Mohon tunggu...
Nayla Sasti Ifadza
Nayla Sasti Ifadza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

Gadis ceria yang menikmati peran dari Allah SWT. Sangat senang mendalami ilmu berkaitan tentang agama, kesehatan mental, parenting, dan perkembangan. Belajar bareng yuk!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Cerdas Sedari Dini Bisa Bikin Sukses? Apa Iya?

6 November 2022   21:40 Diperbarui: 6 November 2022   22:13 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kok bisa gitu sih? Hal tersebut erat kaitannya dengan identitas manusia sebagai makhluk sosial. Kecerdasan emosional sendiri dapat dipahami sebagai sebuah kemampuan pada diri manusia dalam memahami perasaan atau emosi baik yang ia rasakan maupun yang dirasakan oleh orang lain.

Oleh karena itu, kecerdasan emosional memiliki peran penting bagi individu untuk membentuk sikap dalam interaksi sosial, seseorang dengan tingkat EQ yang tinggi akan lebih mudah dalam membentuk interaksi yang baik terhadap lingkungannya.

Dari uraian diatas, dapat diartikan bahwa untuk meraih kesuksesan dibutuhkan kecerdasan emosional yang baik. Maka dari itu perlu adanya upaya untuk mengoptimalkan perkembangan emosional individu sedari dini. Lantas bagaimana ya caranya ?

Langsung aja yuk, berikut ada beberapa upaya yang dapat kita terapkan untuk mengoptimalkan perkembangan kecerdasan emosional pada diri individu.

Hal pertama yang dapat dilakukan adalah dengan memahami tahapan perkembangan sosial emosi pada manusia. Erik Erikson, seorang tokoh ilmuan psikologi pada bukunya yang berjudul Childhood and Society (1950a) mengemukakan adanya 8 tahapan perkembangan emosi manusia yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan upaya yang dapat dilakukan agar kecerdasan emosional berkembang secara optimal. Delapan tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut :

  • Trust vs Mistrust

Tahapan ini terjadi pada usia 0-1 tahun dimana bayi mulai belajar tentang rasa percaya dan pengharapan. Dalam tahapan ini ibu berperan penting dalam menumbuhkan rasa kepercayaan pada diri anak. Jika masa ini tidak dilewati dengan baik, maka individu akan tumbuh dengan rasa mudah curiga bahkan menjadi pribadi yang cenderung penakut.

  • Autonomy vs Shame, Doubt

Pada usia 2-3 tahun individu mulai belajar tentang kehendak dan kemandirian. Orang tua sebaiknya tidak memaksa anak untuk berani dalam melakukan sesuatu, namun jangan sampai mematahkan keberanian seorang anak. Akibat negatif jika tahapan ini tidak dikembangkan secara optimal ialah munculnya rasa ketergantungan, harga diri rendah, serta mudah merasa ragu dan malu.

  • Initiative vs Guilt

Tahapan selanjutnya terjadi pada individu berusia 4-5 tahun dimana ia mulai memiliki inisiatif dan rasa bersalah. Pada tahapan ini untuk menghindari kemungkinan terbentuknya sikap ketidakpedulian dan takut mengambil risiko, keluarga inti berperan penting untuk memberikan pemahaman kepada anak bahwa gagal dalam suatu usaha merupakan suatu hal yang wajar sehingga ia tetap memiliki keberanian melakukan sesuatu.

  • Industry vs Inferiority

Individu usia 6-11 tahun mulai bersemangat memelajari dunia luar namun terkadang harus berhadapan dengan hambatan yang jika tidak didampingi dengan baik maka akan menimbulkan perasaan rendah diri.

  • Identity vs Identity Confusion

Dorongan untuk memperlihatkan identitas mulai dirasakan pada individu usia 12-20 tahun. Perlu adanya pendampingan agar perasaan tersebut tidak ditunjukkan dengan cara yang ekstrem.

  • Intimacy vs Isolation

Terjadi pada usia 21-40 tahun, perkembangan ini berorientasikan individu dapat memahami perasaan cinta, bukan malah cenderung menutup diri.

  • Generativity vs Stagnation

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun