Mohon tunggu...
nayla mayasarah izzati
nayla mayasarah izzati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Fakultas Farmasi Prodi Farmasi UNISSULA

Hobby : travelling ; listening music

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran UNISSULA dalam Menanamkan Bela Negara untuk Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0

18 Desember 2024   15:30 Diperbarui: 18 Desember 2024   15:32 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seruan penghentian operasi militer di Wilayah Papua (Sumber: google)

Peran UNISSULA dalam Menanamkan Bela Negara untuk Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0

Tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan (TAHG) yang dihadapi oleh setiap bangsa, termasuk Indonesia, terus berubah seiring perkembangan situasi global, teknologi, dan dinamika sosial. Di satu sisi, pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta globalisasi membawa banyak manfaat bagi bangsa Indonesia, seperti kemudahan akses informasi, percepatan pembangunan, dan peningkatan kesejahteraan ekonomi. Namun, di sisi lain, perkembangan ini membawa dampak negatif berupa ancaman baru yang kompleks, sulit diprediksi, dan bersifat multidimensional. Ancaman tersebut tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga non-fisik, seperti disinformasi, konflik sosial, serta ketidakadilan ekonomi dan politik. Fenomena ini dapat kita lihat dalam kasus konflik di Papua, yang mencerminkan salah satu wujud TAHG di era modern.

Konflik di Papua menjadi contoh nyata tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam menjaga keutuhan negara. Situasi ini bukan hanya soal konflik fisik antara pihak-pihak yang bertikai, tetapi juga tentang persoalan ketidakadilan sosial, keterbelakangan ekonomi, dan alienasi politik yang dirasakan oleh sebagian masyarakat Papua. Di tengah dinamika globalisasi dan era revolusi industri 4.0, masyarakat Papua masih menghadapi keterbatasan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur. Konflik yang terjadi menuntut pendekatan yang lebih inklusif, berkeadilan, dan solutif agar dapat meredam ketegangan serta mendorong kesejahteraan masyarakat.

Dalam menghadapi situasi seperti ini, bela negara menjadi kunci penting untuk menyatukan seluruh elemen bangsa, termasuk mahasiswa, dalam menjaga keutuhan dan kemakmuran Indonesia. Bela negara bukan hanya tanggung jawab militer, tetapi juga mencakup kontribusi aktif di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, sosial, dan teknologi. Universitas Islam Sultan Agung Semarang (UNISSULA) sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki peran strategis dalam membentuk generasi muda yang memiliki kesadaran bela negara serta mampu merespons berbagai tantangan, termasuk konflik multidimensional seperti di Papua.

Pendidikan bela negara di UNISSULA dapat membantu mahasiswa memahami pentingnya kerukunan dan toleransi di tengah masyarakat yang majemuk. Kasus konflik di Papua menunjukkan perlunya kesadaran kolektif untuk menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan humanis, dialogis, dan berkeadilan. Mahasiswa harus dibekali kemampuan berpikir kritis untuk menganalisis isu-isu seperti ketimpangan ekonomi, disinformasi, dan ketidakadilan sosial yang menjadi pemicu utama konflik. Melalui pendidikan literasi media, UNISSULA dapat membentuk mahasiswa yang mampu memilah informasi secara bijak, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh hoaks dan propaganda yang memperkeruh situasi.

Selain itu, UNISSULA dapat mendorong mahasiswa untuk berinovasi dan berkontribusi dalam pengembangan ekonomi berbasis teknologi. Salah satu tantangan besar di Papua adalah keterbatasan akses terhadap lapangan pekerjaan dan kesempatan ekonomi yang merata. Dengan mengembangkan program kewirausahaan berbasis komunitas, mahasiswa dapat menjadi penggerak ekonomi di daerah-daerah terpencil, termasuk Papua. Program-program ini akan membantu menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi ketimpangan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

 

Lebih lanjut, pendidikan bela negara di UNISSULA juga mencakup pemahaman tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Papua adalah bagian tak terpisahkan dari Indonesia, dan setiap elemen masyarakat, termasuk generasi muda, memiliki tanggung jawab untuk menjaga keutuhan tersebut. Melalui dialog, pemahaman lintas budaya, dan upaya-upaya pembangunan yang adil, konflik seperti di Papua dapat diselesaikan dengan cara damai dan berkelanjutan. Mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki peran krusial untuk membangun jembatan komunikasi dan mempromosikan nilai-nilai toleransi dalam masyarakat.

 

TAHG yang dihadapi Indonesia di era revolusi industri 4.0 memang bersifat multidimensional, melibatkan berbagai aspek kehidupan yang saling terkait. Kasus konflik Papua menjadi pengingat bahwa tantangan bangsa tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga mencakup ancaman non-fisik yang sulit dideteksi, seperti disinformasi, ketidakadilan ekonomi, dan perpecahan sosial. Dalam menghadapi tantangan ini, nilai-nilai bela negara harus ditanamkan di setiap elemen masyarakat, termasuk mahasiswa UNISSULA, agar mereka mampu berkontribusi secara nyata dalam menciptakan keadilan, kedamaian, dan kemakmuran bangsa.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun