Gedung dengan arsitektur mirip kastil klasik eropa yang berada di Jalan Proklamasi No. 1 Kota Tegal mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Gedung tersebut adalah bangunan peninggalan kolonialisme Belanda yang sekarang digunakan sebagai Mako Lanal Tegal.
Gedung tersebut dibangun pada tahun 1914 oleh Belanda dan dioperasikan sebagai bank milik Belanda yaitu Nederlandsch Indische Handelsbank (NIH Bank). Nederlandsch Indische Handelsbank merupakan salah satu bank besar yang didirikan di Kota Tegal dan berdiri untuk membantu pendanaan serta sektor perkebunan.
Indonesia merdeka, Belanda mengangkat kaki dari Tegal dan meninggalkan bangunan itu. Setelah Belanda pergi, gedung tersebut sempat beralih fungsi sebagai Kantor PT.Yala Githa Dwi, namun pada saat itu ALRI belum memiliki kantor sama sekali jadi pada akhirnya bangunan itu diberikan kepada ALRI dan dijadikan sebagai Mako Lanal hingga sekarang.Â
Namun semenjakBangunan ini memiliki luas tanah 2.970 meter dan luas bangunan 1.699 meter, dengan panjang 49,50 meter dan lebar 18 meter serta tinggi 8 meter. Bangunan yang asli dibangun oleh Belanda hanya ada dua yaitu, Aula Sardjoe dan Darwis Djamin.Â
Bangunan ini memiliki pintu dan ruangan yang tinggi, juga banyak jendela dan ventilasi sehingga menciptakan suasana teduh di dalam ruangan. Atapnya yang runcing identik dengan gaya arsitektur kastil eropa.Â
Ada satu ruangan di Aula Sardjoe yang digunakan untuk memenjarakan rakyat Indonesia yang memberontak dan menentang Belanda. Ruangan tersebut sangat kecil dan hanya memilili satu lobang udara berbentuk persegi panjang yang bertujuan untuk menyiksa tahanan sampai mati di dalam ruangan yang minim oksigen.
Kedua bangunan peninggalan Belanda ini bisa dibilang masih terlihat utuh dan kokoh, namun tidak bisa disangkal bahwasannya di bangunan ini pasti ada sedikit renovasi seperti pengecatan ulang atau perbaikan gendeng bocor. Namun renovasi yang dilakukan tentunya tidak akan mengubah seluruh struktur bangunan bersejarah ini.
Pangkalan TNI-AL Tegal berdiri dengan adanya Pangkalan Corps Armada IV Tegal pada tanggal 14 - 18 Oktober 1945. Dalam catatan sejarah revolusi kemerdekaan tahun 1945-1947 dikatakan bahwa tanggal 14 hingga 18 Oktober 1945 merupakan awal terciptanya Angkatan Laut.
BKR Semarang mengalami tekanan dari pihak Belanda sehingga mereka terpaksa mundur dan pergi ke kota lain. Para pelaut diperintahkan Gubernur  Wongso Negoro SH dan Bapak M.Nasir supaya pergi ke daerah barat (Tegal dan Pekalongan) dan meninggalkan Semarang untuk membangun Pangkalan Angkatan Laut.
Pasukan yang mundur saat itu berada di bawah pimpinan Achmad Dipo, Agus Subekti, dan O.B. Sjaaf. Saat tiba di Tegal mereka sempat mendirikan Sekolah Perwira Angkatan Laut di PIUS, namun tidak lama berhasil diketahui oleh Belanda dan pada akhirnya mereka mundur ke daerah Kalibakung.