Jangan ragu untuk berbicara mengenai negara yang kita huni, beranilah untuk mencari solusi, baik itu  tampak konyol ataupun penuh bobot.
Bagi mahasiswa, kesempatan untuk merenung dan berdiskusi di ruang-ruang seperti ini adalah sebuah peluang. Mungkin kita belum mampu mengubah dunia dalam sekejap, namun langkah kecil dimulai dari keberanian untuk berbicara dan beraksi.Â
Tulis pemikiran-pemikiran tersebut jika berbicara secara lisan belum cukup. Sama seperti pesan pertama dalam wahyu yang diperintahkan Tuhan, yaitu untuk membaca.Â
boleh jadi kita belum bisa beraksi langsung, tetapi dengan membaca dan menulis, kita dapat mempersiapkan diri untuk perubahan besar.
Mengubah kedai kopi menjadi ruang revolusi bagi mahasiswa tidak hanya soal melontarkan ide-ide besar. Ini juga tentang membangun budaya berpikir kritis, memahami masalah yang ada di sekitar kita dan mencari jalan keluar bersama.Â
Kedai kopi, dengan kenyamanannya, harusnya tidak hanya menjadi tempat beristirahat, tetapi juga menjadi tempat berkumpulnya kepala-kepala yang resah akan ketidakadilan dan ketimpangan yang terjadi.
Dengan begitu, tempat nongkrong mahasiswa bukan hanya sekadar tempat pertemuan sesaat, tetapi dapat menjadi ruang yang melahirkan ide-ide besar.Â
Ruang revolusi yang mengubah cara berpikir dan bertindak. Ini adalah kesempatan bagi mahasiswa untuk berperan aktif dalam menciptakan perubahan yang lebih baik, bahkan jika itu dimulai dari secangkir kopi yang diminum bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H