Mohon tunggu...
Naya Nazwa Haliza
Naya Nazwa Haliza Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Saya suka menulis dan membaca, menjadikan kegiatan ini sebagai bagian penting dari keseharian saya. Selain itu, saya juga memiliki ketertarikan di bidang multimedia, terutama dalam menciptakan konten visual dan naratif.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Dari Tempat Ngopi Menjadi Ruang Revolusi

15 Januari 2025   22:46 Diperbarui: 15 Januari 2025   22:52 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
( Dari Tempat Ngopi Menjadi Ruang Revolusi | Sumber: Freepik)

Tempat nongkrong bagi mahasiswa kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka. Mulai dari kedai kopi murah hingga warung kopi yang fantastis harganya, hampir setiap sudut kota dipenuhi oleh ruang-ruang ini. 

Namun, lebih dari sekadar tempat untuk sekadar melepas penat atau mengerjakan tugas, tempat nongkrong sejatinya memiliki potensi yang lebih besar. 

Apakah kita dapat mengubah ruang-ruang santai ini menjadi ruang revolusi bagi mahasiswa?

Menarik untuk mengingat kembali bagaimana revolusi-revolusi besar dalam sejarah dunia, seperti Revolusi Prancis lahir dari ruang-ruang diksusi informal. Le Procope, sebuah kedai kopi legendaris di Paris, menjadi saksi bisu pertemuan antara intelektual, politikus dan aktivis sosial yang merencanakan perubahan besar. 

Semangat untuk menggulingkan sistem yang tidak adil berkembang dari percakapan sederhana yang terjadi di ruang-ruang seperti ini. Maka, bukankah tempat nongkrong mahasiswa bisa berfungsi serupa?

Namun, revolusi tidak harus selalu bermula dari sebuah kedai kopi. Sejarah menunjukkan bahwa banyak gerakan besar justru berawal dari ruang-ruang yang lebih pribadi. 

Misalnya Soe Hok Gie, seorang mahasiswa yang menjadi simbol perlawanan ia memulai revolusinya melalui cara-cara yang tidak terduga, seperti menonton film bersama dan berbicara mengenai kondisi sosial-politik. 

Atau seperti Lafran Pane, yang menggerakkan perubahan di ruang kelas kampusnya dengan prinsip kuat tentang ketidakadilan. Dalam setiap cerita ini, ada satu benang merah yang menghubungkannya yaitu mahasiswa sebagai agen perubahan yang resah dan berusaha mengubah kondisi sosialnya.

Tentu, jika modernisasi telah membawa kita untuk sering berkumpul di kedai kopi, maka manfaatkanlah ruang tersebut untuk lebih dari sekadar berbincang  tugas atau kehidupan pribadi. Mari berani untuk membicarakan keresahan-keresahan yang ada dalam masyarakat, baik itu masalah sosial, ekonomi bahkan politik sekalipun.

Di sinilah titik awal sebuah revolusi bisa dimulai, dari percakapan yang awalnya tampak biasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun