Nazila Putri Kyla (23010400205)
Dosen Pengempu: Dr. Nani Nurani Muksin, M.Si
Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UMJ
Di era digital ini, kemajuan teknologi komunikasi telah membawa berbagai kemudahan dan manfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu contohnya adalah kemunculan teknologi "deepfake", yang memungkinkan manipulasi video dan audio dengan cara yang sangat realistis. Teknologi ini membuka peluang baru untuk kreativitas dan hiburan, namun di sisi lain, juga menghadirkan dilema etika komunikasi yang kompleks.
Apa itu Deepfake?
Deepfake adalah teknik manipulasi video dan audio yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengganti wajah atau suara seseorang dengan orang lain. Teknologi ini dapat digunakan untuk membuat video yang tampak nyata, seolah-olah seseorang mengatakan atau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan.
Dampak Negatif Deepfake pada Etika Komunikasi
Penggunaan deepfake yang tidak bertanggung jawab dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada etika komunikasi, antara lain:
1. Penyebaran informasi yang salah dan hoaks: Deepfake dapat digunakan untuk membuat berita palsu atau konten menyesatkan yang dapat menipu publik dan memicu keresahan sosial.
2. pencemaran nama baik: Deepfake dapat digunakan untuk membuat video yang mendiskreditkan atau memfitnah seseorang, merusak reputasi mereka, dan bahkan membahayakan keselamatan mereka.
3. pelecehan dan perundungan online: Deepfake dapat digunakan untuk membuat video yang melecehkan atau merundung seseorang, menyebabkan trauma emosional dan psikologis.
4. Gangguan privasi: Deepfake dapat digunakan untuk membuat video yang melanggar privasi seseorang, seperti video porno atau video intim tanpa persetujuan mereka.
Analisis Etika Komunikasi Deepfake dengan Teori Filsafat dan Etika Komunikasi
Untuk menganalisis dilema etika komunikasi deepfake, kita dapat menggunakan beberapa teori filsafat dan etika komunikasi, seperti:
* Etika Utilitarianisme: Menurut teori ini, tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan konsekuensinya. Dalam konteks deepfake, tindakan menggunakan deepfake dapat dianggap baik jika menghasilkan konsekuensi yang positif dan buruk jika menghasilkan konsekuensi yang negatif.
* Etika Deontologi: Menurut teori ini, tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan prinsip moral yang universal, terlepas dari konsekuensinya. Dalam konteks deepfake, tindakan menggunakan deepfake dapat dianggap buruk jika melanggar prinsip moral seperti kejujuran, keadilan, dan rasa hormat.
* Etika Konsekuensialisme: Menurut teori ini, tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan konsekuensinya. Dalam konteks deepfake, tindakan menggunakan deepfake dapat dianggap baik jika menghasilkan konsekuensi yang positif dan buruk jika menghasilkan konsekuensi yang negatif.
* Etika Kebajikan: Menurut teori ini, tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan karakter atau kebajikan agen. Dalam konteks deepfake, tindakan menggunakan deepfake dapat dianggap buruk jika dilakukan dengan niat jahat atau tanpa mempertimbangkan potensi konsekuensi negatifnya.
Solusi Etika Komunikasi Deepfake berdasarkan Perspektif Filsafat dan Etika Komunikasi
Berdasarkan analisis di atas, beberapa solusi etika komunikasi deepfake dapat diusulkan, antara lain:
1. Peningkatan literasi media digital: Masyarakat perlu diedukasi tentang cara mengidentifikasi deepfake dan memahami potensi dampak negatifnya.
2. Pengembangan regulasi dan kebijakan: Pemerintah perlu merumuskan regulasi dan kebijakan yang mengatur penggunaan deepfake untuk mencegah penyalahgunaan dan melindungi masyarakat dari dampak negatifnya.
3. Pengembangan teknologi anti-deepfake: Para ahli perlu mengembangkan teknologi yang dapat mendeteksi dan memverifikasi keaslian video dan audio, sehingga deepfake dapat lebih mudah diidentifikasi dan dihilangkan.
4. Peningkatan tanggung jawab individu: Pengguna teknologi deepfake perlu memiliki tanggung jawab moral untuk menggunakan teknologi ini dengan baik dan tidak menyalahgunakannya untuk tujuan yang merugikan orang lain.
Kesimpulan
Deepfake merupakan teknologi yang memiliki potensi besar untuk kebaikan dan keburukan. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan teknologi ini dengan bertanggung jawab dan mempertimbangkan implikasi etika komunikasinya. Dengan meningkatkan literasi media digital, mengembangkan regulasi dan kebijakan, serta meningkatkan tanggung jawab individu, kita dapat meminimalkan dampak negatif deepfake dan memanfaatkannya untuk tujuan yang positif.
Daftar Referensi:
Aang Ridwan, M.Ag. (2023). Filsafat Komunikasi. CV PUSTAKA SETIA.
https://repository.bsi.ac.id/repo/files/392314/download/24229-71549-1-PB.pdf
https://www.technologyreview.com/search/?s=deepfake
https://www.bbc.com/news/uk-68823042
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H