Seni yang ada di Suku Mee salah satunya adalah tarian, yaitu tarian gaidai, yang diiringi nyanyian. Biasanya tarian ini dipakai untuk acara penyambutan. Selain tarian ada juga kerajinan tangan  yang di sebut dengan noken. Disana untuk noken itu dibuat sendiri, anak-anak yang sudah berusia 15 tahun ke atas sudah harus bisa membuat noken.
6. Sistem dan organisasi kemasyarakatan
Kehidupan  masyarakat Suku Mee tidak terlepas dari jiwa sosial atau rasa empati dan saling menghargai terhadap sesama manusia. Jikapun ada konflik mereka akan dikumpulkan dalam sebuah forum seperti balai desa yang dipimpin oleh kepala suku. Untuk pemilihan ketua suku sendiri di diskusikan secara bersama-sama, biasanya mereka mencalonkan diri dan yang memiliki pengalaman menjadi sebuah nilai plus (biasanya yang memiliki keturunan kepala suku juga bisa menjadi sebuah nilai plus). Tetapi disana belum terdapat sistem kemasyarakatan seperti RT atau RW, hanya ada yang bisa disebut dengan istilah kepala desa saja atau kepala suku.
7. Sistem PengetahuanÂ
Pendidikan di Suku Mee masih belum cukup memadai jika di pandang dalam sudut pandang sistem pendidikan nasional. Tetapi Suku Mee memiliki Sistem pendidikan tradisional suku Mee tersendiri. Dimulai dari kasih sayang terhadap orang tua, norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sosial sampai dengan kemandirian hidup. Hal ini dapat disesuaikan dengan perkembangan umur anak. Suku Mee juga mengajarkan pembelajaran dalam bentuk lisan, seperti cerita, dongeng, mitos, hikayat, pantun, atau lagu. Selain itu, dalam bentuk nasehat dan wasiat, serta dalam bentuk perumpamaan-perumpamaan, pepatah, dan teka-teki.Â
REFERENSIÂ
Putri, A. (2012). TRADISI PRASEJARAH BERLANJUT PADA MASYARAKAT MEE DIÂ
KAWASAN DANAU TIGI , KABUPATEN DEIYAI.
Dekme, D. (2015). Perajut  Noken  Pada Suku  Bangsa  Amunge  Di  Desa Limau Asri        Â
Kecamatan Iwaki Kabupaten Mimika Provinsi Papua
 Pekei, Titus, dan Natalis Pakage.(2013). Menggali Nilai Budaya Tradisi Lisan Dari PapuaÂ