Mohon tunggu...
Nazila Imkani
Nazila Imkani Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Mataram

Try to learn

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bingung

28 Oktober 2022   09:48 Diperbarui: 11 Februari 2023   19:53 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Hai! Izinkan aku memperkenalkan diri terlebih dahulu. aku Nazila Imkani, remaja kelahiran 18 Januari 2005 yang kerap disapa Nazila atau Imka. Saat ini, aku sedang menempuh pendidikan sarjana pada program studi Teknik Informatika Universitas Mataram.

aku ingin menuangkan secangkir kebingungan yang pernah ku alami

Jauh sebelumnya, aku sudah mulai berpikir mengenai hal ini, akan tetapi terus saja menganggapnya enteng.

Hari itu, tanggal 5 Agustus 2022 sekitar pukul 17.00 ketika baru pulang dari OSPEK atau PKKMB Universitas Mataram dan masih menggunakan baju hitam putih, tanganku gemetar ditambah keringat dingin. Ibu jari dan telunjukku terus mencari-cari nama Nazila Imkani dalam sebuah soft file yang berisi 98 nama. Alhamdulillah, aku lolos seleksi Beasiswa Etos ID.

I did it!

Senang sekali rasanya satu per satu target besarku dapat tercapai setelah lika-liku perjalanan di tahun 2022 ini. Cepat-cepat aku menelepon orang tua di rumah dan tentunya mereka bangga atas pencapaianku kali ini. Namun, satu kalimat ini sangat mengganjal.

"Alhamdulillah, jadi, sekarang kamu mendapatkan dua-duanya."

Aku lolos pada dua seleksi beasiswa. Pertama adalah Beasiswa U-Go dari Go-Universtity dari luar negeri yang bekerja sama dengan INOTEK Foundation di Indonesia. Lalu yang kedua, Beasiswa Etos ID dari Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa (LPI DD). "Seharusnya" tidak ada masalah jika aku mengambil keduanya tetapi dalam hal ini, pihak Beasiswa U-Go mensyaratkan bahwa semua penerimanya dipastikan tidak menerima double beasiswa.

Berhari-hari rasa overthinking menghamipirku. apakah aku akan mengambil keduanya secara diam-diam atau mengambil salah satunya. Bahkan, ketika PKKMB tingkat fakultas, tepatnya di Fakultas Teknik Universitas Mataram, aku dipanggil untuk maju ke depan oleh Bapak Agustono Setiawan, ST., M.Sc selaku Wakil Dekan 3 Fakultas Teknik sebagai “contoh yang baik untuk diikuti” karena lolos seleksi Beasiswa U-Go, meskipun sebenarnya aku merasa tidak nyaman dengan predikat itu.

Teman-temanku bertanya beasiswa apa yang aku dapatkan, aku selalu menjawab beasiswa etos id karena beberapa dari mereka tahu dan aku setakut itu untuk jujur mendapatkan dua beasiswa.

Mengapa sangat berat dan se-overthinking itu? Kedua beasiswa itu memberikan dana sebesar 600k per bulan selama 8 semester beserta pembinaan. Satu hal yang membuatku tidak mau melepas Beasiswa U-Go adalah karena penerimanya akan difasilitasi laptop (katanya). Posisiku saat itu adalah seorang mahasiswa Teknik Informatika yang berniat membeli laptop baru dengan spesifikasi yang tinggi. Akan tetapi, hal yang juga membuatku tidak mau melepas Beasiswa Etos ID adalah karena UKT kuliah kami akan dibayarkan selama 8 semester serta pembinaan-pembinaannya diberikan secara offline, artinya kita berinteraksi secara langsung dengan fasilitator dan teman-teman awardee lainnya.

Seringkali, dalam benakku tetap saja terbayang-bayang, jika aku mengambil keduanya, aku akan mendapatkan 1,2 juta setiap bulan. Siapa yang tak tergiur dengan itu. Urutan seleksi panjang telah aku ikuti, mulai dari Beasiswa U-Go yang mensyaratkan Esai, Surat Keterangan Bebas Narkoba yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit atau BNN (Badan Narkotika Nasional), sesi wawancara, dan sebagainya. Begitu pun dengan Beasiswa Etos ID di mana wawancara dilaksanakan secara offline yang membuatku bersyukur bisa melewati itu semua.

Dengan penuh bingung dan bimbang, aku mendiskusikan ini dengan keluargaku. Pertama, aku yakin tidak akan ada apapun jika aku mengambil keduanya secara diam-diam dengan syarat aku tidak boleh memposting apapun yang berkaitan dengan kedua beasiswa itu. Namun, aku kembali berpikir kemudian bertanya kepada kakak-kakakku, "is it right?" Aku menjadi tidak tenang dan was-was jika suatu saat ketahuan. Salah satu kakakku mengatakan tidak apa-apa, yang lainnya mengatakan ambil salah satunya saja karena was-was selama 8 semester itu sangat menyiksa.

Di samping itu, aku juga berdoa kepada Allah SWT meminta ditunjukkan manakah pilihan terbaik yang harus aku pilih.

Entah diskusi yang ke berapa, tanggal 28 Agustus 2022 dengan keyakinan akhirnya aku memutuskan untuk memilih Beasiswa Etos ID dengan pertimbangan bebas ukt dan pembinaan offline yang pastinya terbaik bagi aku untuk saat ini. alhamdulillah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun