Oleh karena itu, pengembangan karakter pendidik sangat penting, karena ia berfungsi sebagai pendorong dan penggerak dalam proses pembelajaran.
Pendidikan karakter dapat diterapkan melalui berbagai pendekatan, baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Dalam hal ini, keteladanan menjadi strategi utama. Pendidikan karakter dan budi pekerti baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat mengutamakan keteladanan baik bersikap, bertutur kata maupun bertindak.Â
Di rumah orang tua yang diamanati anak-anak hendaknya menjadi teladan. Orang tua harus menjadi figur yang ideal bagi anakanak. Di sekolah keteladanan guru dalam berbagai aktivitasnya akan menjadi cermin siswanya. Guru yang suka dan terbiasa membaca, meneliti, disiplin, ramah, berakhlak akan menjadi teladan yang baik bagi siswanya. Di masyarakat tokoh-tokoh yang berperan penting akan menjadi panutan baik bersikap maupun bertutur kata.
Namun, rendahnya pendidikan karakter di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sistem pendidikan yang lebih mengutamakan pengembangan intelektual daripada pembentukan karakter. Untuk itu, melibatkan seluruh komponen pendidikan termasuk kurikulum, proses pembelajaran, dan lingkungan sekolah adalah suatu keharusan. Budaya sekolah yang positif akan menciptakan karakter yang kuat di kalangan siswa.
Keteladanan dalam pendidikan karakter tidak hanya menuntut sikap dan perilaku yang baik dari pendidik, tetapi juga memerlukan integritas moral dan kemampuan untuk menerima serta memperlihatkan diri apa adanya. Pendidik harus mampu menjadi cermin bagi siswanya, tanpa membedakan latar belakang dan kondisi mereka. Dalam hal ini, keteladanan dan integritas pendidik akan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter bangsa yang kokoh di masa depan.
Sopan santun berbahasa
Sopan santun adalah salah satu bentuk penghormatan yang fundamental dalam interaksi antarindividu. Penghargaan terhadap sesama merupakan karakteristik manusia sebagai makhluk berakal budi, yang perilakunya selalu berdasarkan pertimbangan yang rasional. Sopan santun dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sopan santun verbal dan nonverbal. Sopan santun nonverbal mencakup perilaku sehari-hari, seperti cara makan dan berjalan, sedangkan sopan santun verbal berkaitan dengan penggunaan bahasa, termasuk dalam berbicara, menyapa, dan meminta maaf.
Sopan santun berbahasa, atau etiket berbahasa, merupakan prinsip yang disepakati dalam masyarakat linguistik untuk membangun hubungan yang saling menghargai. Dengan demikian, sopan santun berbahasa mencerminkan sikap hormat penutur terhadap mitra tutur, dan hal ini sangat penting dalam membentuk identitas bangsa. Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 36, bahasa negara kita adalah Bahasa Indonesia.Â
Oleh karena itu, penting untuk mengampanyekan kembali sopan santun berbahasa di berbagai media dan dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter bangsa terlihat jelas dalam penggunaan Bahasa Indonesia yang santun. Ketika pengguna bahasa cenderung mencampuradukkan Bahasa Indonesia dengan bahasa asing atau bahasa gaul yang kurang sopan, hal ini dapat mengaburkan identitas kita. Oleh karena itu, kita perlu saling mengingatkan dan memperbaiki penggunaan bahasa agar tetap mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa.
Sopan santun berbahasa bukan hanya sekadar tata krama, tetapi juga merupakan proses penumbuhan dan pengembangan karakter bangsa yang kuat, bersatu, sejahtera, demokratis, dan berkeadilan. Dengan mengedepankan sikap sopan dalam berbahasa, kita dapat mewujudkan masyarakat yang menghargai satu sama lain dan menguatkan identitas bangsa Indonesia.