Kota Gresik, kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur, dikenal sebagai kota yang memiliki sejarah panjang yang mengantarkannya menjadi salah satu pusat industri termuka di Indonesia. Dengan sejarah yang panjang dan warisan budaya yang kaya, Gresik tidak hanya menjadi saksi peradaban Nusantara, tetapi juga berkembang menjadi kota industri yang strategis. Kota ini juga mendapat banyak julukan yaitu Kota Santri, Kota Wali, dan Kota Industri. Diantara julukan lain, kota santri dan kota industri memiliki nilai tinggi yang diyakini oleh masyarakat Gresik maupun luar Gresik. Artikel ini akan mengupas sejarah perkembangan Kota Gresik dari masa lalu hingga masa kini sebagai Kota Industri.
Masa Awal Pelabuhan dan Perdagangan
Dalam lintasan sejarahnya, Gresik memiliki jejak perdagangan sejak abad ke-11. Letaknya yang strategis membuat daerah niaga itu layak menjadi lokasi kawasan ekonomi khusus. Beragam fasilitas yang tersedia mendorong industrialisasi di Gresik maupun kawasan sekitarnya. Gresik menjadi salah satu lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia bukan tanpa alasan. Sejarah mencatat, daerah yang juga dikenal sebagai kota santri ini merupakan salah satu kawasan niaga yang tertua di Indonesia.
Pada abad ke-11, Gresik mulai dikenal dan tumbuh menjadi pusat perdagangan di Indonesia. Di era Kerajaan Majapahit, Gresik yang dikenal dengan Pelabuhan Ujung Galuh, menjadi bandar laut utama bersama Tuban. Lokasinya di muara sungai Bengawan Solo menjadikan kegiatan niaga di Gresik tak hanya sebatas perdagangan antarpulau, tetapi juga antarnegara. Perdagangan dari Gujarat, Arab, dan China cukup sering singgah di Gresik untuk melakukan aktivitas perdagangan pada masa itu.
Pada masa itu, Gresik juga dikenal sebagai pusat penyebaran agama Islam di Jawa. Seperti Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim sangat erat dengan sejarah kota ini. Peran mereka sebagai penyebar agama sekaligus pemimpin masyarakat membuat Kota Gresik menjadi pusat peradaban Islam yang penting.
Masa Kolonial Awal Industrialisasi
Pada masa kolonial Belanda, Gresik mulai dikenal sebagai kota dengan potensi industri. Belanda mendirikan beberapa pabrik gula dan industri pengolahan lainnya, memanfaatkan kesuburan tanah dan akses pelabuhan yang dimiliki kota Gresik ini. Perkembangan infrastruktur seperti jalur kereta api dan pelabuhan mempercepat arus distribusi hasil industri dari Gresik ke berbagai wilayah lainnya.
Era Kemerdekaan Industri Modern Mulai Berkembang
Setelah Indonesia merdeka, Gresik mulai mengembangkan industrinya ke skala yang lebih modern. Salah satu tonggak sejarah industrialisasi di Gresik yaitu berdirinya Pabrik Semen Gresik pada tahun 1953. Semen Gresik menjadi salah satu pemilik dari delapan terminal khusus di Pelabuhan Kalimireng. Selain Semen Gresik, industri yang memiliki terminal khusus di Pelabuhan Kalimireng antara lain PT Petrokimia Gresik, PT Wilmar Nabati, dan PT Maspion. Selain itu juga, Gresik mulai mengembangkan industri kimia, pupuk, dan perkapalan. Pelabuhan Gresik diperluas untuk mendukung kebutuhan ekspor-impor, yang menjadikan kota ini semakin strategis dalam distribusi nasional dan internasional.
Kini, bertambahnya pelabuhan di Gresik, yakni pelabuhan JIIPE, yang berpotensi untuk mendorong aktivitas pelabuhan dan industrialiasi di Kabupaten Gresik semakin masif. JIIPE juga memiliki keunggulan lain, yaitu terjangkaunya lokasi tersebut dari sejumlah fasilitas penghubung di Jawa Timur. Perusahaan-perusahaan tersebut mendorong pembangunan infrastruktur dan membuka lapangan kerja.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa industrialisasi selama ini menjadi unggulan Kabupaten Gresik yang berangsur pulih di tengah terpaan pandemi Covid-19. Hadirnya KEK JIIPE dengan segala keunggulannya mungkin akan membawa industrialisasi di Gresik kian besar dan akan memperkuat aktivasi industri di Tanah Air.
Kota Industri yang Dinamis
Kini, Gresik dikenal sebagai salah satu kawasan industri utama di Indonesia. Kawasan ini menjadi salah satu rumah bagi banyak perusahaan besar, termasuk industri petrokimia, logam, makanan, dan energi. Keberadaan pelabuhan Internasional seperti Pelabuhan Gresik dan Pelabuhan JIIPE semakin memperkuat posisi Gresik sebagai kota industri yang dinamis.
Namun, pesatnya industrialisasi ini juga membawa tantang dan dampak, seperti dampak lingkungan dan kebutuhan akan pengolaan sumber daya yang berkelanjutan. Pemerintah daerah bersama berbagai pihak terus berupaya menyeimbangkan perkembangan industri dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat dan pelestarian lingkungan.
Warisan Budaya di Tengah Modernisasi
Meski dikenal sebagai Kota Industri, Gresik tetap mempertahankan warisan budayanya. Tradisi lokal seperti Nyadran dan perayaan Maulid Nabi masih dijaga oleh masyarakat Kota Gresik. Destinasi wisata sejarah, seperti makam Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim, juga tetap menjadi daya tarik utama.
Kesimpulan
Kota Gresik adalah kota dengan sejarah panjang yang mengantarkannya menjadi pusat industri termuka di Indonesia dan dikenal sebagai pusat perdagangan strategis dan penyebaran agama islam. Gresik berkembang pesat menjadi kota industri modern dengan berbagai sektor unggulan seperti semen, pupuk, dan perkapalan. Dan didukung oleh infrastruktur pelabuhan internasional seperti, JIIPE. Gresik juga menjadi salah satu pusat ekonomi penting di Indonesia, di tengah pesatnya industrialisasi, kota ini tetap menjaga keseimbangan dengan melestarikan budaya dan situs bersejarah, sehingga mampu untuk mempertahankan indentitasnya sebagai kota yang kaya akan sejarah, budaya, dan modernisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H