Peran UNISSULA dalam Menanamkan Bela Negara untuk Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0
konflik sosial, serta ketidakadilan ekonomi dan politik. Fenomena ini dapat kita lihat dalam kasus konflik di Papua, yang mencerminkan salah satu wujud TAHG di era modern.
Tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan (TAHG) yang dihadapi oleh setiap bangsa, termasuk Indonesia, terus berubah seiring perkembangan situasi global, teknologi, dan dinamika sosial. Di satu sisi, pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta globalisasi membawa banyak manfaat bagi bangsa Indonesia, seperti kemudahan akses informasi, percepatan pembangunan, dan peningkatan kesejahteraan ekonomi. Namun, di sisi lain, perkembangan ini membawa dampak negatif berupa ancaman baru yang kompleks, sulit diprediksi, dan bersifat multidimensional. Ancaman tersebut tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga non-fisik, seperti disinformasi,Konflik di Papua menjadi contoh nyata tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam menjaga keutuhan negara. Situasi ini bukan hanya soal konflik fisik antara pihak-pihak yang bertikai, tetapi juga tentang persoalan ketidakadilan sosial, keterbelakangan ekonomi, dan alienasi politik yang dirasakan oleh sebagian masyarakat Papua. Di tengah dinamika globalisasi dan era revolusi industri 4.0, masyarakat Papua masih menghadapi keterbatasan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur. Konflik yang terjadi menuntut pendekatan yang lebih inklusif, berkeadilan, dan solutif agar dapat meredam ketegangan serta mendorong kesejahteraan masyarakat.
Dalam menghadapi situasi seperti ini, bela negara menjadi kunci penting untuk menyatukan seluruh elemen bangsa, termasuk mahasiswa, dalam menjaga keutuhan dan kemakmuran Indonesia. Bela negara bukan hanya tanggung jawab militer, tetapi juga mencakup kontribusi aktif di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, sosial, dan teknologi. Universitas Islam Sultan Agung Semarang (UNISSULA) sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki peran strategis dalam membentuk generasi muda yang memiliki kesadaran bela negara serta mampu merespons berbagai tantangan, termasuk konflik multidimensional seperti di Papua.
Pendidikan bela negara di UNISSULA dapat membantu mahasiswa memahami pentingnya kerukunan dan toleransi di tengah masyarakat yang majemuk. Kasus konflik di Papua menunjukkan perlunya kesadaran kolektif untuk menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan humanis, dialogis, dan berkeadilan. Mahasiswa harus dibekali kemampuan berpikir kritis untuk menganalisis isu-isu seperti ketimpangan ekonomi, disinformasi, dan ketidakadilan sosial yang menjadi pemicu utama konflik. Melalui pendidikan literasi media, UNISSULA dapat membentuk mahasiswa yang mampu memilah informasi secara bijak, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh hoaks dan propaganda yang memperkeruh situasi.
Selain itu, UNISSULA dapat mendorong mahasiswa untuk berinovasi dan berkontribusi dalam pengembangan ekonomi berbasis teknologi. Salah satu tantangan besar di Papua adalah keterbatasan akses terhadap lapangan pekerjaan dan kesempatan ekonomi yang merata. Dengan mengembangkan program kewirausahaan berbasis komunitas, mahasiswa dapat menjadi penggerak ekonomi di daerah-daerah terpencil, termasuk Papua. Program-program ini akan membantu menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi ketimpangan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Â
Lebih lanjut, pendidikan bela negara di UNISSULA juga mencakup pemahaman tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Papua adalah bagian tak terpisahkan dari Indonesia, dan setiap elemen masyarakat, termasuk generasi muda, memiliki tanggung jawab untuk menjaga keutuhan tersebut. Melalui dialog, pemahaman lintas budaya, dan upaya-upaya pembangunan yang adil, konflik seperti di Papua dapat diselesaikan dengan cara damai dan berkelanjutan. Mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki peran krusial untuk membangun jembatan komunikasi dan mempromosikan nilai-nilai toleransi dalam masyarakat.
Â
TAHG yang dihadapi Indonesia di era revolusi industri 4.0 memang bersifat multidimensional, melibatkan berbagai aspek kehidupan yang saling terkait. Kasus konflik Papua menjadi pengingat bahwa tantangan bangsa tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga mencakup ancaman non-fisik yang sulit dideteksi, seperti disinformasi, ketidakadilan ekonomi, dan perpecahan sosial. Dalam menghadapi tantangan ini, nilai-nilai bela negara harus ditanamkan di setiap elemen masyarakat, termasuk mahasiswa UNISSULA, agar mereka mampu berkontribusi secara nyata dalam menciptakan keadilan, kedamaian, dan kemakmuran bangsa.
Â
Dengan membekali mahasiswa melalui pendidikan berkualitas, peningkatan literasi media, pengembangan inovasi, dan nilai-nilai kerukunan, Universitas Islam Sultan Agung Semarang (UNISSULA) berperan sebagai garda terdepan dalam mencetak generasi muda yang memiliki kesiapan mental, intelektual, dan keterampilan untuk menghadapi tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan (TAHG) di era modern. Pendidikan berkualitas bukan hanya berfokus pada penguasaan teori akademik, tetapi juga mencakup pembinaan karakter, kepemimpinan, serta kesadaran sosial yang tinggi. Dalam konteks TAHG yang semakin kompleks, mahasiswa perlu dibekali dengan pemahaman yang holistik agar mampu menjadi agen perubahan dalam penyelesaian berbagai persoalan nasional, seperti konflik di Papua.
Â
Peningkatan literasi media menjadi komponen kunci dalam membentuk generasi muda yang peka terhadap disinformasi dan hoaks yang marak terjadi di era digital. Konflik Papua sering kali diperparah oleh penyebaran informasi yang tidak akurat, sehingga menimbulkan kesalahpahaman dan memperkeruh situasi. Oleh karena itu, UNISSULA harus membekali mahasiswa dengan kemampuan memilah dan menganalisis informasi secara bijak, serta melatih mereka menjadi komunikator yang efektif dalam menyampaikan fakta dan solusi yang membangun. Literasi media ini tidak hanya mencegah penyebaran berita bohong, tetapi juga menumbuhkan empati dan pemahaman terhadap permasalahan yang dihadapi saudara-saudara kita di Papua.
Selain literasi media, pengembangan inovasi menjadi pilar penting dalam menciptakan solusi yang berkelanjutan dan berdaya guna. Revolusi industri 4.0 menawarkan berbagai peluang teknologi yang dapat digunakan untuk membangun daerah tertinggal. Mahasiswa UNISSULA, dengan bimbingan para dosen dan tenaga ahli, dapat mengembangkan inovasi berbasis teknologi yang mendukung pembangunan berkelanjutan di Papua. Contohnya, pengembangan teknologi tepat guna untuk meningkatkan akses listrik di pedalaman, solusi berbasis aplikasi digital untuk pendidikan jarak jauh, atau program kewirausahaan berbasis sumber daya lokal yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Papua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H