Monumen ini memiliki desain yang mencerminkan kejayaan islam dengan menggabungkan elemen arsitektur Islam dan budaya lokal khas Aceh. Bagian monumen dihiasi dengan kaligrafi Arab dan motif geometris khas Islam. Relief pada monumen menggambarkan aktivitas perdagangan, pelabuhan, dan penyebaran Islam di era kejayaan Samudera Pasai. Monumen ini juga memiliki tugu utama yang menjadi simbol kejayaan kerajaan Samudera Pasai. Monumen Samudera Pasai tidak hanya menjadi pengingat sejarah, tetapi juga memiliki nilai budaya dan nilai religius, keberadaan Samudera Pasai menunjukkan betapa Islam telah berkembang pesat di Nusantara sejak abad ke-13. Peninggalan sejarah seperti batu nisan dan relief memberikan informasi penting tentang kehidupan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat pada masa itu.
- Museum Samudera Pasai
Museum Islam Samudera Pasai adalah tempat dimana kita bisa mengenal lebih jauh tentang kerajaan islam Samudera Pasai. Letak Museum ini sama dengan letak Monumen Samudera Pasai yaitu terletak di Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Museum ini dibangun untuk melestarikan sejarah dan budaya Kesultanan Samudera Pasai, kerajaan Islam pertama di Nusantara yang berdiri pada abad ke-13. Sebagai kerajaan yang menjalin hubungan erat dengan kekhalifahan di Timur Tengah, Samudera Pasai meninggalkan jejak budaya, agama, dan sejarah yang mendalam di Nusantara. Peninggalan-peninggalan kerajaan inilah yang kemudian menjadi dasar pembentukan Museum Islam Samudera Pasai.
Museum Islam Samudera Pasai diresmikan pada 10 Oktober 2016 oleh Pemerintah Aceh Utara. Keberadaannya didorong oleh kesadaran untuk melestarikan artefak dan dokumen sejarah dari masa Kesultanan Samudera Pasai yang tersebar di wilayah Aceh. Museum ini menyimpan berbagai koleksi berharga yang menggambarkan kejayaan Kesultanan Samudera Pasai, seperti nisan batu, manuskrip kuno, koin emas dirham, artefak Arkeologi, dan peta perdagangan kuno.
Museum Islam Samudera Pasai ini memainkan peran penting sebagai pusat edukasi, penelitian, dan pelestarian budaya. Museum ini menjadi saksi bisu kejayaan Islam di Nusantara dan mengingatkan generasi muda akan identitas sejarah Samudera Pasai. Selain itu, museum ini menjadi daya tarik wisata budaya dan religi, menarik wisatawan lokal maupun internasional. Museum ini juga sering digunakan sebagai tempat penelitian akademik, seminar sejarah, dan kegiatan budaya lainnya. Dengan demikian, Museum Islam Samudera Pasai tidak hanya melestarikan benda-benda bersejarah tetapi juga menghidupkan kembali semangat intelektual Islam yang menjadi warisan penting dari Kesultanan Samudera Pasai.
STUDI KASUS IMPLEMENTASI PILAR CINTA DAMAI: MEMBANGUN HARMONI MASYARAKAT ACEH DENGAN MAHASISWA PERANTAU DI ACEH
Aceh, dikenal sebagai “Kota Serambi Mekkah,” memiliki tradisi kearifan lokal yang kuat dalam menjunjung nilai-nilai harmoni dan cinta damai. Kehidupan masyarakat Aceh dipenuhi dengan semangat persaudaraan, keramahan, dan sikap inklusif terhadap keberagaman, termasuk terhadap mahasiswa perantau yang datang untuk menimba ilmu di Aceh.
Mahasiswa perantau, tidak hanya berasal dari satu daerah saja tapi berasal dari berbagai daerah di Indonesia, yang pastinya membawa keragaman budaya, tradisi, dan pengalaman hidup yang menjadi warna baru bagi masyarakat Aceh. Dalam interaksi sehari-hari, masyarakat Aceh memperlihatkan sikap terbuka dan mendukung, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi mahasiswa untuk beradaptasi, belajar, dan berkembang di Aceh ini.