Mohon tunggu...
Nayla Nazmi Mahira
Nayla Nazmi Mahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah mahasiswi Jurusan Jurnalistik, Hobi saya menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Retorika dan Dakwah Serta Perbedaannya

14 Juni 2024   19:27 Diperbarui: 14 Juni 2024   20:07 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Syamsul Yakin dan Nayla Nazmi Mahira

Dosen Retorika & Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterkaitan antara retorika dan dakwah sangat erat. Retorika merupakan seni berbicara, sementara dakwah adalah upaya mengajak orang dengan cara berbicara. Dakwah yang menggunakan bahasa yang indah memiliki daya tarik yang besar bagi pendengarnya, yang dikenal sebagai bentuk dakwah billisan.

 

Retorika memahami komunikasi verbal, baik secara lisan maupun tertulis. Di dalam dakwah, terdapat dakwah billisan (dakwah lisan) dan bilkitabah (dakwah tulisan). Dakwah tidak hanya dilakukan melalui ucapan, tetapi juga melalui tulisan.

 

Selain itu, retorika juga mengenali komunikasi nonverbal, baik secara langsung maupun melalui media. Dalam dakwah, terdapat dakwah bilhal, yang bisa dilakukan secara online atau offline. Dalam dakwah, penting untuk menyampaikan keteladanan melalui bahasa tubuh dan gerakan, yang dikenal sebagai role model.

 

Sementara retorika berkembang dari seni berbicara menjadi ilmu berbicara, dakwah juga berkembang dari kegiatan agama menjadi kajian agama yang sistematis dan logis. Tujuan retorika adalah menyampaikan pesan secara informatif, persuasif, dan rekreatif, sedangkan pesan dakwah melibatkan akidah, syariah, dan akhlak yang juga disampaikan secara informatif, persuasif, dan rekreatif.

 

Dalam konteks tujuan persuasif retorika, dakwah memiliki metode dakwah seperti bilhikmah, ceramah, dan diskusi yang harus disampaikan dengan lemah lembut. Baik retorika maupun dakwah membutuhkan penggunaan bahasa baku, didasarkan pada data dan riset, terutama ketika audiens semakin kritis dan rasional.

 

Aristoteles memperkenalkan konsep pathos, logos, dan ethos dalam retorika, yang juga relevan bagi para dai dalam konteks dakwah. Para dai harus memiliki ketiga elemen ini, baik secara intelektual maupun spiritual. Namun, ekspresi sedih atau gembira dalam dakwah bukanlah sekadar retorika semata.

 

Berbeda dengan retorika, dalam berdakwah diperlukan penguasaan retorika verbal dan nonverbal, sementara dalam beretorika diharapkan untuk menyertakan konten dakwah seperti akidah, syariah, dan akhlak. Dakwah tanpa retorika akan kehilangan daya tariknya, begitu pula retorika tanpa muatan dakwah akan kehilangan arahnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun