Mohon tunggu...
Nayla aprilia
Nayla aprilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah seorang mahasiswi di universitas andalas dengan jurusan sastra Indonesia yang memiliki ketertarikan dalam kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penggambaran Seorang Mamak dalam Novel Persiden Karya Wisran Hadi

19 April 2024   19:37 Diperbarui: 19 April 2024   19:53 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Gadang ( Sumber: https://www.pexels.com)

Salah satu daerah yang memiliki adat istiadat yang kental hasil dari nenek moyang mereka, ialah Sumatera Barat. Sumatera Barat tidak hanya terkenal dengan daerah yang menyimpan pemandangan alam yang menenangkan mata, tetapi disisi lain menyimpan peraturan-peraturan yang cukup kompleks. Masyarakatnya memegang erat nilai-nilai yang diwariskan oleh generasi sebelumnya. Nilai-nilai yang diwariskan membantu untuk mengatur segala aspek seperti dalam berkeluarga, bersosialisasi, bergurau, berksenian, bersuku, dan lain banyak hal.

Dalam berkaum, setiap anggotanya memiliki posisi masing-masing bahkan penamaan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kejelasan posisi di dalam suatu kaum tersebut. Di era modern sekarang khususnya bagi masyarakat yang tinggal di Jakarta, memanggil saudara laki-laki dari ibu atau ayah adalah om. Hal ini membingungkan. ketika ada panggilan om maka kita yang mendengarnya tidak mengetahui dari garis keturunann mana ia bersaudara. Apakah ia bersaudara dari garis ibu atau ayah. Hal ini berbeda di Minangkabau, contohnya saja pada sebutan "mamak" yakni untuk saudara laki-laki dari ibu.

Di Minangkabau peran mamak berguna untuk membantu saudara perempuan nya, apalagi jika ia mempunyai anak. Seorang mamak harus membiayai anak tersebut. Mamak merupakan orang yang membantu jika ada suatu persoalan dan mereka lah yang mencari jalan keluar untuk kemenakannya, sehingga kemenakan tersebut dapat dibimbing olehnya. Selain itu mamak juga mempunyai tugas dalam menjaga harta pusaka milik kaum.

Novel Persiden karya Wisran Hadi memiliki tema, yakni menceritakan permasalahan tokoh Malati yang sulit menemukan jalan keluarnya. Permasalahan ini dibantu oleh para mamak dari Malati. Sesuai peran mamak bagi kemenakannya yang sudah dijelaskan di atas, dalam novel tersebut juga menggambarkan bagaimana peran mamak yang dilakukan oleh tokoh Pa Tandang, Pa Rarau, Pa Ragih, dan Bang Samu. Seperti pada kutipan novel di bawah ini:

"Adat mengajarkan kepada mereka bahwa saudara laki-laki harus bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kelangsungan hidup saudara perempuan beserta anak-anaknya karena dari perempuan itulah garis turunan serta pewarisan harta pusaka ditentukan." (Hadi, 2012)

Kutipan di atas menandakan bahwa ketiga mamak tersebut tahu akan posisinya sebagai mamak yang dalam beradat itu diatur tugas dan fungsinya. Pertama, bertanggungg jawab atas saudara perempuannya, yaitu tokoh Ci Inan. Kedua, bertanggung jawab akan keberlangsungan anak dari saudara perempuannya, yakni tokoh Malati. Ketiga, menjaga harta pusaka kaum, yakni kaum Bagonjong.

Bagian pertengahan atau pada saat munculnya klimaks di dalam novel ini yakni tokoh Malati yang mulai digunjingkan orang kampungnya bahwa ia sudah hamil tetapi tidak tahu siapa yang menghamilinya. Seperti pada kutipan di bawah ini:

"Begitu juga Pa Mikie. Dia mengikuti ketentuan yang dibuat Pa Tandang. Ci inan harus datang sendiri menemuinya, bicara sebagai adik dan kakak seperti dahulu." (Hadi, 2012).

Kutipan novel di atas menunjukan usaha yang dilakukan oleh kakak beradik sebagai mamak dalam usaha mengatasi persoalan Ci Inan. Pada dasarnya semua orang Paratingga mengetahui bahwa Ci Inan dan suaminya, Pa Lendo menutupi kehamilan Malati, anaknya. Tetapi dalam waktu yang bersamaan juga menebak-nebak apakah itu benar atau tidak. Oleh karena itu, saudra laki-laki dari Ci Inan mengajaknya untuk bertemu dan membuka mulut atas permasalahan yang sedang menimpanya. Tindakan ini meunjukan bahwa mereka bertanggung jawab terhadap saudara perempuannya.

Selain itu para mamak juga melakukan tindakan bertanggung jawab kepada kemenakannya. Dalam narasi novel ini, tokoh Malati hamil dan yang menghamilinya adalah seorang guru ngaji yang bernama, Maudian. Setelah Malati melahirkan, anak nya diserahkan kepada keluarga Maudian. Tetapi karena para mamak Malati melaksanakan adat di Minangkabau maka ada usaha untuk mengurus anak tersebut dengan menanyakan keberadaan anak dari Malati kepada keluarga dari Maudian. Sepeti pada kutipan di bawah ini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun