Mohon tunggu...
Nazah
Nazah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Semarang

Saya Nazah Lailatus Syarifah Mahasiswi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Semarang, saya adalah individu yang tertarik pada berbagai topik dan memiliki minat yang beragam dalam bidang-bidang yang berbeda. saya selalu bersemangat untuk belajar hal-hal baru dan mengeksplorasi pengetahuan di luar bidang saya. saya senang berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama seperti kesukaan dengan musik, movie, dan hal-hal yang sefrekuensi dengan pemahaman saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dilema Bantuan Sosial: Jalan Keluar Kemiskinan Atau Ketergantungan?

22 Maret 2024   08:44 Diperbarui: 26 Maret 2024   09:00 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemiskinan selalu menjadi permasalahan kompleks di negara berkembang tak terkecuali Indonesia. Salah satu faktor yang menjadi penyebab kemiskinan adalah kurangnya pendapatan dan aset (lack of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan papan, sandang, pangan, tingkat kesehatan serta pendidikan yang bisa didapatkan (World Bank,2004). BPS mencatat angka kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2023 sebesar 9,36% dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 25,90 juta jiwa. 

Dengan melihat jumlah penduduk miskin yang masih sangat tinggi, perlu adanya upaya penanganan yang efektif untuk mengatasi permasalah kemiskinan tersebut. Salah satu program pemerintah sebagai instrumen untuk mengentaskan kemiskinan yaitu Bantuan Sosial (Bansos). Adapun jenis Bansos yang ada di Indonesia diantaranya adalah Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Bantuan Sosial (Bansos) merupakan upaya pengentasan kemiskinan dalam jangka pendek karena bersifat konsumtif yang akan dikonsumsi dalam waktu singkat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Pada awalnya pengentasan kemiskinan melalui program ini berorientasi pada pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat miskin. Program bansos yang diberikan dalam jangka panjang dan secara rutin menciptakan permasalahan baru yaitu munculnya sifat ketergantungan. 

Masyarakat penerima bantuan sosial beranggapan bahwa bantuan ini sebagai penghasilan mereka untuk memenuhi kebutuhannya mengakibatnya motivasi mereka untuk bekerja menjadi menurun. Mereka hanya mengandalkan bantuan ini untuk menyambung hidupnya dan akan terus menerus berharap untuk menjadi penerima bansos yang telah diberikan oleh pemerintah. Hal inilah yang memicu munculnya kemiskinan kultural. Masyarakat penerima bantuan sosial yang terjerat dalam kemiskinan kultural cenderung menerima keadaan mereka tanpa ada upaya untuk meningkatkan kondisi perekonomiannya. Tidak sedikit dari mereka hidup dengan kondisi perekonomian yang sudah berkecukupan namun enggan untuk melaporkan kondisinya kepada pihak terkait. Seperti contohnya penerima PKH yang sebenarnya sudah mampu, namun enggan melepas status penerima bantuan

Dalam menyelesaikan masalah kemiskinan tidaklah hanya tentang memenuhi kebutuhan , tetapi juga tentang mengubah cara berpikir masyarakat miskin agar mereka dapat terbebas dari pola pikir yang mempertahankan kemiskinan kultural (Habibullah,dkk,2018) maka dari itu bansos bukanlah jalan keluar satu-satunya. Bantuan sosial yang diberikan hanyalah bersifat sementara untuk melindungi daya beli masyarakat. Banyak alternatif lain yang dapat digunakan agar manfaat bantuan sosial yang diberikan dapat berguna sebagai bekal masyarakat untuk dapat keluar dari lingkaran kemiskinan. Contohnya adalah bantuan untuk menggerakkan ekonomi. Pemerintah dapat memberikan bantuan pelatihan kepada masyarakat agar nantinya dapat bersaing di pasar tenaga kerja. Selain itu pemberian modal usaha bagi UMKM juga dapat membantu menggerakkan perekonomian mengingat sektor UMKM terbukti menyerap banyak tenaga kerja dan berpotensi meningkatkan kesejahteraan. 

Penulis: Nazah Lailatus Syarifah/Alya Aryanti Anggita Pertiwi/Sheila Maharani Putri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun