Mohon tunggu...
Nayla Hasna
Nayla Hasna Mohon Tunggu... Lainnya - SMP N 2 KOTA TEGAL

Penulis Karya Ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengungkap Sejarah Mako Lanal Kota Tegal, Jejak Kejamnya Si Penjajah Pribumi

21 Juni 2024   08:09 Diperbarui: 21 Juni 2024   08:10 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : jateng.metrotvnews.com

Gedung dengan arsitektur mirip kastil klasik eropa yang berada di Jalan Proklamasi No. 1 Kota Tegal mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Gedung tersebut adalah bangunan peninggalan kolonialisme Belanda yang sekarang digunakan sebagai Mako Lanal Tegal.

Gedung tersebut dibangun pada tahun 1914 oleh Belanda dan dioperasikan sebagai bank milik Belanda yaitu Nederlandsch Indische Handelsbank (NIH Bank). Nederlandsch Indische Handelsbank merupakan salah satu bank besar yang didirikan di Kota Tegal dan berdiri untuk membantu pendanaan serta sektor perkebunan.

Sumber : jateng.metrotvnews.com
Sumber : jateng.metrotvnews.com
Namun semenjak Indonesia merdeka, Belanda mengangkat kaki dari Tegal dan meninggalkan bangunan itu. Setelah Belanda pergi, gedung tersebut sempat beralih fungsi sebagai Kantor PT.Yala Githa Dwi, namun pada saat itu ALRI belum memiliki kantor sama sekali jadi pada akhirnya bangunan itu diberikan kepada ALRI dan dijadikan sebagai Mako Lanal hingga sekarang. 

Bangunan ini memiliki luas tanah 2.970 meter dan luas bangunan 1.699 meter, dengan panjang 49,50 meter dan lebar 18 meter serta tinggi 8 meter. Bangunan yang asli dibangun oleh Belanda hanya ada dua yaitu, Aula Sardjoe dan Darwis Djamin. 

Bangunan ini memiliki pintu dan ruangan yang tinggi, juga banyak jendela dan ventilasi sehingga menciptakan suasana teduh di dalam ruangan. Atapnya yang runcing identik dengan gaya arsitektur kastil eropa. 

Ada satu ruangan di Aula Sardjoe yang digunakan untuk memenjarakan rakyat Indonesia yang memberontak dan menentang Belanda. Ruangan tersebut sangat kecil dan hanya memilili satu lobang udara berbentuk persegi panjang yang bertujuan untuk menyiksa tahanan sampai mati di dalam ruangan yang minim oksigen.

Sumber : Koleksi pribadi
Sumber : Koleksi pribadi

Kedua bangunan peninggalan Belanda ini bisa dibilang masih terlihat utuh dan kokoh, namun tidak bisa disangkal bahwasannya di bangunan ini pasti ada sedikit renovasi seperti pengecatan ulang atau perbaikan gendeng bocor. Namun renovasi yang dilakukan tentunya tidak akan mengubah seluruh struktur bangunan bersejarah ini.

Pangkalan TNI-AL Tegal berdiri dengan adanya Pangkalan Corps Armada IV Tegal pada tanggal 14 - 18 Oktober 1945. Dalam catatan sejarah revolusi kemerdekaan tahun 1945-1947 dikatakan bahwa tanggal 14 hingga 18 Oktober 1945 merupakan awal terciptanya Angkatan Laut.

BKR Semarang mengalami tekanan dari pihak Belanda sehingga mereka terpaksa mundur dan pergi ke kota lain. Para pelaut diperintahkan Gubernur  Wongso Negoro SH dan Bapak M.Nasir supaya pergi ke daerah barat (Tegal dan Pekalongan) dan meninggalkan Semarang untuk membangun Pangkalan Angkatan Laut.

Pasukan yang mundur saat itu berada di bawah pimpinan Achmad Dipo, Agus Subekti, dan O.B. Sjaaf. Saat tiba di Tegal mereka sempat mendirikan Sekolah Perwira Angkatan Laut di PIUS, namun tidak lama berhasil diketahui oleh Belanda dan pada akhirnya mereka mundur ke daerah Kalibakung.

Di Kalibakung, mereka kembali membuat Sekolah Perwira Angkatan Laut namun hanya bertahan beberapa bulan saja sebelum akhirnya diketahui Belanda. Ada beberapa tokoh pejuang Indonesia yang sempat bersekolah disana, diantaranya Yos Sudarso, Ali Sadikin, dan Soedomo.

Beberapa upaya pemanfaatan bangunan cagar budaya Mako Lanal Tegal yaitu sebagai pemanfaatan nilai sejarah dan pemanfaatan nilai pendidikan. Kemudian upaya pelestarian bangunan cagar budaya yaitu melestarikan dengan cara memperkenalkannya melalui teknologi digital dan melestarikan melalui kegiatan/aktivitas contohnya seperti melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

Kita harus selalu memiliki penalaran kritis terkait dengan cara pemanfaatan dan pelestarian cagar budaya melalui perantara teknologi seiring dengan perkembangan zaman. Kita harus bisa mengajak masyarakat untuk melestarikan cagar budaya melalui teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun