Yogyakarta -- Apa kabar para mahasiswa/i di Indonesia yang sampai saat ini sedang melaksanakan kuliah daring?
Kuliah menggunakan sistem daring memanglah tidak efektif. Kenapa? Karena, sebagian mahasiswa/i merasa kesulitan untuk menerima pelajaran jika tidak tatap muka langsung oleh dosen.
Terutama, jika mahasiswa/i yang mendapatkan mata kuliah praktikum dan harus dilaksanakan secara daring, itu membuat mereka semakin sulit untuk memahami mata kuliah tersebut.
Dan hasilnya kurang memuaskan jika tidak turun langsung ke lapangan. Akibat masih adanya pandemi Covid-19 ini, banyak kampus-kampus yang masih tutup saat ini dan menggunakan sistem kuliah daring.
Baca juga : Gaya Belajar Mahasiswa Selama Kuliah Daring
Awal belajar menggunakan sistem daring ini sudah mulai dari bulan Maret dan muncul informasi bahwa kuliah daring diperpanjang hingga awal tahun 2021.
Memang butuh waktu yang cukup lama, 10 bulan mahasiswa/i harus belajar menggunakan sistem daring, untuk memutuskan rantai virus covid 19 ini agar angka pasien covid 19 yang positif tidak semakin meningkat.
Banyak sekali mahasiswa/i yang sudah merasakan resah dan mengeluh dengan kuliah yang menggunakan sistem daring ini.
Beberapa dari mereka memilih untuk mengambil cuti disemester selanjutnya, karena mereka beranggapan bahwa kalau mereka tetap melaksanakan belajar sistem daring ini disemester selanjutnya, mereka akan kesulitan untuk memahami materi-materi dan mereka semakin keberatan dengan tugas-tugas terutama tugas dimata kuliah yang harus dilaksanakannya secara praktikum.
Baca juga : Di Balik Kuliah Daring Selama Pandemi Covid-19
- Mahasiswa kurang memahami mata kuliah
- Mahasiswa merasa kesulitan ketika mendapatkan mata kuliah praktikum. Contoh nya mata kuliah praktikum membuat sebuah konten melalui aplikasi editing video. Bagi yang laptop nya mendukung, memanglah mudah untuk mengerjakannya. Tetapi, bagi yang memiliki laptop kurang mampu untuk membuka aplikasi tersebut, merasa sangat kesulitan dan keberatan.
- Boros kuota, inilah yang membuat mahasiswa/i semakin keberatan dalam melaksanakan kuliah daring. Dalam sehari bisa saja satu mahasiswa/i menghabiskan lebih dari 10 sampai 25 GB, bahkan mungkin ada yang lebih dari ini.
- Susah sinyal, dampak inilah yang membuat mahasiwa/i yang kesal dan kesulitan. Teruntuk mereka yang menggunakan wifi tentu saja mudah, tetapi bagi yang rumah nya tidak ada wifi dan jaringan nya kurang mendukung, mereka sangat kesulitan. Sering kali banyak mahasiswa/i yang ketinggalan dengan materi-materi yang sedang dijelaskan oleh dosen akibat minim nya kecepatan jaringan. Dari situ, mahasiswa/i kurang mendapatkan ilmu dan mereka beranggapan sia-sia mengikuti kuliah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!