Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sudahkah Sekolah Kita Memiliki Lingkungan yang Beradab?

9 Agustus 2018   07:52 Diperbarui: 9 Agustus 2018   08:00 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadikan lingkungan sekolah yang ber"ADAB"

Ada sebuah perasaan yang mendorong saya untuk berfikir, bahwa seharusnya sebuah sekolah atau institusi pendidikan adalah sebuah lingkungan yang paling beradab, tidak menyekat-nyekat bakat dan kecerdasan siswa, tidak membuat cetakan-cetakan yang sama, sehingga lingkungan ini menjadi lebih manusiawi dengan menjadikan pendekatan fitrah manusia ciptaan Tuhan yang memiliki keunikan-keunikan sendiri.

 Di benak saya ada satu pertanyaan sudah se- "compassionate" apa sekolah kita? Sejauh mana sekolah menumbuhkan sikap respect pada siswa dan guru, serta semua unsur di lingkungan sekolah? Karena compassion (welas asih) dan respect (sikap hormat dan empathy) adalah bagian dari adab (akhlak) maka pertanyaannya bisa sedikit diubah dan terdengar kasar "sudah seber-adab apakah sekolah kita?"

saya mencoba memberi gambaran bahwa ada sebuah artikel yang menggambarkan tentang sekolah-sekolah di negeri ini, peneliti itu  melakukan sebuah experimen yang menarik. Dia berkunjung ke SD Ciputra, Sekolah milik peniputra yang menekankan pada "karakter, leadership dan entrepreneurship" serta memberi penghargaan pada keragaman agama dan budaya.

Pada kunjungan pertama peneliti itu datang dengan baju necis menggunakan mobil pribadi. Di depan gerbang Pak Satpam langsung menyambut hangat, "Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Rekan saya menjawab bahwa dia ingin bertemu dengan kepala sekolah, tetapi dia belum buat janji. Dengan sopan Pak Satpam berkata, "Baik, saya akan telepon Pak Kepala Sekolah untuk memastikan apakah bisa ditemui, bapak silakan duduk, mau minum kopi atau teh?" Pelayanan yang begitu mengesankan!

Di waktu lain, peneliti itu datang lagi, dengan penampilan yang berbeda. Baju kumal, dengan berjalan kaki. Satpam yang bertugas memberikan sambutan yang tak beda dengan sebelumnya, diperlihakan duduk dan diberi minuman. 

Saat berjalan menuju ruang Kepala Sekolah, Satpam mengantarkan sambil terus bercerita, menjelaskan tentang sekolah, bangunan, serta cerita lain seolah dia adalah seorang tour guide yang betul menguasai medan. Bertemu dengan Kepala Sekolah tak ada birokrasi rumit dan penuh suasana kehangatan. Padahal peneliti itu tampak seperti bukan siapa-siapa, dan datang tanpa janjian sebelumnya. 

Melatih Satpam menjadi sigap dan waspada adalah hal biasa. Tetapi menciptakan Satpam dengan perangai mengesankan pastilah bukan kerja semalaman. Pastilah sekolah ini punya komitmen besar untuk menerapkan karakter luhur bukan hanya di buku teks dan di kelas. Tapi semua wilayah sekolah, sehingga saat kita masuk ke gerbangnya, kita bisa merasakannya. Itulah hidden curriculum, culture.

Di kesempatan lain, peneliti itu berkunjung ke sebuah sekolah Islam yang lumayan elit di sebuah kota besar (saya tidak akan sebut namanya). Di halaman sekolah terpampang baliho besar bertuliskan, "The most innovative and creative elementary school" sebuah penghargaan dari media-media nasional. Dinding-dinding sekolah dipenuhi foto-foto siswa yang menjuarai berbagai lomba. 

Ada dua lemari penuh dengan piala-piala. "Pastilah sekolah ini sekolah luar biasa," gumam saya. Peneliti itu berjalan menuju gerbang sekolah menemui Satpam yang bertugas. Setelah mengutarakan tujuan untuk ketemu Kepala Sekolah, Satpam itu dengan posisi tetap duduk menunjuk posisi gerbang dengan hanya mengatakan satu kalimat, "Lewat sana". 

Peneliti itu masuk ke sekolah tersebut. Di tangga menuju ruangan Kepala Sekolah, ada seorang ibu yang bertugas menjadi front office menghadang kami dengan pertanyaan, "Mau kemana?" dengan wajah tanpa senyum. Saat tiba di ruangan Kepala Sekolah, kebetulan saat itu mereka sedang rapat. Sehingga kami harus menunggu sekitar 45 menit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun