Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mendorong Berwira Usaha Sejak Muda, Konsep Pendidikan Vokasi Ideal

15 April 2018   06:26 Diperbarui: 15 April 2018   08:36 2028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi Ekonomi dan Sumberdaya Manusia Indonesia

Sebagai negara dengan  penduduk  ke-4 terbesar  di  dunia Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terus membaik dan daya beli masyarakat yang terus meningkat, adalah sebuah pasar yang potensial dan potensi daya saing yang luar biasa. Indonesia tengah berada dalam  periode transisi struktur penduduk usia produktif.

Pada  kurun  waktu  2020-2030, penurunan  indeks (ratio) ketergantungan Indonesia (yang  sudah berlangsung sejak tahun 1970) akan mencapai angka terendah.    Implikasi   penting   dari   kondisi   ini   adalah semakin    pentingnya penyediaan  lapangan  kerja  agar  perekonomian  dapat   memanfaatkan  secara maksimal besarnya porsi penduduk usia produktif.  Lebih penting lagi, bila tingkat pendidikan   secara   umum    diasumsikan   terus   membaik,   produktivitas perekonomian negara ini sesungguhnya dalam kondisi premium, dimana hal tersebut akan sangat  bermanfaat untuk tujuan percepatan  pembangunan ekonomi Nasional.

Tapi kita bisa melihat pengembangan SDM Negara ini khususnya pada jalur pendidikan masih dianggap kurang  relevan dengan kebutuhan pasar. Pasalnya, pendidikan tinggi lebih  menitik beratkan pada pendidikan akademis ketimbang pendidikan vokasional  yang menghasilkan tenaga kerja terampil terlebih para wirausahawan. menjadi sebuah ironi pendidikan kita yang mayoritas menghasilkan lulusan yang  kurang menguasai aspek keahlian yang sesuai dengan diharapkan lapangan  kerja. secara prosentasi tenaga kerja di Indonesia adalah lulusan sekolah dasar dan  tidak tamat sekolah dasar yang jumlahnya mencapai di atas 50%.  Selanjutnya, lulusan SMP 18,9%, SMA 14,60%, SMK 7,8%, S-1 4,6%, dan  diploma 2,7%.

Menyiapkan dan Menciptakan Wirausahawan Muda

Daya beli masyarakat Indonesia yang tinggi, bonus demografi yang  melimpah serta pasar yang besar merupakan peluang Indonesia untuk berkembang dan maju. Hal ini menjadikan berwirausaha menjadi pilihan  yang tepat dan menjanjikan dalam meningkatkan pendapatan serta menyumbang nilai yang besar dalam perkembangan pertumbuhan ekonomi  negara. Bonus demografi tidak akan menjadi tagihan demografi apabila potensi ini dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik.

Dalam rangka mencetak wirausahawaan muda yang sukses, perlu mulai diterapkan  strategi yang komprehensif yang mengikat dengan pendidikan, pengalaman  terjun langsung dan dukungan masyarakat dengan program pemberdayaan masyarakat. Pengembangan cara yang efektif  untuk menumbuhkan  pengusaha muda adalah dengan melibatkan peran  pendidikan, masyarakat, orang dewasa serta komunitas wirausahawan dalam strategi keterlibatan ini.

Sinergi Lembaga pendidikan, Masyarakat dan Praktisi Usaha

Fakta tentang pendidikan Indonesia yang cenderung mencetak lulusan bermental pegawai  daripada mental wirausahawan. Semua ini tidak lepas dari pemikiran orang tua serta lingkungan masyarakat yang masih beranggapan bahwa menjadi pegawai adalah sebuah kesuksesan yang luar biasa. Sedikit dari masyarakat kita  yang berfikir akan pentingnya berwirausaha.

Sungguh tak terpikirkan, anak-anak  diajarkan menjadi pegawai di perusahaan, tapi siapa yang mendirikan  perusahaan itu jika bukan wirausahawan. Anak-anak, remaja sangat  membutuhkan cukup waktu dengan orang dewasa agar dapat mendukung,  mendorong serta membantu mereka mencari tahu siapa mereka, bagaimana  dunia bekerja, dan apa peran mereka dalam masyarakat.

Elemen penting dalam pendidikan ini untuk mencetak para wirausahawan adalah  pendidikan kewirausahaan. Idealnya, konsep kewirausahaan harus diintegrasikan ke dalam kurikulum mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai pasca  Sekolah Menengah Atas (SMA). Pentingnya pendidikan kewirausahaan ini  disisipkan di awal karena pemuda mempunyai energi yang luar biasa  sehingga dapat mengekspresikan kreatifitas dan inovasi mereka mulai usia  yang sangat muda.

Menunggu sampai SMA atau masuk Perguruan Tinggi akan  terlalu terlambat. Pada pendidikan kewirausahaan hendaknya digabungkan  kurikulum yang menarik dengan praktek eksperimental yang dapat membawa  dunia nyata yang ada di luar ke dalam pembelajaran di ruang kelas.  Sekolah dapat mengundang relawan dengan berbagai bisnis yang relevan dan  latar belakang kepemimpinan untuk berbicara di depan kelas dan  melatih  para siswa mengembangkan ide-ide mereka.

Membangun mimpi anak muda dan mendorong mewujudkannya

Di era teknologi yang semakin maju, dan peralihan produksi ke dunia digital dan internet harus di sikapi dengan membangun jiwa para pemuda negeri ini untuk kreatif dan inovatif dalam berwira usaha, Negara harus memberi fasilitas seluas-luasnya bagi kreatifitas anak muda, baik fasilitas melalui regulasi, sistem pendidikan dan ruang publik yang sangat luas agar para pemuda bisa menelurkan ide-idenya menjadi sebuah usaha kreatif yang luar biasa.

Dunia pendidikan harus memberi ruang bagi para pemuda yang mempunya kreatifitas dan inovasi untuk berwirausaha, dengan konsep pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan masyarakat, dengan memberi ruang yang banyak agar siswa bisa berwirausaha mandiri adalah terobosan pendidikan yang perlu terus didorong.

Pendidikan Kewirausahaan

Pendidikan  kewirausahaan sudah banyak digalakkan di berbgai jenjang pendidikan  Indonesia, di mulai dari Sekolah kejuruan hingga perguruan tinggi tak hanya di jurusan bisnis, di prodi pendidikan pun sudah  dilaksanakan.  Seminar kewirausahaan, ekspo kewirausahaan, bahkan  pendanaan proposal kewirausahaan mahasiswa oleh pihak Perguruan Tinggi  menjadi hot trend belakangan ini.

Belum lagi dukungan  pemerintah yang terus berupaya untuk semakin memudahkan lingkungan  bisnis agar kondusif bagi pelaku usaha, seperti menjanjikan kemudahan  akses terhadap permodalan/pinjaman bank tanpa dibebani agunan kredit  melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan program-program lain  berupa pelatihan ketrampilan, pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa  (PKM) dan lain sebagainya semakin mendukung  usaha muda dan usaha baru  untuk bergerak. 

Menilik dukungan keadaan yang demikian, mahasiswa akan  semakin dapat mengepakkan sayap di bidang kewirausahaan. Idealnya, memang untuk kalangan mahasiswa hendaknya lebih banyak praktek agar  mengerti keadaan pasar yang dituju. Mahasiswa diharapkan semakin memanfaatkan waktu mereka menjadi mahasiswa organisatoris. Dengan  menjadi mahasiswa organisatoris, peluang memperluas jaringan pun akan semakin terbuka lebar.  Ketika mereka dapat membuka usaha, mahasiswa  dapat menggunakan jaringan mereka untuk merekrut karyawan, mendapatkan  dukungan, atau menjelajahi pasar-pasar baru untuk produk dan layanan  mereka. Networking merupakan kunci bagi pengusaha sukses.

Tapi semua itu belum berjalan maksimal karena support masih seputar kegiatan aksi, sehingga banyak program-program kewirausahaan berbasis siswa dan mahasiswa hanya berakhir menjadi sebuah bisnis plan semata, dan hanya menyisakan karya tulis ilmiah kewirausahaan dan sangat sedikit sekali yang beanr-benar berwujud menjadi usaha mandiri yang berkelanjutan. Dari ribuan proposal kewirausahaan dan dari ratusan juta program dana hibah sedikit sekali yang berlanjut menjadi program wirausaha mandiri, dengan produksi yang terus dikembangkan.

Redesain pengembangan Wirausaha mandiri sejak dini

Saatnya mendesain ulang program pengembangan wirausaha bagi para generasi muda kita, dimulai dari konsep pendidikan, pendampingan hingga pemberdayaan masyarakat. Pendidikan kewirausahaan memang harus dimulai sejak Sekolah dasar dan untuk Pengembangan wirausaha secara intensif bisa dimulai dari sekolah lanjutan atas. Sekolah menengah kejuruan adalah lembaga pendidikan yang pas untuk mengonsep pendidikan berbasis kejuruan dan kewirausahaan. SMK yang selama ini hanya fokus mendidik siswa untuk siap menjadi pekerja industri sudah saatnya digeser ke pola pemikiran dan pendidikan yang fokus mendorong siswa untuk berwira usaha.

Mendorong siswa untuk berwirausaha harus dibarengi dnegan pendampingan sejak dari konsep bisnis ( bisnis plan ), pengembangan usaha, pendanaan hingga marketing produk hasil usaha siswa. Sekolah sebagai lembaga juga sudah saatnya berperan sebagai fasilitator siswa dalam mengembangkan usaha, menjadi jembatan bagi siswa selaku pengusaha pemula dengan para investor, menjadi marketer bagi produk-produk hasil produksi siswa.

Sekolah kejuruan dengan konsep kewirausahaan harus menciptakan sebuah metode pembelajaran yang menarik dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa, konsep pembelajaran yang mampu memberi motivasi siswa untuk terus menumbuh kembangkan semangat wira usaha mandiri. proses belajar mengajar tidak boleh kaku dan membosankan, karena hasil dari proses belajr mengajar tidak lagi berorientasi pada nilai raport semata tapi lebih diutamakan bagaimana bisa menumbukan pasion siswa untuk berwira usaha mandiri.

Pemberdayaan masyarakat adalah program yang sangat tepat untuk dikolaborasikan dengan pendidikan kejuruan berkonsep kewirausahaan, selain sebagai upaya pengabdian kepada masyarakat program kewirausahaan siswa bisa tepat sasaran karena melibatkan langsung masyarakat. Dimana para siswa bisa nanalisa langsung kebutuhan masyarakat, produk apa yang lagi trand dibutuhkan masyarakat. Masyarakat juga bisa menjadi memfasilitasi dengan menampung ide-ide siswa dengan membantu siswa menyiapkan lahan usaha. Para tenaga ahli dan praktisi dunia usaha bisa menjadi pendamping pengembangan usaha siswa dan masyarkat.


Contoh model pengembangan pendidikan kewira usahaan adalah sebuah dorongan wira usaha bagi siswa di sebuah sekolah menengah kejuruan untuk mengembangkan usaha sesuai dengan bidang dan pasion siswa tersebut. Sebut saja hari salah satu siswa SMK Kelautan dan perikanan Suren Jember yang mulai melakukan usaha mandiri dengan membuat pena atau ball point dari bambu. sebuah ide kreatif dan inovatif yang perlu didukung dan dikembangkan.

Dukung kreatifitas adik Hari Siswa SMK Kelautan dan Perikanan Suren Jember dengan usaha produksi pena dari bambu.

Mari dukung adik hari agar ide dan kreatifitasnya bisa bermanfaat buat  masyarakat, dan sebagai upaya mendorong generasi muda untuk berwirausaha  mandiri.

dukung dengan cara :
1. donasi secara online via dengan klik DUKUNG HARI
2. Share link kampanye ke media sosial dan jaringan anda
3. Bantu kampanyae dengan menjadi foundraiser untuk hari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun