Mohon tunggu...
Naya NazhifaFirdausi
Naya NazhifaFirdausi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, aku biasa dipanggil Naya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menembus Stigma: Peran Keluarga dalam Pemulihan Penderita Skizofrenia

11 Mei 2024   06:16 Diperbarui: 11 Mei 2024   06:42 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikosis yang dicirikan oleh ketidaksesuaian dengan realitas, penarikan diri dari interaksi sosial, dan ketidakaturan dalam persepsi, pikiran, dan kognisi. Individu dengan skizofrenia mengalami penurunan fungsi sosial dan pekerjaan yang signifikan. Gejalanya meliputi gangguan berpikir dan kesulitan dalam menyampaikan pikiran secara koheren. Kesalahpahaman umum masyarakat tentang skizofrenia sering mengarah pada stigmatisasi dengan sebutan "gila", yang dapat meningkatkan risiko penderita mengalami stigma negatif. 

Stigma terhadap penderita skizofrenia merujuk pada penilaian negatif yang diberikan oleh masyarakat terhadap mereka dalam interaksi sosial. Ini disebabkan oleh adanya stereotip, prasangka, dan diskriminasi terhadap penderita skizofrenia. Orang biasa sering menganggap skizofrenia sebagai penyakit yang sulit dimengerti, menakutkan, dan tidak normal. 

Sebagian besar pemahaman masyarakat tentang skizofrenia adalah salah. Beberapa bahkan mengira bahwa skizofrenia mirip dengan gangguan kepribadian seperti kepribadian terbelah atau ganda. Gejala yang sering terlihat, seperti perilaku agresif, membuat orang percaya bahwa penderita skizofrenia cenderung kekerasan dan berbahaya.

Stigma yang beragam tersebut memiliki dampak signifikan terhadap perlakuan terhadap pasien. Meskipun secara sosial, pasien skizofrenia adalah bagian dari masyarakat, namun ketika mengalami gangguan, seringkali dianggap sebagai aib dan beban karena kurang produktif. Hal ini menyebabkan mereka sering disembunyikan, dikucilkan, bahkan di beberapa daerah di Indonesia, pasien skizofrenia bahkan dipasung. Fenomena lain yang umum terjadi di masyarakat Indonesia adalah kepercayaan bahwa skizofrenia disebabkan oleh hal-hal yang tidak rasional atau supranatural. Contohnya, ada anggapan bahwa skizofrenia atau "orang gila" disebabkan oleh guna-guna, gangguan roh, dan sejenisnya. Akibatnya, banyak penderita skizofrenia tidak mencari pengobatan medis yang rasional, melainkan mencoba pengobatan alternatif seperti dukun, paranormal, atau pemuka agama. Karena itu, seringkali penderita skizofrenia tidak mendapatkan perawatan yang tepat, yang menghambat proses penyembuhan dan membuat kondisi mereka semakin parah.

Keluarga pasien skizofrenia sering kali merasakan bahwa kehadiran anggota keluarga yang menderita skizofrenia merupakan sebuah beban karena mereka membutuhkan perhatian tambahan. Dalam konteks ini, terdapat dua jenis beban yang dialami keluarga, yaitu beban objektif yang terkait dengan stressor eksternal konkret seperti masalah finansial dan pekerjaan yang berlebihan, serta beban subjektif yang lebih terkait dengan perasaan individual seperti rasa malu dan cemas. Pasien skizofrenia juga sering menimbulkan beberapa masalah bagi keluarga, seperti kesulitan dalam merawat diri, masalah keuangan, penarikan diri dari interaksi sosial, perilaku yang tidak biasa, ancaman bunuh diri, dan gangguan terhadap rutinitas keluarga serta rasa takut akan keselamatan anggota keluarga dan stigma.

Keterlibatan keluarga dalam mengelola gangguan jiwa skizofrenia adalah elemen penting dalam pengobatan pasien dan meningkatkan pemulihan mereka, memungkinkan mereka mencapai tingkat pemulihan yang lebih baik dan meningkatkan kemampuan sosial. Namun, sebagai pengasuh, keluarga dapat mengalami kejenuhan yang kronis, kelelahan yang signifikan, kurangnya minat dalam kehidupan, kurangnya harga diri, dan kehilangan empati terhadap pasien. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya dukungan dalam merawat pasien, yang dapat mempengaruhi pemulihan pasien secara negatif. Masalah yang timbul dari peran keluarga sebagai pengasuh dapat menghambat kemampuan mereka dalam memenuhi peran mereka secara optimal, yang berhubungan dengan kesejahteraan psikologis mereka. Kesejahteraan psikologis, yang mencakup penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi, adalah gambaran dari kesehatan psikologis individu. Keberadaan kesejahteraan psikologis dapat membantu individu bertahan dan memberi arti pada kesulitan yang mereka alami sebagai bagian dari pengalaman hidup mereka.

Dukungan keluarga adalah proses berkelanjutan yang berubah seiring berjalannya waktu, dan setiap siklus kehidupan menghadirkan jenis dukungan yang berbeda. Melalui dukungan keluarga, anggota keluarga dapat berfungsi dengan lebih baik secara mental dan emosional, meningkatkan kesehatan dan adaptasi sosial. Fungsi dukungan keluarga meliputi:

a. Dukungan emosional, yang melibatkan perhatian, kasih sayang, dan empati dari keluarga kepada semua anggota, termasuk individu dengan skizofrenia. Ini adalah aspek afektif keluarga yang memberikan perlindungan dan dukungan psikososial.

b. Dukungan informasi, yang melibatkan penyediaan informasi terkait dengan kondisi anggota keluarga dan penyakitnya, serta memberikan saran dan suguhan untuk mengatasi masalah. Ini membantu mengurangi tekanan yang mungkin dialami oleh individu dalam lingkungan sosial.

c. Dukungan instrumental, yang mencakup bantuan fisik, finansial, dan waktu dari keluarga untuk membantu anggota keluarga, termasuk dalam aspek ekonomi dan perawatan kesehatan.

d. Dukungan penilaian, yang melibatkan umpan balik positif dari keluarga untuk membimbing dan memecahkan masalah, serta memberikan penghargaan atas usaha dan kemampuan individu.

Melalui dukungan ini, anggota keluarga dapat mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan untuk mengelola kondisi mereka dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Pemberian dukungan keluarga untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam menjalankan fungsi sosial juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti lamanya pasien mengalami gangguan (durasi penyakit), yang memengaruhi kemajuan pasien saat menerima perawatan. Semakin lama gangguan tersebut berlangsung, semakin parah tingkat keadaan pasien, yang membuat perawatan dan dukungan keluarga menjadi lebih sulit dan membutuhkan waktu lebih lama.

Penerimaan diri keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami skizofrenia ditandai dengan penerimaan orangtua terhadap keadaan anak yang mengidap skizofrenia. Tahapan penerimaan tersebut meliputi penawaran, kemarahan, dan akhirnya penerimaan. Proses penerimaan orangtua dimulai dari kesadaran akan kondisi anak, penilaian terhadap anak, menghadapi situasi sulit saat anak mengalami kambuh, mengevaluasi respon dari orang lain terhadap kondisi anak, hingga akhirnya menerima situasi tersebut. Faktor-faktor seperti wawasan sosial, pemahaman tentang diri sendiri, keyakinan religius, dan dukungan dari orang terdekat juga mempengaruhi proses penerimaan diri. Penerimaan diri terlihat dari sikap positif subjek dalam menghadapi tantangan yang dihadapinya, seperti bersyukur atas ujian yang dialaminya.

Ketersediaan dukungan sosial bagi individu yang mengalami krisis secara umum akan memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan psikologis dan kualitas kehidupan keluarga. Hubungan dukungan sosial dengan masa hidup yang lebih panjang mencakup mengurangi risiko berbagai penyakit, memperbaiki proses penyembuhan dari penyakit kronis, serta meningkatkan strategi penanganan individu terhadap penyakit kronis. Selain itu, dukungan sosial juga berperan dalam meningkatkan kesehatan mental secara keseluruhan, dan dapat mengurangi tingkat stres bagi ibu menjadi faktor penting dalam penerimaan diri bagi ayah yang memiliki anak dengan skizofrenia.

Jenis dukungan sosial yang diperlukan akan bervariasi tergantung pada situasi stres yang dialami seseorang. Perbedaan dalam peristiwa stres menciptakan kebutuhan yang berbeda, dan efektivitas dukungan sosial akan tergantung pada kecocokannya dengan kebutuhan individu. Ditekankan bahwa keberadaan budaya kebersamaan dapat meningkatkan perasaan kesejahteraan saat seseorang merasa menjadi bagian dari suatu kelompok dan menerima dukungan sosial. 

Pengaruh jaringan sosial terhadap kesejahteraan psikologis terutama terkait dengan kemampuan seseorang untuk menjaga hubungan yang positif dengan orang lain, menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh interaksi sosial dan hubungan interpersonal. 

Dukungan dari teman dan keluarga memberikan individu sumber daya yang lebih besar untuk mengatasi stres, sehingga mereka cenderung melihat peristiwa tersebut dengan sudut pandang yang lebih positif. Pentingnya menerima dukungan dari individu yang mengalami situasi yang serupa juga disorot, karena kesamaan ini dapat memberikan informasi tentang strategi penanganan yang efektif dan standar evaluasi dari reaksi yang dialami individu.

Anggota keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan skizofrenia diharapkan untuk lebih menerima kondisi tersebut, atau bergabung dengan komunitas yang memiliki kepedulian terhadap gangguan skizofrenia. Mereka juga diharapkan dapat memberikan edukasi kepada anggota keluarga lainnya yang mengalami situasi serupa, serta kepada pihak lain yang peduli terhadap kesehatan mental. 

Rumah sakit jiwa di berbagai wilayah di Indonesia diharapkan dapat menyediakan fasilitas untuk komunitas yang memiliki perhatian terhadap gangguan skizofrenia, atau mengadakan forum diskusi dengan pasien, keluarga, atau pengasuh pasien untuk membahas gangguan skizofrenia, cara penanganannya, dan pengalaman selama perawatan. Untuk penelitian lebih lanjut, metode penelitian kualitatif dapat digunakan untuk mengeksplorasi jenis dukungan jaringan sosial yang diperoleh, sedangkan metode penelitian kuantitatif dapat menginvestigasi lebih lanjut sumber dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga atau pengasuh penderita gangguan skizofrenia yang tidak memiliki akses ke fasilitas layanan rumah sakit.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun