Mohon tunggu...
Nazara Tanzila
Nazara Tanzila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Nihilisme Nietzsche: Dampaknya Terhadap Rasa Putus Asa dan Pencarian Tujuan dalam Kehidupan

8 Januari 2025   19:36 Diperbarui: 8 Januari 2025   20:02 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep nihilisme yang diperkenalkan oleh Friedrich Nietzsche telah lama menjadi bahan perdebatan dalam berbagai bidang, seperti filsafat, psikologi, dan seni. Nihilisme pada dasarnya mengatakan bahwa hidup tidak memiliki makna atau nilai yang tetap, dan bahwa agama serta moralitas umum tidak cukup menjadi dasar kehidupan manusia. Bagi Nietzsche, "kematian Tuhan" menunjukkan adanya kekosongan dan rasa putus asa yang disebabkan oleh hilangnya dasar tujuan hidup dalam diri manusia. Artikel ini bertujuan untuk membahas hubungan antara konsep nihilisme menurut Nietzsche dan bagaimana hal tersebut bisa menimbulkan rasa kosong atau putus asa dalam hidup, serta mencari kemungkinan solusi atau jalan keluar dari situasi tersebut.

Nihilisme Nietzsche: Kehilangan Makna dalam Dunia Modern
Nihilisme adalah paham filsafat yang percaya bahwa segala sesuatu yang dianggap benar, termasuk Tuhan, sebenarnya tidak ada. Tujuan dari nihilisme adalah untuk menghilangkan keyakinan terhadap kebenaran-kebenaran tentang hal-hal yang bersifat abstrak atau tidak terlihat, yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang pasti dan mutlak.
Salah satu pernyataan terkenal dari Nietzsche yang mencerminkan ide ini adalah "kematian Tuhan", yang berarti hilangnya kepercayaan pada Tuhan dalam diri individu yang dulu sangat berpengaruh di dunia Barat. Ungkapan ini kemudian digunakan oleh para atheis untuk mendukung pandangan mereka.

Kehilangan sosok Tuhan mengakibatkan hilangnya pedoman moral dan spiritual yang selama ini memberikan makna dan arah dalam hidup. Dengan runtuhnya sistem nilai tradisional, manusia terjebak dalam keadaan nihilistik, di mana semua nilai dianggap relatif dan segalanya terasa tidak berarti. Bagi Nietzsche, nihilisme bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba, tetapi hasil dari perkembangan pemikiran manusia yang semakin kritis terhadap ajaran dan nilai-nilai yang sudah ada. Hal ini menciptakan situasi di mana banyak orang merasa terasing, kehilangan tujuan hidup, dan tidak tahu arah yang harus diambil. Kekosongan ini akhirnya memunculkan rasa putus asa yang mendalam.

Kekosongan Eksistensial: Dampak Nihilisme dalam Kehidupan Manusia
Kekosongan eksistensial merujuk pada perasaan kehilangan makna atau tujuan dalam hidup, yang sering kali terjadi ketika seseorang merasa dunia ini tidak memiliki arti yang lebih tinggi atau nilai-nilai yang jelas. Dalam ketidakmampuan untuk menemukan makna atau tujuan hidup yang pasti, individu merasakan kehampaan dalam dirinya seperti perasaan "terapung" di dunia tanpa arah dan tujuan yang jelas.

Rasa putus asa adalah gejala paling mencolok dari nihilisme. Nihilisme dapat membuat seseorang merasa bahwa hidupnya tidak berarti, karena tidak ada tujuan akhir atau nilai yang dapat diandalkan. Ini dapat menciptakan perasaan kebingungan dan kekosongan yang sering kali muncul dalam diri individu. Dulu, orang-orang banyak mengandalkan panduan hidup seperti agama, norma sosial, dan tradisi budaya untuk menemukan makna hidup. Namun, sekarang hal-hal tersebut tidak lagi memberikan jawaban yang cukup. Akibatnya, banyak orang mengalami krisis eksistensial, di mana mereka mulai meragukan bukan hanya dunia sekitar mereka, tetapi juga keberadaan mereka sendiri.

Secara psikologis, perasaan kosong ini bisa membuat seseorang merasa terasing dari dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya. Ketika hidup tidak lagi memberi makna dari luar, seseorang bisa merasa hampa di dalam dirinya, seolah-olah hidupnya tidak memiliki arti atau tujuan yang lebih besar. Kekosongan ini bisa dianggap sebagai bentuk keputusasaan, yang menunjukkan dampak nyata dari nihilisme dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, di era modern ini banyak anak muda yang merasa bingung tentang tujuan hidup mereka, terutama karena adanya tekanan sosial untuk sukses, menjadi terkenal, atau mengikuti standar hidup tertentu yang tidak mereka percayai. Ketika nilai-nilai tradisional seperti agama atau norma sosial mulai kehilangan pengaruh, mereka sering merasa kehilangan arah dan makna hidup.

Fenomena ini terlihat jelas pada krisis identitas yang dialami oleh banyak remaja dan dewasa muda. Mereka merasa "kosong" karena tidak tahu apa tujuan hidup yang jelas dan tidak memiliki dasar moral yang pasti untuk diikuti. Krisis eksistensial ini menciptakan perasaan putus asa, di mana hidup terasa hampa dan tidak berarti.

Menanggapi Nihilisme: Perubahan Nilai dan Pencarian Makna
Meskipun nihilisme dapat menyebabkan perasaan kosong dan putus asa, Nietzsche tidak menganggapnya sebagai akhir yang buruk. Sebaliknya, ia melihat nihilisme sebagai sebuah tantangan bagi setiap orang untuk menciptakan makna hidupnya sendiri.  Nietzsche mengenalkan konsep transvaluasi nilai (tranvaluation of values), yaitu proses di mana individu harus meninggalkan nilai-nilai lama yang sudah tidak sesuai dan menggantinya dengan nilai-nilai baru yang lebih asli dan sesuai dengan diri mereka.

Bagi Nietzsche, ini bukan sekadar tentang meninggalkan nilai-nilai lama, tetapi juga tentang menggali potensi kreatif manusia untuk menciptakan makna dan tujuan hidup. Dalam menghadapi nihilisme, seseorang tidak perlu menyerah pada rasa putus asa, melainkan harus belajar untuk membangun kembali tujuan dan nilai-nilai hidup berdasarkan kehendak untuk berkuasa (will to power)---yaitu kekuatan untuk mengatasi keadaan dan mendefinisikan hidup sesuai dengan keinginan serta hasrat pribadi.

Menurut Nietzsche, makna hidup tidak datang dari luar diri individu, melainkan dari dalam diri setiap individu. Setiap orang memiliki kekuatan untuk menentukan apa yang penting bagi mereka, apa yang membuat hidup mereka bermakna, dan apa yang akan menjadi tujuan hidup mereka. Ini adalah bentuk pembebasan yang bisa mengatasi perasaan kosong dan putus asa. Dengan menerima perubahan nilai, seseorang dapat menemukan kekuatan untuk mengatasi nihilisme dan menciptakan tujuan hidup yang lebih asli dan bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun