitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hilangnya pendapatan selama banjir membuat situasi semakin sulit bagi mereka (Haryono et al. 2024).
      Banjir juga menimbulkan risiko yang cukup besar bagi masyarakat. Genangan air yang bertahan lama dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk penyebab penyakit seperti demam berdarah dan malaria. Selain itu, banjir juga meningkatkan risiko penyebaran penyakit yang disebabkan oleh air yang terkontaminasi, seperti diare dan leptospirosis. Kondisi lingkungan yang basah dan lembap pasca banjir memperburuk situasi, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah dengan fasilitas sanitasi yang terbatas. Oleh karena itu, banjir tidak hanya merugikan secara material, tetapi juga membahayakan kesehatan masyarakat.
      Dampak lain yang cukup serius adalah terganggunya akses pendidikan. Saat banjir melanda, banyak sekolah yang terpaksa meliburkan siswa karena bangunan sekolah tergenang air atau akses menuju sekolah menjadi sulit. Ini menyebabkan hilangnya waktu belajar yang berharga bagi siswa, terutama bagi mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memengaruhi perkembangan akademik siswa dan kualitas pendidikan di wilayah tersebut.
      Untuk mengatasi permasalahan banjir di Kelurahan Anggrung, berbagai upaya mitigasi perlu dilakukan. Salah satu langkah yang paling mendesak adalah perbaikan dan peningkatan kapasitas sistem drainase. Pemerintah daerah perlu bekerja sama dengan dinas terkait untuk memperluas dan memperbaiki saluran drainase, sehingga mampu menampung air hujan dengan lebih efektif. Selain itu, perlu juga dilakukan kampanye edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan, terutama ke saluran air. Selain perbaikan infrastruktur, perlu dilakukan pendekatan pengelolaan tata guna lahan yang lebih bijaksana. Pemerintah setempat harus memperketat aturan terkait alih fungsi lahan, terutama di daerah yang berfungsi sebagai area resapan air. Pembangunan yang tidak terkontrol hanya akan memperburuk situasi banjir di masa depan, sehingga perencanaan yang berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan dan lingkungan (Rosyidie 2013).
      Partisipasi masyarakat juga berperan penting dalam mengurangi risiko banjir. Masyarakat harus lebih peduli terhadap dampak jangka panjang dari tindakan-tindakan kecil seperti pembuangan sampah sembarangan. Selain itu, pengorganisasian masyarakat dalam kegiatan gotong royong untuk membersihkan saluran drainase secara berkala dapat membantu menjaga kebersihan saluran air dan mengurangi risiko tersumbatnya aliran air.
KESIMPULAN
      Dalam kerawanan bencana alam, Indonesia menghadapi tantangan besar, terutama terkait dengan banjir yang menjadi salah satu bencana yang paling sering terjadi. Banjir di Kelurahan Anggrung, Kecamatan Medan Polonia, merupakan contoh nyata bagaimana interaksi antara faktor alam dan non-alam dapat memperburuk situasi bencana. Penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab utama banjir meliputi buruknya sistem drainase, curah hujan yang tinggi, serta perubahan tata guna lahan akibat urbanisasi yang pesat. Akibat dari banjir tidak hanya terbatas pada kerusakan fisik seperti infrastruktur dan properti, tetapi juga berdampak signifikan pada kesehatan masyarakat, ekonomi, dan pendidikan.
      Peningkatan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, terutama terkait dengan pembuangan sampah, sangat penting untuk mengurangi risiko banjir. Selain itu, perbaikan infrastruktur drainase dan pengelolaan tata guna lahan yang lebih bijaksana harus menjadi prioritas utama pemerintah daerah. Upaya mitigasi yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat dan dukungan dari pemerintah akan menjadi kunci dalam menghadapi dan mengurangi dampak banjir di Kelurahan Anggrung. Dengan langkah-langkah yang komprehensif dan berkelanjutan, diharapkan masyarakat dapat lebih siap dan mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah, sehingga risiko banjir dapat diminimalkan dan kualitas hidup masyarakat dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Asrul, and Nahor M. Simanungkalit. 2013. "Penyebaran Daerah Rawan Banjir Di Kelurahan Anggrung Kecamatan Medan Polonia Kota Medan." Jurnal Geografi 5(1):158--68.
Haryono, Chandra, Jullia Titaley, Winsy Christo, Deilan Weku, Christian Alderi, and Jeffta Soewoeh. 2024. "Sistem Informasi Geografis ( SIG ) Pemetaan Lokasi Rawan Banjir Menggunakan Metode Pembobotan Dan Scoring ( Studi Kasus: Kecamatan Tikala )." 03(01):39--47.