Video tersebut menjadi viral dan ditonton lebih dari 4,7 juta kali oleh pengikut Bongbong di media sosial. Dalam video tersebut, Bongbong juga berupaya untuk membangkitkan memori masa lalu dengan menghubungkannya dengan era baru, di mana media sosial berperan besar dalam menciptakan narasi baru. TikTok, misalnya, digunakan untuk mengenang masa lalu yang dianggap cerah oleh keluarga Marcos, meskipun pada kenyataannya ada banyak kontroversi terkait dengan pemerintahan ayah Bongbong, Ferdinand Marcos Sr., yang pernah dipenuhi dengan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk penculikan dan kekerasan selama darurat militer pada era 1970-an.
Namun, di balik narasi yang dibangun di media sosial, ada manipulasi sejarah yang dilakukan untuk menutupi kenyataan. Salah satunya adalah klaim bahwa tidak ada penculikan yang terjadi selama masa darurat militer, meskipun data dari organisasi hak asasi manusia, seperti Amnesty International, mencatat adanya sekitar 50.000 orang yang diculik. Strategi ini bertujuan untuk menghapus jejak kelam keluarga Marcos dengan menyebarkan disinformasi kepada publik, terutama kepada pemilih muda yang kurang memiliki literasi sejarah. Anak muda, yang lebih aktif di media sosial dan sering kali tidak mengerti atau mengabaikan sejarah kelam tersebut, menjadi sasaran empuk bagi narasi bohong dan manipulasi.
Dengan cara ini, media sosial menjadi kekuatan besar yang dapat mengubah pandangan masyarakat, terutama generasi muda, tentang keluarga Marcos. Mereka mulai melihat Bongbong Marcos dalam cahaya yang lebih positif, melupakan sejarah kelam keluarganya. Anak muda, yang hobi bermain gadget, sering kali terjebak dalam konten yang memanipulasi kebenaran ini, dan akhirnya berkontribusi besar pada kemenangan Bongbong Marcos. Tidak dapat dipungkiri bahwa konten yang diproduksi dan disebarkan melalui platform media sosial memiliki dampak yang sangat besar dalam membentuk opini publik, meskipun banyak yang tidak menyadari bahwa mereka telah termakan hoaks dan manipulasi sejarah. Hal ini membuktikan bahwa media sosial tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga alat pencitraan yang sangat efektif dalam politik. buzzer yang disediakan tentu sudah dipersiapakan dengan baik untuk mendukung dan membangun citra positif
Kesimpulan
      Komunikasi politik yang dilakukan oleh politisi memberikan kemudahan untuk menyampaikan pesan yang mendalam dengan tujuan kemenangan dalam pemilu. Dalam era media sosial, komunikasi politik telah berkembang menjadi komunikasi melalui media online, seperti akun dan konten di Facebook, YouTube, Instagram, yang menyajikan konten edukatif dan positif. Hal ini bertujuan untuk membentuk citra politisi ke arah yang lebih baik dan menyentuh hati masyarakat, sehingga masyarakat merasa terpengaruh dan lebih percaya pada narasi politisi untuk menarik simpati mereka. Para politisi juga seringkali menyewa buzzer dan mengeluarkan dana besar untuk kampanye guna mempengaruhi masyarakat dan meraih kemenangan.
Bongbong Marcos Jr. merupakan contoh politisi yang berhasil menggunakan strategi ini dalam pemilu 2022. Ia membangun citra positif dengan mengubah image kelam keluarganya menjadi lebih cerah. Dukungan dari simpatisan yang dibayar serta penguasaan TikTok untuk membuat video yang menyentuh anak muda Filipina menjadi kunci keberhasilannya. Dengan demikian, anak muda yang sangat aktif dengan gadget mereka menjadi target utama Bongbong. Mereka terpengaruh oleh narasi yang dibangun melalui media sosial, yang menyajikan Bongbong sebagai sosok yang relevan dengan kebutuhan digitalisasi dan mampu membawa perubahan positif.
Pencitraan ini berhasil karena banyak orang, terutama generasi muda, mulai menyukai karakter Bongbong dan percaya bahwa dosa-dosa masa lalu ayahnya tidak akan terulang di masa pemerintahan anaknya. Namun, bagi sejarawan dan pengamat politik, fenomena ini dapat dijelaskan dengan rendahnya literasi politik generasi muda terhadap sejarah masa lalu, terutama yang terjadi pada masa pemerintahan Ferdinand Marcos Sr. Generasi lama yang tidak berada di era media sosial cenderung mengubur kenangan kelam tersebut, sehingga Bongbong dapat membangun citra baru di aplikasi seperti TikTok yang banyak diunduh oleh anak muda.
Selain itu, banyak anak muda yang hadir dan rela menghadiri kampanye akbar Bongbong Marcos meskipun harus menghadapi cuaca buruk. Dukungan ini menunjukkan betapa efektifnya strategi pemasaran politik yang memanfaatkan dinamika konten dan buzzer, serta pemahaman tentang teknologi informasi dan komunikasi untuk keluarga Marcos.
Daftar Pustaka
      Arifin. (2010). Pers dan dinamika politik:Analisis media politik Indonesia. Jakarta: yarsif watampone
      Ikmah Wati &Darto., W. (2024). Peran media sosial sebagai alat politik citra diri. Jurnal Ilmiah Penelitian 2 (14), 7-9.