Agroindustri adalah industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku utama. Di Indonesia sendiri sector agroindustry mempunyai potensial yang besar karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, kondisi iklim yang mendukung dan jumalah penduduk yang besar, misalnya agroindustry yang ada di Provinsi Jambi memanfaatkan getah tanaman jernang untuk pembuatan obat obatan di bidang farmasi.
Pohon Jernang. Foto: The Accountant
    Tumbuhan rotan jernang termasuk kekayaan alam yang mempunyai banyak manfaat. Rotan ini sangat terbatas di wilayah Asia Tenggara khususnya din Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Di Indonesia, jernang dapat ditemukan diwilayah Kalimantan dan juga Sumatra, terutama yang di Provinsi Jambi berada di Kabupaten, Tebo, Bungo, Sarolangun, Merangin, serta Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas dan Hutan Kapas. Di kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, terdapat dua desa, Seko Besar dan Taman Bandung yang berbatasan langsung dengan hutan alam dan kaya akan berbagai jenis jernang. Jernang adalah sebutan untuk jenis rotan yang menghasilkan resin merah pada bagian kulit buahnya, seperti Calamus draco Willd.
    Istilah "Jernang" biasanya digunakan untuk menyebut komponen resin yang dihasilkan dari proses ekstraksi buah rotan Calamus sp. terutama Calamus draco. Resin ini berwarna merah dan terkonsentrasi pada perukaan kulit dan daging buahnya. Berdasarkan penelitian, resin Calamus draco mengandung berbagai senyawa aktif seperti dracorhodin, dracorubin, dracoalban, dracoresene, dracoresinotannol, dracooxepine, dan dracoflavan. Senyawa utama resin jernang yaitu dracorhdin, yang mempunyai beragam manfaat medis dan kosmetik, termasuk obat antikanker, antivirus, antimicrobial, memiliki aktivitas sitotoksik, serta dapat melancarkan sirkulasi darah. Oleh karena itu, resin jernang digunakan sebagai bahan dasar untuk produk medis yang multifungsional. Adapun dampak yang diberikan bagi lingkungan apabila memanfaatkan tumbuhan jernang sebagai agroindustri adalah sebagai berikut:
1.Penipisan populasi tanaman jernang
Pemanenan buah jernang yang masih muda dapat menyebabkan penipisan populasi tanaman jernang secara keseluruhan. Hal ini, karena buah yang dipanen tidak dapat digunakan kembali biji dari buah tersebut, sehingga populasi tanaman jernang dapat menurun secara signifikan.
2.Degradasi ekosistem alami
Aktivitas permanenan yang intensif, terutama di habitat hutan rawa gabut, dapat menyebabkan degradasi ekosistem alami. Proses dari pemanenan yang tidak berkelanjutan dapat mengubah struktur vegetatif dan fauna yang ada di area tersebut, sehingga mengancam kelestarian ekosistem.
3.Kerusakan habitat
Keberadaan rotan jernang semakin langka seiring dengan semakin pesatnya konversi lahan hutan untuk berbagai aktivitas pembangunan. Hal ini mempengaruhi kerusakan habitat dan mengancam keberlangsungan tanaman jernang di habitat alami.