Mohon tunggu...
Nayla alfaruq
Nayla alfaruq Mohon Tunggu... Freelancer - Wanita

24 tahun, suka gerak - gerakin jempol kaki kalau lagi mikir serius

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Anakku Sekolah di Usia 3 Tahun

18 Agustus 2018   08:57 Diperbarui: 18 Agustus 2018   08:59 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat menulis ini, aku sedang berada di sampingnya. Memandangi ia yang terlelap dalam tidur siangnya.

Pagi tadi aku dan kangmas mengantar ijal berangkat ke sekolah. 4 hari dalam seminggu anakku bermain di sekolah.

Kami membuat keputusan sulit saat akan mendaftarkan ijal sekolah di usianya yang baru menginjak 3 tahun.
Perdebatan sering terjadi diantara kita. Aku berada di pihak pro dan ayahnya kontra, karena beberapa alasan ;

" Ijal masih kecil"

"belum waktunya lah"

"nanti kalau dia bosen sekolah gimana?"

"kenapa gak main sama kamu aja dulu" dll
Tapi aku selalu bilang "ijal akan baik2 saja di sekolahnya, dia akan tumbuh, belajar, bermain dan bersosialisasi disana"

Bukan tanpa alasan.. aku hanya mau anakku dapat udara segar,

lingkungan bermain yang sesuai dengan usianya, dan jam tidur yang teratur.

Semenjak membawa ijal pindah ke ruko yang sempit, aku merasa prihatin dengan kesehariannya
ijal berada dirumah yang tidak sehat. Ijal tidak ada halaman bermain, tidak memiliki teman bermain, 4 sudut yang dia lihat terbatas tembok.
Sampai pada akhirnya kami sepakat. "Oke ijal sekolah!"

_______________

Hari pertamanya sekolah,
Ijal bersembunyi di belakangku, dia ketakutan melihat bu guru, melihat kelas-kelas yang ramai dengan anak-anak.
Aku kenalkan ia dengan orang-orang yg memakai seragam itu adalah guru, dan setiap guru ada namanya.
Aku kenalkan ia dengan pensil dan buku
Aku kenalkan ia dengan teman-teman satu kelasnya.
Aku siapkan ia untuk mengerti apapun yg ada disana.

setelah beberapa minggu masa perkenalan lingkungan sekolah, akhirnya aku daftarkan ia sekolah, ijal berada dalam kelas kelompok bermain. satu kelas ada 11 anak dan di dampingi 2 guru. Karena konsep sekolah ijal ini adalah sekolah alam, jadi setiap hari kelas yang di tempati berpindah-pindah. ada kelas balok, sentra persiapan, kelas MTQ, kelas bahan alam, kelas TPA. dsb

Ijal sangat menyukai kelas balok.
Saat hari kamis tiba, dia bersemangat sekali memasuki kelas, ada balok, ada miniatur binatang, ada puzzle dan beberapa bola.
Ijal tidak hanya duduk. Dia bercerita padaku, bunda ini macan, bunda ini kuda, bunda ini kucing.
Aku tersenyum, "iya nak.. ijal pintar sekali..!!"
Sekarang gimana suara macan? Ijal menggelengkan kepala.
Suara kuda? Suara kucing? Ijal tetap menggeleng.
Pulang sekolah.. aku ajak ijal menonton DVD tentang binatang.

Sepanjang menonton, Dia berteriak
"bunda itu kucing, macan, kuda..!!"

Setiap melihat sesuatu yang dia tau, ijal selalu bersemangat menyebutnya.

Pada bulan ke -- 4 Ia bersekolah.. aku mulai berdiskusi dengan gurunya. Meminta ijin untuk menitipkan ijal selama jam sekolah.

Jadi aku hanya akan mengantar dan menjemputnya saja.
Bu gurunya bilang "Bunda harus tega, dan mempercayakan ijal sepenuhnya pada guru"
Tentu saja, aku tega sebab telah kupersiapkan semuanya untuk ijal.

Buku-buku parenting yang khatam ku baca, bertanya pada para ibu-ibu senior di sekitarku, dan diskusi panjang dengan kangmas. menjadi kekuatanku untuk "melepaskan" ijal agar berani sekolah sendiri, mempersiapkan ia menjadi anak yang mandiri, sebab dia anak laki-laki. apa baiknya hanya bermain dirumah saja? Apa baiknya hanya meminta ditemani bunda saja? jika sudah waktunya, aku pasti tega.

dokpri
dokpri
Rabu, 8 agustus 2018
Setelah sampai gerbang sekolah, ijal dijemput oleh gurunya. Dia disambut dengan pujian "anak pintar ayo sekolah dulu, diajak masuk ke dalam kelas. Dari kejauhan aku melihat ijal meronta dan menangis kencang. Tapi aku tidak gentar, aku tetap tidak berbalik badan dan meneruskan langkahku pulang.
Pukul 10 siang, gurunya chat wa. Memberitahu jika ijal nangisnya hanya sebentar. Dia memang belum mau diajak masuk kelas. Tapi kini moodnya sudah baik dan tetap main diluar kelas dengan pengawasan guru.

dokpri
dokpri
Untuk hari pertamanya sekolah sendiri.
Aku menjemputnya lebih awal dari jam pulang. Sengaja, hanya ingin memantau bagaimana ijal tanpa aku disampingnya.
Ternyata.. dia sangat ceria, dia berlari, memanjat, dan sesekali tertawa sangat ceria.

Melihatnya seperti ribuan film lama berputar kembali di kepalaku. Sangat sangat membuatku merasa waktu berhenti ketika pertama kali aku menggendongnya, memberi ciuman pertama di keningnya sesaat setelah ia lahir ke dunia.

Sekarang fase baru sedang kami lewati. Aku dengan kuatnya hatiku, dan ijal dengan dunia barunya di sekolah.
Setiap momen akan terasa istimewa jika itu tentang ijal.

Dan aku adalah ibu yang akan memberinya banyak cinta hingga tak tertihung lagi.

Selamat sekolah ijalku..
Nikmati harimu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun