Berbicara tentang  pembangunan sebuah desa selalu menjadi hal yang sangat menarik. Sebab, desa merupakan harapan kemajuan sebuah bangsa. Namun, paradigma yang selama ini terjadi, banyak orang menganggap desa adalah simbol ketinggalan zaman dan tempat masyarakatnya tertinggal.Â
Paradigma itulah yang selama ini terbangun dalam pemahaman banyak orang oleh sebab itu banyak masyarakat atau generasi muda desa rela meninggalkan desa untuk mendapatkan kata sejahtera sebagai kaum urban di perkotaan.
Paradigma melekat pada pola pikir dan tindakan masyarakat seingga mengamini jika seolah-olah untuk sukses haruslah selalu datang ke kota besar.Â
Dengan kemajuan zaman yang kian pesat, perkembangan teknologi informasi yang masif maka sudah seharusnya paradigma itu harus segera ditinggalkan.Â
Oleh karena itu, membangun sebuah desa adalah harga mati yang harus segera direalisasikan. Saat ini desa sudah harus menjadi pintu gerbang pembangunan dan kemajuan suatu daerah atau suatu negara, karena dalam desalah halaman depan sebuah rumah bangsa.
Melihat fenomena saat init di mana gerakan pemberdayaan desa semakin banyak. Jika melihat pola gerakan kebanyakan gerakan-gerakan tersebut dimotori oleh pemuda.Â
Kesadaran pemuda akan pentingnya memberdayakan desa yang kita ketahui sesungguhnya memiliki banyak potensi dan kekayaan alam. Tentunya gerakan-gerakan pemuda ini adalah hal yang menggembirakan bagi kita semua.Â
Geliat pemuda yang sudah mulai memandang desa bukan lagi tempat yang harus ditinggalkan menjadi sebuah kenangan dan mengadu nasib di kota besar, tapi desa sudah menjadi rumah nyaman untuk berkarya dan berkontribusi untuk bangsa.
Pergerakan pengembangan desa, di mana berorentasi dari desa untuk desa bermacam-macam, ada yang fokus di bidang pendidikan dan keterampilan, ada yang fokus pada sisi sosial hingga peningkatan ekonomi desa.Â
Pada lini pendidikan berupaya memberikan pendidikan kepada mereka yang tak mampu melanjutkan sekolah dan memberi bekal keterampilan tambahan, yang nantinya bisa menjadi modal membuat sebuah usaha yang memberikan dampak ekonomi.Â
Banyak juga aktivitas yang lebih fokus kepada pendampingan petani-petani di desa, seperti mengorganisir petani-petani desa, bahu-membahu mencapai kesejahteraan bersama.
Di sisi lain banyak pemuda desa yang mempelopori kegiatan pemberdayaan desa dengan gerakan-gerakan seperti pemuda anti narkoba yang mana memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya sesama pemuda agar bisa bergaul tanpa narkoba dan menjadikan pemuda yang berakhlak tanpa narkoba.Â
Ada juga gerakan yang mencoba menggali potensi desa, memproduksi makanan khas desa tertentu, atau membuat desa pariwisata.Â
Beragam aktivitas pemuda tadi adalah menunjukkan bahwa desa adalah sebuah harapan untuk itu kita harus bisa mengubah paradigma kita dalam memandang sebuah desa.
Anggapan yang selama ini menyematkan paradigma bahwa membangun kota membangun desa harus dirubah dengan desa membangun kota.Â
Dalam hal pembangunan kita harus memakai strategi politik yaitu desa mengepung kota di mana pembangunan desa harus jadi perioritas utama untuk bisa mengembangkan kota sebagai pusat pemerintahan, jadi konsepnya desa dulu yang harus kita bangun.Â
Kenapa harus begitu? Karena Desa sudah menyediakan ladang kreativitas luar biasa. Bicara pada masalah pemuda, dimana harusnya pemuda tidak gengsi bila tinggal di desa dan turut serta mengembangkan potensi desa.Â
Sebagai pemuda tidak perlu tergiur dengan hingar bingar kota, yang justru pada kenyataannya adalah rimba yang penuh dengan ancaman khususnya bagi pemuda yang tidak memiliki skill cukup, rasa gengsi hanya akan menjerumuskan pemuda pada keadaan yang serba susah di kota.
Pemuda sangat dibutuhkan untuk membangun desa. Karena pemuda punya semangat, pemuda punya rasa optimisme yang tinggi, dengan berbekal skill, pengalaman dan jejaring yang tepat pemuda akan mampu membawa perubahan bagi desa.Â
Pemuda harus menjadi garda terdepan dalam pembangunan maupun dalam pengembangan desa. Bagi para sarjana muda, tak perlu malu sebagai sarjana tinggal di desa, harusnya kita bisa melihat bahwa fungsi keilmuan adalah bagaimana kita bisa memanfaat ilmu kita untuk mengatasi permasalahan masyarakat di tempat tinggal kita, bukan sekedar untuk memnuhi gengsi kita semata.Â
Pemuda harus kembali ke desa, menata desa, mendampingi desa dan berkontribusi untuk bangsa dimulai dari desa. Kembali ke desa bukan semata hanya tinggal di desa tapi kembali dalam arti keseluruhan di mana semua pikiran dan tenaga diupayakan optimal untuk membangun desa.Â
Desa bukan hanya butuh kehadiran fisik pemuda tapi justru pemikiran, pengalaman dan jejaring pemuda sangat berguna bagi pembangunan desa.
Pemuda harus mengoptimalkan ilmu yang didapat untuk membangun desa, memupuk pengalaman terus menerus untuk mengembangkan potensi desa dan yang terpenting adalah bagaimana pemuda mampu membangun jejaring yang luas untuk membawa desa pada peningkatan sosial ekonomi dan tentunya bagaiman masyarakat desa lebih sejahtera.Â
Walaupun berbagai gerakan pemberdayaan desa banyak bermunculan yang dilakukan oleh pemuda seperti dijelaskan di awal tulisan, tetapi hal itu belum merata. Bahkan mungkin dari beberapa pemuda yang punya kesempatan belajar sampai tingkat universitas, setelah lulus belum banyak yang minat kembali ke desa, dan menjadi sarjana untuk desa.Â
Di sisi lain andai para sarjana muda dibutuhkan ditempat lain misalnya jadi abdi negara, tapi tetap harus memiliki andil dalam pembangunan desa, dengan ide, konsep, serta jejaring yang dia miliki, makna kembali ke desa adalah bagaimana pemuda benar-benar mau berkontribusi untuk desa sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dia miliki.
Berbagai strategi yang bisa pemuda jalankan untuk bersama-sama masyarakat desa membangun dan memberdayakan desa untuk meningkatkan potensi sosial ekonomi masyarakat desa. Beberapa strategi yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertama, memiliki desain thinking atau membuat kerangka berfikir terkait permasalahan desa dimana pemuda harus mampu memahami permasalahan yang dihadapi di desa, masyarakat harus mampu memahami atau berempati dengan suara-suara masyarakat desa dan bagaimana memetakan suara masalah itu dalam sebuah peta masalah untuk dicarikan solusinya.
Kedua, memberikan empati di mana pemuda harus mampu memiliki kepekaan terhadapa beragam problem masyarakat dan problem desa, dan mampu mendengar dengan jernih permasalahan tersebut, serta mampu menginventarisir masalah dan memetakan dalam sebuah tabulasi data masalah masyarakat dan masalah desa.
Ketiga, menganalisa dan mendefinisikan masalah desa dimana pemuda harus mampu memberikan definisi terhadapa beragam masalah yang ada, definisi dalam hal ini meliputi jenis permasalahan, dampak permasalahan, jangkauan permasalahan hingga, singgungan permasalahan dengan potensi sumberdaya yang ada. Analisa dan definisi masalah juga harus mampu memetakan pihak-pihak yang bisa diajak kolaborasi, di sinilah pentingnya desa membangun jejaring.
Keempat, memberikan ide dan mendesain konsep, di mana pemuda harus mampu memberikan solusi atau mencari solusi dari beragam permasalahan yang ada, solusi tersebt terbentuk dalam sebuah ide dan konsep yang mampu menjawab permasalahan yang ada.Â
Ide tersebut harus mampu ditindak lanjuti dalam bentuk aksi atau program yang tepat guna sebagai solusi permasalahan yang ada.Â
Ide dan konsep harus dibarengi bagaimana pemuda mampu membangun relasi dengan berbagai pihak yang mampu mendukung ide tersebut.
Kelima, menciptakan prototipe program, di mana pada fase ini strategi pemuda adalah bagaimana pemuda mampu membuat program yang tepat guna untuk memberdayakan desa dan beragam masalah yang ada, prototype bisa juga berubah teknologi, program padat karya atau sebuah aksi nyata untuk pembangunan desa.
Keenam, aktualisasi atau percobaan di mana dalam hal ini pemuda harus mampu memnfaatkan segala sumberdaya dan jejaring yang ada untuk mengaplikasikan program yang sudah ada kepada masyarakat sehingga pemuda mampu mendapatkan insight dan advice yang tepat terkait program yang dia jalankan, apa kendala yang dihadapi, dan apa perbaikan yang bisa diberikan. Sehingga mampu menyempurnakan program tersebut.
Ketujuh, implementasi, di mana pemuda dalam fase ini adalah mengoptimalkan program untuk pemberdayaan dan pembangunan masyarkaat desa sebagai implementasi dari perencanaan yang telah dibuat, dalam fase ini program sudah benar-benar mampu di aplikasikan total untuk menjawab segala permsalahan masyarkaat dan desa yang telah dipetakan sebelumnya.
Pemuda pada dasarnya adalah aset, pemuda desa, dari desa merantau ke kota untuk mencari ilmu. Maka ketika kembali ke desa pemuda harus mampu mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan yang dapatkan. Pemuda harus jadi motor penggerak pembangunan desa yang berdampak pada pembangunan nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H