Mohon tunggu...
Naya Nazwa Haliza
Naya Nazwa Haliza Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Saya suka menulis dan membaca, menjadikan kegiatan ini sebagai bagian penting dari keseharian saya. Selain itu, saya juga memiliki ketertarikan di bidang multimedia, terutama dalam menciptakan konten visual dan naratif.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Trust Issue Menjadi Standar Pembenaran Yang Membelenggu Perubahan

24 Desember 2024   22:01 Diperbarui: 24 Desember 2024   22:01 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Trust issue merupakan fenomena psikologis yang kerap dijadikan tameng oleh segelintir orang untuk membenarkan tindakannya. Gejala ini sering kali dikaitkan dengan gangguan kesehatan mental, salah satunya Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Namun, lebih dari itu, trust issue juga bisa menjadi kebiasaan yang membatasi diri seseorang dari potensi perubahan dan hubungan yang bermakna.

Setiap orang tentu pernah merasa ragu atau tidak percaya terhadap orang lain. Namun, jika rasa tidak percaya ini dibiarkan tumbuh subur, tanpa disadari dapat berubah menjadi pola kebiasaan yang berbahaya. Misalnya, mengurung diri, menciptakan jarak dengan orang lain, terus-menerus memikirkan pandangan orang terhadap dirinya, hingga terjebak dalam rasa takut yang memunculkan krisis kepercayaan.

Padahal, manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Aristoteles dengan tegas menyatakan bahwa manusia adalah zoon politikon, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Kehidupan manusia selalu melibatkan orang lain, baik secara emosional, sosial, maupun fungsional. Tanpa interaksi dengan orang lain, kehidupan yang penuh makna menjadi mustahil untuk dicapai.

Dalam buku The Courage to Be Happy karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga, dijelaskan bahwa : 

Hidup selalu dimulai dari ketidaksempurnaan

Setiap orang memiliki kepribadian yang unik dan berbeda. Ada yang ceria dan ekspresif, ada pula yang serius dan pendiam. Namun, di balik perbedaan ini, setiap manusia pasti pernah mengalami kerapuhan dalam mempercayai orang lain. Ini adalah bagian dari proses menjadi manusia.

Namun, penting untuk diingat bahwa kita tidak hidup untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Hidup adalah tentang menjadi autentik dan berkembang sesuai nilai-nilai yang diyakini. Trust issue bukanlah alasan untuk stagnan atau menolak perubahan. Ia bukan pula penyakit yang tidak memiliki solusi. Trust issue, pada intinya, adalah tantangan yang harus dihadapi, bukan zona nyaman yang digunakan untuk membenarkan ketidakmauan berubah.

Manusia adalah makhluk yang membutuhkan waktu lebih lama untuk tumbuh secara mental dibandingkan dengan makhluk lain. Namun, di sisi lain, potensi mental manusia berkembang dengan kompleksitas dan kedalaman yang jauh lebih besar. Oleh karena itu, perasaan sosial bukanlah idealisme yang berlebihan, melainkan prinsip mendasar yang ada dalam diri setiap manusia.

Sebagai makhluk sosial, kita memiliki tanggung jawab untuk membuka diri, mempercayai orang lain, dan menerima bahwa tidak ada hubungan yang sempurna. Dengan memahami ini, trust issue tidak lagi menjadi penghalang, melainkan pintu untuk menemukan kekuatan dalam ketidaksempurnaan manusiawi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun