seorang pecumbu yang buta
mengenali kecantikan bunga dari wanginya
meraba, dan tak hendak menyimpulkan
sebuah kebahagiaan
di penghujung april yang tenteram
seorang prajurit merindukan desing maut
satu inci dari telinga kirinya
di sebuah lembah yang kini
menjadi milik penguasa kesedihan
lelah dalam kesempurnaan
sebuah kata mencair ke dalam puisi
dan minta diucapkan setitik airmata
di bilik pengakuan dosa
sebutir embun di ujung daun
membuat udara bergetar
hari-hari menyapa setiap dahan
dengan suka cita para bocah
dalam sebuah karnaval
pada nyanyian si pelantun rahasia
tak ada bedanya cahaya lampu kristal
di sebuah pendapa, atau cahaya kunang-kunang
di belantara, di mana keanggunan malam
melebarkan sayapnya
__
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H