Hari pertamanya sekolah,
Ijal bersembunyi di belakangku, dia ketakutan melihat bu guru, melihat kelas-kelas yang ramai dengan anak-anak.
Aku kenalkan ia dengan orang-orang yg memakai seragam itu adalah guru, dan setiap guru ada namanya.
Aku kenalkan ia dengan pensil dan buku
Aku kenalkan ia dengan teman-teman satu kelasnya.
Aku siapkan ia untuk mengerti apapun yg ada disana.
setelah beberapa minggu masa perkenalan lingkungan sekolah, akhirnya aku daftarkan ia sekolah, ijal berada dalam kelas kelompok bermain. satu kelas ada 11 anak dan di dampingi 2 guru. Karena konsep sekolah ijal ini adalah sekolah alam, jadi setiap hari kelas yang di tempati berpindah-pindah. ada kelas balok, sentra persiapan, kelas MTQ, kelas bahan alam, kelas TPA. dsb
Ijal sangat menyukai kelas balok.
Saat hari kamis tiba, dia bersemangat sekali memasuki kelas, ada balok, ada miniatur binatang, ada puzzle dan beberapa bola.
Ijal tidak hanya duduk. Dia bercerita padaku, bunda ini macan, bunda ini kuda, bunda ini kucing.
Aku tersenyum, "iya nak.. ijal pintar sekali..!!"
Sekarang gimana suara macan? Ijal menggelengkan kepala.
Suara kuda? Suara kucing? Ijal tetap menggeleng.
Pulang sekolah.. aku ajak ijal menonton DVD tentang binatang.
Sepanjang menonton, Dia berteriak
"bunda itu kucing, macan, kuda..!!"
Setiap melihat sesuatu yang dia tau, ijal selalu bersemangat menyebutnya.
Jadi aku hanya akan mengantar dan menjemputnya saja.
Bu gurunya bilang "Bunda harus tega, dan mempercayakan ijal sepenuhnya pada guru"
Tentu saja, aku tega sebab telah kupersiapkan semuanya untuk ijal.
Buku-buku parenting yang khatam ku baca, bertanya pada para ibu-ibu senior di sekitarku, dan diskusi panjang dengan kangmas. menjadi kekuatanku untuk "melepaskan" ijal agar berani sekolah sendiri, mempersiapkan ia menjadi anak yang mandiri, sebab dia anak laki-laki. apa baiknya hanya bermain dirumah saja? Apa baiknya hanya meminta ditemani bunda saja? jika sudah waktunya, aku pasti tega.
Setelah sampai gerbang sekolah, ijal dijemput oleh gurunya. Dia disambut dengan pujian "anak pintar ayo sekolah dulu, diajak masuk ke dalam kelas. Dari kejauhan aku melihat ijal meronta dan menangis kencang. Tapi aku tidak gentar, aku tetap tidak berbalik badan dan meneruskan langkahku pulang.
Pukul 10 siang, gurunya chat wa. Memberitahu jika ijal nangisnya hanya sebentar. Dia memang belum mau diajak masuk kelas. Tapi kini moodnya sudah baik dan tetap main diluar kelas dengan pengawasan guru.
Aku menjemputnya lebih awal dari jam pulang. Sengaja, hanya ingin memantau bagaimana ijal tanpa aku disampingnya.
Ternyata.. dia sangat ceria, dia berlari, memanjat, dan sesekali tertawa sangat ceria.
Melihatnya seperti ribuan film lama berputar kembali di kepalaku. Sangat sangat membuatku merasa waktu berhenti ketika pertama kali aku menggendongnya, memberi ciuman pertama di keningnya sesaat setelah ia lahir ke dunia.