Mohon tunggu...
Nayya Hafidha
Nayya Hafidha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran prodi Kedokteran Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Guru Bukan Budak Pendidik: Kontroversi Dampak serta Tantangan Penyebaran Guru Honorer ke Wilayah 3T

6 Juni 2024   07:30 Diperbarui: 6 Juni 2024   07:33 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan pilar penting dalam pembangunan suatu Negara. Dalam rangka meningkatkan pembangunan kualitas serta akses pada pendidikan dan mengatasi kesenjangan antar wilayah, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah menempatkan guru honorer di wilayah-wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Meskipun adanya kebijakan ini bertujuan mulia dan memberi dampak baik untuk negera, namun penyebaran guru honorer ke wilayah 3T juga memicu berbagai kontroversial yang perlu dipertimbangkan. Tulisan ini akan membahas hal dari berbagai aspek kontroversi ini, juga menyoroti tantangan serta dampak yang mungkin muncul dengan adanya penyebaran guru honorer di wilayah 3T.

Kesejahteraan Guru

Tantangan yang sering dijumpai yakni kesejahteraan dari guru honorer di wilayah 3T. Banyak wilayah 3T memiliki kondisi lingkungan yang sulit, dan keterbatasan dalam hal layanan kesehatan dan fasilitas umum. Guru honorer yang ditempatkan di wilayah tidak pula mendapat fasilitas yang memandai dari pemerintah, hal ini dapat membuat para guru kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar dan keluarga mereka. Kondisi ini bisa berdampak pada kesejahteraan mental dan fisik, yang pada akhirnya akan memengaruhi efektivitas pengajaran dan pembelajaran kepada murid.

Kesenjangan Pendapatan

Penempatan guru honorer di wilayah 3T juga bisa menunjukkan adanya kesenjangan pendapatan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Gaji guru honorer di wilayah terpencil sering kali lebih rendah dibandingkan dengan gaji guru di wilayah yang lebih maju. Hal ini dapat mengakibatkan guru yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah 3T menjadi kurang termotivasi akibat kondisi ekonomi yang sulit. Akibatnya, tujuan penyebaran guru honorer untuk meningkatkan mutu pendidikan di wilayah terpencil tidak tercapai sepenuhnya. Seharusnya, apabila memang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan untuk satu Indonesia, perlu disamaratakan pendapat untuk menghilangkan kesenjangan antar guru di wilayah yang lebih maju.

Tantangan Infrastruktur 

Tantangan utama lain dalam penempatan guru honorer di wilayah 3T adalah infrastruktur yang terbatas. Bukan hanya perbedaan pendapatan tapi infrastruktur yang disediakan juga lebih memprihatinkan. Wilayah-wilayah ini sering menghadapi keterbatasan dalam hal sarana dan prasarana pendidikan, seperti fasilitas sekolah, buku, dan teknologi pendukung. Ketika guru honorer ditempatkan di wilayah dengan infrastruktur yang belum siap, proses pembelajaran dan pengajaran dapat terganggu. Kurangnya akses ke fasilitas modern juga bisa berdampak negatif pada kualitas pendidikan yang disediakan oleh guru honorer.

Kualifikasi dan Pelatihan

Kebutuhan akan kualifikasi dan pelatihan yang memadai menjadi perhatian penting dalam konteks penempatan guru honorer. Banyak guru honorer yang tidak memiliki latar belakang pendidikan formal atau pelatihan khusus dalam mengajar. Saat mereka ditempatkan di wilayah 3T, di mana tantangan pembelajaran seringkali lebih kompleks, ketidakmampuan untuk menghadapi kebutuhan siswa dapat menghambat pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu ada upaya serius untuk memberikan pelatihan dan dukungan yang diperlukan kepada guru honorer sebelum mereka ditempatkan di wilayah 3T.

Penempatan guru honorer di wilayah 3T adalah kebijakan yang memberikan kontroversial. Mengingat tantangan dan dampak yang mungkin timbul sehubungan dengan infrastruktur, kualifikasi, kesejahteraan, dan kesenjangan pendapatan yang didapati para Guru Honorer. Perlu kita ketahui bahwasanya seorang Guru bukanlah budak pendidik, Maka untuk mengatasi tantangan ini, perlu adanya pendekatan yang komprehensif, termasuk pelatihan yang memadai, perhatian terhadap kesejahteraan guru, peningkatan infrastruktur pendidikan, serta penyesuaian gaji dan perlakuan yang adil. Dengan mengatasi semua tantangan ini, harapannya pemerintah dapat mencapai tujuan mulia mereka untuk memberikan pendidikan berkualitas kepada seluruh anak Indonesia, tanpa memandang lokasi geografis mereka.

Daftar Pustaka:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun