Mohon tunggu...
Ella Nurhayati
Ella Nurhayati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

“Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka”,(Abu Bakar As-Shiddiq ra)"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bicara tentang Cinta!

25 Maret 2014   06:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:31 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HAKIKAT CINTA

Cinta itu bagaikan pohon di dalam hati, akarnya adalah ketundukan kepada kekasih yang dicintai, dahannya adalah mengetahuinya, rantingnya adalah ketakutan kepadanya, daun-daunnya adalah malu kepadanya, buahnnya adalah ketaatan kepadanya dan air yang menghidupinya adalah menyebut namanya. Jika di dalam cinta ada satu bagian yang kosong berarti cinta itu berkurang. Apabila Allah SWT cinta kepada kita maka seluruh makhluk di langit dan di bumi akan mencintainya bertepatan dengan hadits dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Jika Allah mencintai seseorang hamba, maka Jibril berseru, “Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah dia!” Maka para penghuni langit mencintainya, kemudian dijadikan orang-orang yang menyambutnya di muka bumi.” [Riwayat Bukhari dan Muslim].

Dalam Sunan Abu Daud dari hadits Abu Dzar ra, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Amal yang paling utama ialah mencintai karena Allah dan membenci pun karena Allah.”
Imam Ahmad berkata, kami diberitahu oleh Isma’il bin Yunus, dari Al-Hassan ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Demi Allah, Allah tidak akan mengazab kekasih-Nya, tetapi Dia telah mengujinya di dunia."

Bagaimanakah yang dikatakan hakikat cinta itu?

1. Banyak mengingat pada yang dicintai, membicarakan dan menyebut namanya.
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan sesuatu pasukan (musuh), maka hendaklah kamu tetap teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatilah Allah (dengan do'a) banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan).” [Al-Anfaal :45].

2.Tunduk pada perintah orang yang dicintainya dan mendahulukannya daripada kepentingan diri sendiri.

3. Mencintai tempat dan rumah sang kekasih.

4.Mencintai apa yang dicintai sang kekasih.Dengan mematuhi segala perintah Allah SAW. “Katakanlah (Wahai Muhammad), “Jika benar kamu mengasihi Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu. Dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” [A’li Imran:31].

5.Berkorban untuk mendapatkan keridhaan sang kekasih

6.Cemburu kepada yang dicintai,

Orang yang mencintai Allah SAW dan Rasul-Nya senantiasa cemburu hatinya apabila hak-hak Allah SAW dan Rasul-Nya dilanggar dan diabaikan. Dari kecemburuan inilah timbulnya pelaksanaan amal makruf dan nahi mungkar.

7. Menghindari hal-hal yang merenggangkan hubungan dengan yang dicintai dan membuatnya marah. [QS. Al-Ahzab: 1-3]. [Al-Baqarah: 165].



PRIORITAS CINTA

Cinta itu unsur kimia hati yang merasuk tanpa tersadari. Tak nampak namun bisa dinikmati. Terjaga walau dalam gelapnya arti. Kadarnyapun berwarna-warni. Sewarna 1001 macam kekasih yang menggelanyuti hati. Menawarinya dengan sejuta kenikmatan, pun menjajahnya bagai budak belian. Pesonanya luar biasa. Jika tidak mampu membuat prioritas dan tak bisa menetapkan tingkatan-tingkatannya tidak mengukur derajat-derajatnya, tidak menetapkan kasta-kastanya maka cinta menjadi 1001 persoalan. Seribu satu lara, satu darinya bahkan lebih berat dari pada beratnya memikul jabal uhud.

Bagai puncak gunung menjulang. Seperti susunan piramida. Kenikmatan sejati ada pada puncaknya. Berdirinya di puncak cinta ia akan menatap sejuta macam cinta lainnya, yang ada di bawahnya. Derajat cinta itu merangkum kadar-kadarnya. Ada kadar yang ala kadarnya dan ada kadar yang telah ditakdirkan dengan kadar tanpa batas takaran, penakdirannya tak mengenal batas. Tak mengenal luas, kadarnya seluas langit dan bumi, seluas tujuh tingkatan langit. Itulah kadar tertinggi. Itulah derajat teragung dan maqom (tempat) paling mulia. Dan inilah urutan-urutannya:

*Derajat pertama (tertinggi), adalah cinta kepada Sang Khaliq. Ia berada pada derajat tertinggi. Tidak ada lagi yang diduakan. ”Dan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada ALLAH “. (Qs. Al Baqarah:165)

*Derajat kedua, adalah cinta yang merupakan hak Rasulullah.

*Derajat ketiga, adalah kecintaan seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya. Antara suami-istri, anak dengan orang tuanya. Jenis kadarnya adalah kadar dengan komposisi penuh kerinduan dan mengharmoni. Pengikatnya adalah ikatan iman. Cinta kepada orang-orang yang beriman mengharuskan kita mencintai semua ‘pekerjaan’ yang mendekatkan kita pada kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta ini membuahkan mawaddah wa rahmah (kasih sayang) dan menjadi perekat dalam membangun ummat.

*Derajat keempat, adalah kecintaan dalam bentuk empati. Peruntukannya kepada sesama muslim. Ruang perhatiannya lebih dalam dari sekedar simpati. Ia lahir dari ikatan dasarnya adalah keimanan. Karena Islamnya. Perhatiannya (care) lebih mendalam. Ada keinginan kuat untuk selalu membahagiankannya.

*Derajat kelima, adalah simpati yang ditujukan kepada seluruh manusia. Tanpa memandang ras, suku dan keyakinan. Cinta ini dimunculkan untuk mengilhamkan seseorang menjalin muamalah dengan keluhuran budi. menyeru dan menuntunnya ke jalan Allah.

*Derajat yang keenam, derajat terendah cinta harta benda. Kecintaan pada materi. Fitrah ketetapan kecintaan manusia adalah pada materi. Pada benda. Atau yang menghasilkan materi. Kecintaan pada kedudukan, popularitas, posisi, jabatan. Tentang sejauh mana seharusnya cinta seorang muslim terhadap dunia itulah seorang Salamah bin Dinar berkata, “Jadikan dunia ini dalam genggaman tanganmu dan jangan jadikan ia dalam lubuk hatimu”. Atau senandung munajat sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq ra: “Ya Allah, jadikanlah dunia ini dalam genggamanku dan jangan jadikan dunia ini dalam hatiku”.

Itulah urutan-urutan cinta, semoga kita bisa menempatkan derajat cinta sesuai dengan priyoritas cinta yang seharusnya. Amin Ya Rabbal’alamin..

*Dari berbagai sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun