Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bias Ramadhan Saat Dia Telah Berlalu

13 Juli 2018   15:11 Diperbarui: 13 Juli 2018   15:12 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua masih ingat tentunya akan tausiyah--tausiyah yang sering kita dengar di masjid  maupun musholla tempat kita melaksanakan ibadah terawih setiap malam ramadhan selama sebulan ini, tak sedikit para mubaligh atau penceramah yang menyampaikan esensi serta hikmah puasa yang salah satunya adalah mendefinisikan bahwa ramadhan adalah bulan yang melatih kepekaan sisi kemanusian kita.

 Ibadah puasa mengajarkan kepada kita akan pentingnya meningkatkan rasa kepedulian kita terhadap sesama, dan alam semesta, kita dituntut untuk semakin peka, dengan refleksi rasa lapar dan haus serta upaya menahan segala hawa nafsu diharapkan mampu membangun sisi humanis kita agar kita juga mampu menyelami kondisi sekeliling kita yang senantiasa kurang beruntung, tertindas dan sebagainya.

Refleksi sisi humanis oleh ibadah puasa seyogyanya mampu terus menumbuhkan rasa cinta kita terhadap sesama, aktualisasi-nya bukan sekedar memunculkan rasa kasihan semata, setidaknya kita juga terdorong untuk mau berbagi kebahagiaan buat sesama, dan yang dianjurkan kita juga harus mampu berpikir tentang konsep bagaimana mewujudkan aksi pemberdayaan bagi saudara-saudara kita yang masih lemah taraf ekonomi-nya agar mampu berdikari sendiri. 

Tentunya aksi -- aksi tersebut tidak hanya aksi insidental saat bulan ramadhan saja tapi justru pasca ramadhan lah yang menjadi harapan terciptanya kepedulian kita kepada sesama, setelah selesai ramadhan hati dan sikap kita semakin kuat untuk mewujudkan konsep pemberdayaan masyarakat tersebut.

Memupuk sisi humanis kita sebagai refleksi ibadah puasa kita tidak akan pernah maksimal jika kita tidak menumbuhkan rasa cinta dan peduli kita terhadap sesama. Melalui rasa cinta dan peduli terhadap sesama manusia, akan mendorong kita untuk terus berkontribusi positif terhadap lingkungan kita, kita bisa aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan yang bermanfaat mendorong suksesnya program pemberdayaan, mampu menghindarkan kita dari konflik horizontal, menguatkan kesatuan dan persatuan bangsa , dan mengefektifkan kerjasama antar kelompok masyarakat untuk mencapai cita-cita bersama.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Surat Al-Maaidah ayat 2  " Dan tolong-menolong-lah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan kamu saling tolong menolong dalam keburukan dan dosa "

Allah melalui ibadah puasa Ramadhan telah mengkondisikan demikian sistematis komitmen yang satu ini. Agar menyebarkan rasa cinta kepada sesama, di bulan Ramadhan Allah dan Rasul-Nya memberikan posisi khusus bagi muslim yang memberikan (makanan) buka orang yang berpuasa. Allah subhanahu wa ta'ala menentukan bahwa memberi makan fakir miskin sebagai suatu jenis kafarat pelanggaran atas ibadah puasa. 

Allah subhanahu wa ta'ala menentukan pembayaran fidyah untuk mustahiq bagi hamba-Nya yang karena alasan tertentu tidak bisa melakukan puasa. Zakat fitrah yang ada hanya di bulan Ramadhan juga untuk menyemai rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama. Dan Allah menganjurkan perbanyak sedekah dan membantu sesama pada bulan ramadhan itu semua bentuk pelatihan bagi kita, ramadhan ibarat Training center bagi kita.

Ramadhan ibarat sebuah tamu bagi kita yang akan datang dan pergi sesuai masanya, tapi semangat humanis pada ramadhan harus tetap singgah dalam hati kita, bahasa populernya kita harus berani dan siap berhijrah pasca ramadhan khususnya pada sisi kemanusiaan kita, kita yang dulu menjadi acuh tak acuh terhadap permasalahan sosial masyarakat karena kita merasa bukan siapa-siapa hanya masyarakat biasa pasca ramadhan kita sudah harus mulai peka dan ikut berkontribusi dalam menanggulangi masalah kemasyarakatan tersebut, ikut aktif baik secara pikiran, ide, konsep, perbuatan aksi nyata atau mungkin dengan membantu pendanaan program. 

Kita yang sudah duduk pada lembaga strategis baik di birokrasi dan politis yang dulunya kita hanya mementingkan keuntungan pribadi dan golongan sudah saatnya pasca ramadhan kita memanfaatkan kekuatan dan kapasitas yang kita miliki untuk mewujudkan pemberdayaan masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat, kita tidak lagi dzalim dengan amanah Allah dan rakyat yang diberikan kepada kita, kontribusi nyata harus kita lakukan bukan sekedar usaha memoles pencitraan pada masyarakat.

Kita yang selama ini menjadi kaum apatis dan tidak perduli bahkan dari kita selama ini menjadi para penyebar berita hoax, pemicu keresahan masyarakat hingga kita yang selalu benci pada pemerintah sehingga kita menjalankan aksi -- aksi radikal sudah saatnya kita berani berhijrah dalam rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama dan negeri ini, jika ada kekurangan kita harus berani menyampaikan ide dan konsep yang membangun, kita boleh mengkritisi tetapi tetap dalam wadah wujud rasa cinta kita pada bangsa dan masyarakatnya dan ikut andil dalam konsep pembangunan persatuan dan kesatuan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun